Demi ibu

Langit masih pekat,belum ada semburat cahaya dari sang mentari untuk menyinari.

Tapi pagi itu bu Nana sudah sibuk didapur seperti biasa, menanak nasi dan memasak untuk makan mereka hari ini.

Keluarga ini terlalu sederhana untuk sedekar makan bu nana hanya masak sehari sekali di pagi hari,jika lauk sudah habis sebelum jam makan malam paling banter bu Nana akan memasak mie atau telur dadar sebagai gantinya.

Bagaimanapun dia hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang tidak memiliki penghasilan. Sepeninggal suaminya alm.pak Ibrahim bu Nana hanya tinggal bersama kedua putrinya Lala dan Nela.

Anak pertamanya Nela hanya sekolah sampai lulus SMA, dia tidak kuliah hanya agar tidak terlalu merepotkan ibunya dia lalu mengambil kursus menjahit agar bisa punya ketrampilan untuk memulai usahanya sendiri kelak, dan pada akhirnya dia dipersunting oleh seorang pemuda yang bekerja di keurahan.

Nela termasuk beruntung meski dia menikah muda namun mempunyai suami yang baik dan pengertian. Meski gaji Dion tak banyak tapi mereka hidup bahagia dalam kesederhanaan.

Nela dibuatkan sebuah rumah di tanah milik bu Nana dimana itu terletak tepat disebelah rumah bu Nana itu sendiri.

Sedang Lala setelah lulus SMA sempat ikut ujian masuk perguruan tinggi,namun karna keterbatasan biaya meski dia dinyatakan lulus dan diterima di sebuah perguruan negri di kota Magelang akhirnya dia mengubur dalam2 cita2nya untuk menjadi seorang guru seperti ayahnya.

Pada akhirnya Lala hanya menganggur dan sesekali membantu kakaknya menjahit dirumahnya.

Tak banyak yang bisa dia lakukan, paling hanya membantu memotong pola atau menyetrika baju yang sudah selesai dijahit kakaknya.

Kehidupan sederhana yang kelewat biasa.

Karna merasa kasihan pada adiknya akhirnya Nela menyuruh lala untuk mengambil kursus agar punya ketrampilan agar kelak bisa membiayai hidupnya sendiri.

"La...apa sebaiknya kamu ndak ikut kursus jahit kaya mbak ato kursus yang lainnya gitu.?"

"kursus apa ya mbak? Lala kok kayanya ndak ada bakat jahit kaya mbak Nela."

"Loh ya gak harus jahit to La. Bisa yang lain, coba kamu diskusiin ma ibu sekirannya ibu ngebolehin apa ndak, daripada kamu nganggur gini kan? Ntar soal biaya kursus biar mbak sama mas dion yang bayar."

" Loh kok gitu mbak? Aku yo ndak enak sama mas Dion dong, jadi ngerepotin kalian berdua." jawab Lala, dia trenyuh dengan kebaikan kakaknya.

"Helleh...gimanapun juga sepeninggal bapak selain ibu kamu itu juga sudah menjadi kewajiban mbak, jadi yo gapapa. Atau kamu mau langsung kerja? Kerja dimana coba? Kan cuma lulusan SMA, kita juga hidup di desa paling banter lulusan SMA itu kan ya kerjanya di toko gitu, masih ndak tega aku liat kamu kerja. Westooo...nurut aja, ntar bilang ma ibu..ok" bujuk Nela dengan logat medoknya.

Setelah mendapat ijin dari bu Nana pada akhirnya Lala ikut kursus salon.

Dia berfikir kalau kakaknya sudah kursus jahit...dia harus punya ketrampilan lain,kelak dia ingin membuka salon sendiri di depan rumah.

Ya.., cita2 sederhana yang pada akhirnyapun tak bisa wujudkan karna setelah dia kursus dia belum punya cukup modal untuk membuka salon sendiri.

Sedang sudah beberapa minggu ini dia pergi kesana kemari mencari lowongan di salon tapi hasilnnya nihil.

Namun suatu ketika Rara teman semasa dia SMA datang kerumahnya dan memberitahunnya ada lowongan pekerjaan di sebuah restoran di tengah kota dimana Rara bekerja.

"Gimana La? Kamu mau ndak? Gajiya emang ndak besar sih tapi yo lumayanlah, bisa buat kebutuhan kita sehari hari dan sedikit membantu orang tua kita."

"Gimana ya...," jawab Lala ragu.

"Iya.., aku ngerti kamu itu merasa enggan karna ngerasa gak enak ma mb Nela. Kamu kan kursus salon dibiayain dia, eh bukannya sekarang kerja disalon malah kerja di restoran." pungkas Rara.

"Ya bukannya gitu, cuma apa aku bisa ya? Kan aku belum pernah kerja takutnya nanti jadi ngerepotin kamu aja disana."

"Helleh...apa susahnya sih kalo cuma di restoran,kerja kita kan cuma ngelayanin pengunjung tamu aja. Nanyain mau pesan apa, terus nganterin pesenan kemudian beresin meja makan ketika mereka udah keluar."

"Iya sih..., coba ntar aku tanya ibu dulu ya. Kalo ibu ngijinin aku kabarin kamu."

"Ok deh kalo gitu.., aku pamit dulu ya soalnya udah hampir telat nih ntar kalo udah mantep jangan lupa WA aku ya."

**

Belum juga Lala beranjak pergi dari ruang tamu tiba2 dia mendengar bu nana memanggilnya. "La....nak...sini nak bentar."

"Iya bu...," Jawab Lala sambil menuju ke dapur tempat ibunnya berada.

"Ada pa bu kok ibu pucat gitu?" tanya Lala khawatir karna melihat ibunnya sedang duduk lemas sambil memegangi perutnya. Keringat dingin terlihat menetes di dahi bu nana.

"Tolong ambilin ibu air putih hangat ya,ibu kok lemes ini ndak tau kenapa tiba2 perut ibu sakit banget."

"Iya ...iya bu...bentar ya."

"Bu...Lala panggilin mbak Nela ya?" Ucap Nela sambil memberikan air hangat untuk diminum ibunnya.

"Udah...ndak usah, ndak papa..ntar kalo mbak Nela tau malah heboh. Ibu gapapa kok, paling karna tadi telat makan aja..serelah minum obat maag juga baikan lagi."

"jangan gitu to bu, udah beberapa hari ini Nela sering liat ibu suka megangin perut terus kaya nahan sakit. Kalaupun itu cuma maag ya ibu harusnya periksa ke dokter, jangan cuma ditahan. Ntar sore Lala anter ke dokter ya bu.." pinta Lala.

"Iya..cerewet." jawab ibunnya sambil tersenyum dan mengelus pipi Lala."Tersirat ada rasa khawatir didalam mata bu Nana,tapi itu hanya tipis...terlampau tipis hingga Lala tak menyadarinnya.

**

Sore harinnya setelah bercerita tentang kesehatan ibunnya ke Nela, dan mereka berdua berhasil membujuk bu Nana untuk ke dokter.

Akhirnya Lala mengantar ibunnya untuk di periksa.

"Maaf bu setelah saya saya dengar keluhan anda dan gejala2 yang anda rasakan selama beberapa waktu ini, dan juga setelah saya periksa saya belum berani memastikan secara pasti sakit yang anda derita. Tapi berdasarkan keterangan anda tadi..sepertinya ibu mengalami gangguan pada ginjal ibu." Ucap dokter.

Lala terkejut dan langsung menatap ibunnya, dan dalam benaknya dia bertanya "sejak kapan ibu sakit? Kenapa ibu tidak cerita? Kenapa ibu menahannya?"

Bu Nana sama terkejutnya tapi dia tampak lebih tenang dan bertanya ," lalu saya harus bagaimana dok?"

"Sebaiknya ibu melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit, nanti saya beri surat rujukannya ya bu..." jelas dokter.

Tak jauh beda dari perkiraan dokter tempo hari.

Setelah bu Nana pergi ke rumah sakit hasilnyapun sama, bahkan bu Nana harus rutin cek setiap bulannya. Meski hanya rawat jalan tapi tetap saja butuh biaya untuk menebus obatnya.

Setelah berfikir dan meminta ijin ke bu Nana akhirnya Lala mantap ikut bekerja jadi pelayan restoran bersama Rara temannya.

" Aku rasa ndak papa sementara aku kerja disana sambil nyari kerja disalon, atau cari modal buat beli peralatan salon kecil2an." ucapnya dalam hati.

"Mbak..bu besok Lala udah mulai berangkat kerja sama Rara..,"

"Kamu beneran gapapa La? Kamu mantep? Ibu merasa bersalah karna ndak bisa biayain kamu agar bisa kuliah, sekalinya kamu bisa kursuspun itu di biayai mbakmu Nela. Dan sekarang sambil nyari kerja di salon kamu musti bekerja di restoran, mafin ibu ya La." ucap bu Nana suatu sore.

"Ibu jangan ngomong gitu, Lala udah sangat bersyukur kok bu. Lala janji Lala akan pandai2 menabung agar bisa beli peralatan salon biar bisa buka sendiri,ibu jangan khawatir Lala cuma mau bantu ngeringanin beban ibu. Sekarang ibu kan sedang sakit dan harus memperoleh perawatan dan obat tiap bulannya, jadi ibu jangan terlalu banyak berfikir. Lala baik2 saja dan pasti akan selalu baik2 saja." jelas Lala.

"Iya bu...biar Lala mencoba mandiri,kalau ibu bosan dirumah sendiri kan ibu bisa ke tempat Nela. Ibu bisa main ma Arjun." tambah Nela.

"Iya bu..., Lala kan kerja biar bisa belajar mengurus kebutuhan Lala sendiri biar gak terlalu membebani ibu."

"baiklah nak...ibu mengerti."

Terpopuler

Comments

Caramelatte

Caramelatte

jangan kasi kendor thorr
semangat terosss

2020-12-03

1

lihat semua
Episodes
1 Kecelakaan kecil
2 Demi ibu
3 Kerja
4 kekhawatiran ibu
5 Syukurlah..
6 Senyuman itu..
7 Berita baik
8 Berangkat
9 Menahan diri
10 Tak terhindarkan
11 Terjadi lagi
12 Bingung
13 Rasa nyaman yang tak seharusnya
14 Menikmati libur sehari
15 Terpaksa ditinggal
16 Maaf??!
17 Menjenguk anak pak Sapto
18 Nasihat untuk Lala
19 Mulai bekerja
20 Menghindar
21 Dani
22 Dulu
23 Berteman baik dengan masa lalu
24 Kecemburuan Pak Dewo
25 Kedatangan Lena
26 Apalah aku dibanding dia
27 Balikan
28 Tak ada salahnya mencoba
29 Ulah Pak Dewo
30 Drama di pagi hari
31 Pak Dewo yang makin tak terkendali
32 Luka
33 Akal akalan Pak Dewo
34 Berita buruk
35 Tawaran bantuan
36 Mencoba bekerja lagi
37 Bu Eni tentang Lala
38 Dani dan yang dipikirkannya
39 Operasi
40 Kehadiran Pak Dewo lagi
41 Dua sisi yang berbeda
42 Yang sebenarnya
43 Kekhawatiran yang menjadi nyata
44 Kecurigaan Lena dan luka masa lalunya
45 Perubahan sikap Lala
46 Kecurigaan
47 Gosip
48 Kejutan Pahit Di Minggu pagi
49 Lena yang tersakiti
50 Pertengkaran yang tak terhindarkan
51 Masalah yang melebar
52 Tak terduga
53 Siasat Lena
54 Akhir bagi Dewo dan awal bagi Dani
55 Hadirnya Dani lagi
56 Haruskah kembali?
57 Sikap posesif Dewo
58 Resign
59 keputusan Lala
60 Pamit
61 Antara Dani dan kenangan masa lalu di Bukit Bintang
62 Lampu hijau
63 Pingsan
64 Hamil???
65 Kegundahan Lala
66 Ketidaktahuan Dani
67 Kejujuran Lala
68 Niat baik Pak Dewo
69 Maafin Lala Bu..
70 Kekecewaan mendalam Nela
71 Jawaban Lala
72 Buah simalakama
73 Kacau
74 Jawaban Lena
75 Mencari solusi dengan menarik diri
76 Tekad Lala
77 Kegilaan Dani
78 Kecelakaan
79 Kejutan dari Dani
80 Cinta di waktu yang tak tepat
81 Pergi
82 Kabar yang dibawa Dani
83 Kembalinya Pak Dewo
84 Nenek tau?
85 Akhirnya..
86 Kedatangan Dewo
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Kecelakaan kecil
2
Demi ibu
3
Kerja
4
kekhawatiran ibu
5
Syukurlah..
6
Senyuman itu..
7
Berita baik
8
Berangkat
9
Menahan diri
10
Tak terhindarkan
11
Terjadi lagi
12
Bingung
13
Rasa nyaman yang tak seharusnya
14
Menikmati libur sehari
15
Terpaksa ditinggal
16
Maaf??!
17
Menjenguk anak pak Sapto
18
Nasihat untuk Lala
19
Mulai bekerja
20
Menghindar
21
Dani
22
Dulu
23
Berteman baik dengan masa lalu
24
Kecemburuan Pak Dewo
25
Kedatangan Lena
26
Apalah aku dibanding dia
27
Balikan
28
Tak ada salahnya mencoba
29
Ulah Pak Dewo
30
Drama di pagi hari
31
Pak Dewo yang makin tak terkendali
32
Luka
33
Akal akalan Pak Dewo
34
Berita buruk
35
Tawaran bantuan
36
Mencoba bekerja lagi
37
Bu Eni tentang Lala
38
Dani dan yang dipikirkannya
39
Operasi
40
Kehadiran Pak Dewo lagi
41
Dua sisi yang berbeda
42
Yang sebenarnya
43
Kekhawatiran yang menjadi nyata
44
Kecurigaan Lena dan luka masa lalunya
45
Perubahan sikap Lala
46
Kecurigaan
47
Gosip
48
Kejutan Pahit Di Minggu pagi
49
Lena yang tersakiti
50
Pertengkaran yang tak terhindarkan
51
Masalah yang melebar
52
Tak terduga
53
Siasat Lena
54
Akhir bagi Dewo dan awal bagi Dani
55
Hadirnya Dani lagi
56
Haruskah kembali?
57
Sikap posesif Dewo
58
Resign
59
keputusan Lala
60
Pamit
61
Antara Dani dan kenangan masa lalu di Bukit Bintang
62
Lampu hijau
63
Pingsan
64
Hamil???
65
Kegundahan Lala
66
Ketidaktahuan Dani
67
Kejujuran Lala
68
Niat baik Pak Dewo
69
Maafin Lala Bu..
70
Kekecewaan mendalam Nela
71
Jawaban Lala
72
Buah simalakama
73
Kacau
74
Jawaban Lena
75
Mencari solusi dengan menarik diri
76
Tekad Lala
77
Kegilaan Dani
78
Kecelakaan
79
Kejutan dari Dani
80
Cinta di waktu yang tak tepat
81
Pergi
82
Kabar yang dibawa Dani
83
Kembalinya Pak Dewo
84
Nenek tau?
85
Akhirnya..
86
Kedatangan Dewo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!