Bab 3 : Hantu Penunggu Klinik Psikiatri

Saat di bangku sekolah menengah pertama, Ari dibawa bapak

ibunya ke klinik psikiatri. Bapak ibunya ingin Ari seperti anak normal lainnya.

Mereka tidak mau Ari keseringan melamun, suka bicara sendiri dan diam-diam menumpuk

gambar-gambar hantunya berkardus-kardus. Di depan meja dokter, bapak dan ibu Ari

mendengarkan dengan seksama penjelasan dari dokter. Ari menderita attention-deficit

/ hyperactivity disorder atau gangguan pemusatan perhatian. Wajah orang tua Ari

jadi tegang.

“Penyakit ini umum Pak buat anak-anak,” kata dokter

menenangkan. “Saya sarankan anak Bapak ikut terapi. Dari sana, bertahap kita

akan diagnosa. Apa ada unsur halusinasi atau skizofrenia. Yang penting Bapak

dan Ibu harus sabar menghadapinya. Karena semuanya butuh proses.”

Ari duduk sendiri menunggu di lorong klinik psikiatri. Dari

tadi dia bisa mendengar perkataan dokter dari dalam ruangan. Tempat duduk Ari

tidak jauh dari pintu ruangan dokter yang setengah terbuka. Sampai ada suster

dari dalam menutup pintunya. Sebenarnya Ari tidak begitu mengerti apa yang

dikatakan dokter. Atau tidak terlalu peduli. Karena saat ini perhatiannya

mengarah ke ujung lorong. Kadang Ari mendengar ada suara mendesis.

Seorang suster keluar dari ruangan dokter. “Dik nunggunya di

depan aja ya, di lobby sana,” kata suster itu ke Ari sopan. Dia menunjuk ke

ujung lorong. Dari tadi memang Ari disuruh untuk menunggu di lobby. Tapi saat

datang lewat lobby dia sudah merasa tidak enak. Sebenarnya dia sudah biasa

dengan perasaan seperti itu. Tapi yang di lobby itu lain.

Ari berjalan di lorong menuju lobby bersama suster yang

membawa berkas-berkas di sebelahnya. Baru beberapa langkah, Ari tertahan. Suara

mendesis itu bertambah jelas. Dan Ari harus menahan rasa terkejutnya saat dia

lihat seekor ular berwarna hitam melewatinya di pinggir lorong.

“Ada apa Dik?” suster di sebelah Ari bertanya.

Ari masih bengong.

”Nggak apa-apa, tenang, ayo saya anter ke lobby,” Sepertinya

suster itu sudah biasa menangani pasien sakit jiwa. Dia memegang lengan Ari dan

menemaninya berjalan ke lobby. Perasaan Ari semakin tidak enak. Lobby itu sudah

dekat.

Ari disuruh duduk di salah satu bangku panjang. Sementara

suster itu menuju ke tempat informasi mengurus berkas-berkas. Suara mendesis

itu semakin jelas terdengar di telinga Ari. Kali ini saling bersahutan.

Suaranya dari arah kolam kecil di bawah tangga. Lama-lama dia lihat ada wajah

perempuan di situ. Posisi duduk Ari makin tegang. Muka perempuan itu makin

jelas. Perempuan masih muda tapi lidahnya menjulur-julur bercabang seperti

ular. Di pipinya ada terlihat seperti sisik. Belum lama Ari berkecamuk dengan

ketegangannya, dua orang pasien datang ke lobby. Seorang ibu dan seorang anak

perempuan seumurannya. Anak itu disuruh ibunya duduk di bangku panjang tepat di

depan Ari. Ari melihat dari tadi muka anak perempuan itu begitu tegang.

“Kamu duduk sini dulu, mama tanya ke informasi dulu,” kata

ibu itu sembari menaruh tasnya di bangku.

“Mama mau ke mana?” tampaknya anak perempuan itu tidak mau

ditinggal.

“Sebentar, mama ke situ dulu,” si ibu menunjuk ke  arah informasi. Lalu dia berjalan ke sana

meninggalkan anaknya.

Anak itu kini sendiri duduk di depan Ari. Beberapa kali dia

melirik ke arah kolam kecil. Beberapa kali dia membuang pandangannya ke bawah

sambil meremas ujung roknya. Ari mencoba melihat lagi ke arah kolam. Sosok

perempuan itu semakin jelas. Bukan cuma wajahnya. Tetapi juga badannya.

Badannya ular panjang melingkar. Semakin Ari perhatikan, semakin Ari bisa

melihat ada sosok perempuan lagi di belakangnya. Perempuan memakai baju seperti

ratu jawa jaman dulu. Di kakinya banyak ular berwarna hitam melata saling

tumpang tindih. Anak perempuan di depan Ari semakin tegang. Dia mulai

memejamkan matanya. Ari bisa melihat gemetar tangannya. Spontan Ari mengeluarkan

buku kecil dan pensil dari tasnya. Lalu dia bergerak dan duduk tepat di sebelah

anak perempuan itu. Anak itu heran memandang Ari. Tapi Ari tidak peduli. Dia

membuka buku kecilnya dan mulai menggambar apa yang dilihatnya di kolam itu.

Anak perempuan itu mulai memperhatikan kertas di tangan Ari. Dan Ari tidak

berhenti menggerakkan pensilnya. Anak perempuan itu menggeser duduknya hingga

berdekatan dengan Ari. Perhatiannya kini penuh tertuju pada gambar yang Ari

buat. Gambar apa yang mereka lihat di kolam kecil di bawah tangga.

Gambar itu nyaris selesai sampai Ari sadar ibu anak

perempuan itu sedang menuju ke arah mereka sambil bicara di ponselnya.

Cepat-cepat Ari sobek lembar kertas yang digambarnya. Dia berikan gambar itu

pada anak perempuan di sebelahnya. Lalu Ari bergegas menuju bangku yang tadi

dia duduki.

“Ini anak yang konsultasi di sini juga?” ibu anak perempuan

itu memandang ke Ari. Nada suaranya seperti wanita intelek. Ari menangguk pelan

karena sepertinya ibu itu menunggu jawabannya.

“Ayo Tata, itu dokternya sudah datang,” Ibu itu mengajak

anaknya sambil mengambil tasnya di bangku.

Lalu Ibu dan anaknya itu berjalan menuju lorong. Sebentar

anak perempuan itu menengok ke Ari. Sebentar Ari dan anak itu saling

berpandangan. Hanya sebentar. Dan Ari tidak melepas pandangannya pada anak itu

saat berjalan di sebelah ibunya. Lipatan gambar Ari masih di genggamannya. Sampai

mereka masuk ke sebuah ruangan. Ari masih memandangi lorong yang kosong itu.

Anak perempuan itu namanya Tata.

Terpopuler

Comments

Novianti Marantika

Novianti Marantika

masih nyimak dulu

2022-03-24

0

ƓáɓɓřįáÎexxa Ɲáşƴăvą Ȥ.

ƓáɓɓřįáÎexxa Ɲáşƴăvą Ȥ.

jago gmbar nih si ari👀

2021-07-18

0

Suryatina Handayani

Suryatina Handayani

wuuiihhh...ketemu teman satu dimensi nihh bisa tukar cerita dongg soal hal2 yg gaib sm Tata.

2021-07-16

0

lihat semua
Episodes
1 Sinopsis dan Prolog
2 Bab 1 : Hantu Anak Kecil yang Suka Mengambil Mainan
3 Bab 2 : Keluarga Hantu yang Tinggal di Dalam Sumur
4 Bab 3 : Hantu Penunggu Klinik Psikiatri
5 Bab 4 : Sepasang Hantu di Warung Bakso
6 Bab 5 : Hantu Perempuan Lidah Menjulur
7 Bab 6 : Permata + Harindra = Matahari
8 Bab 7 : Hantu Anak Perempuan Kaki Hancur
9 Bab 8 : Hantu Perempuan Rambut Berjuntai-juntai
10 Bab 9 : Hantu Bungkusan Putih di Toilet
11 Bab 10 : Hantu Yang Tidak Mau Digambar
12 Bab 11 : Ari Si Penggambar Hantu
13 Bab 12 : Suara Kaki Kuda di Teras Kelas
14 Bab 13 : Hantu Anak Perempuan yang Cantik
15 Bab 14 : Hantu yang Terjebak di Ruang Bawah Tanah
16 Bab 15 : Tragedi Upacara Bendera
17 Bab 16 : Orang-orang Berbaju Putih
18 Bab 17 : Petunjuk Sang Paranormal
19 Bab 18 : Menyelamatkan Tata
20 Bab 19 : Ari dan Kelas Buangan
21 Bab 20 : Aku Selalu Percaya Sama Kamu
22 Bab 21 : Hantu yang Ingin Masuk ke Sekolah
23 Bab 22 : Hantu Tanpa Kepala
24 Bab 23 : Kucing Hitam Bermata Aneh di Aula
25 Bab 24 : Suara Perempuan Menangis di Taman
26 Bab 25 : Hantu Badan Patah-patah di Dalam Kolam Renang
27 Bab 26 : Tragedi di Kolam Renang
28 Bab 27 : Hantu Cantik Memakai Bunga
29 Bab 28 : Suara Kepak Burung di Atap Sekolah
30 Bab 29 : Ruang Penyimpanan Matras yang Penuh Belatung
31 Bab 30 : Hantu yang Menggantung di Langit-langit Kelas
32 Bab 31 : Hantu yang Tidak Mau Dijodohkan
33 Bab 32 : Hantu Bersayap di Parkir Mobil
34 Bab 33 : Tiga Murid Hilang di Toilet
35 Bab 34 : Burung Besar Menabrak Pak Riza
36 Bab 35 : Menyelamatkan Nara
37 Bab 36 : Insiden di Aula Sekolah
38 Bab 37 : Pertemanan Sampai Dewasa
39 Bab 38 : Tata yang Menemukan Dunianya
40 Bab 39 : Hantu Anak Kecil Bertangan Hitam
41 Bab 40 : Hantu Kepala Kijang
42 Bab 41 : Hantu Perempuan Rambut Melayang
43 Bab 42 : Perkemahan Sabtu Minggu
44 Bab 43 : Anak Perempuan Bernama Lisa
45 Bab 44 : Hantu Noni Belanda yang Berjalan Mundur
46 Bab 45 : Perhitungan dengan Fatar
47 Bab 46 : Bercak Hitam di Dinding Laboratorium Komputer
48 Bab 47 : Masih Ada Hantu di Sekolah
49 Bab 48 : Tata yang Tidak Mau Memakai Kalungnya
50 Bab 49 : Kalung Baru Buat Tata
51 Bab 50 : Hantu yang Menyaru Seperti Lisa
52 Bab 51 : Bercak Hitam yang Berbentuk Sosok Bertangan dan Berkaki Panjang
53 Bab 52 : Pengakuan Lisa
54 Bab 53 : Murid-murid yang Pingsan di Lorong Bawah Tanah
55 Bab 54 : Hantu Perempuan yang Menempel di Tembok
56 Bab 55 : Insiden di Laboratorium Komputer
57 Bab 56 : Setelah Insiden di Laboratorium Komputer
58 Bab 57 : Perpecahan Komplotan Tidak Takut Hantu
59 Bab 58 : Ari Menggambar Hantu Lagi
60 Bab 59 : Indigo Freak
61 Bab 60 : Puluhan Bungkusan Putih di Kebun
62 Bab 61 : Hantu Bayangan Setinggi Gedung Sekolah
63 Bab 62 : Ari dan Tata Jadian di Gedung Alun-alun
64 Bab 63 : Belinda, Hantu Remaja dari Gedung Alun-alun
65 Bab 64 : Hantu yang Berjalan Kayang
66 Bab 65 : Hantu Bongkok Berwajah Tengkorak
67 Bab 66 : Ada Pintu di Dinding Gudang Bawah Tanah
68 Bab 67 : Pencarian Hantu Mata Satu Bergigi Panjang
69 Bab 68 : Ari, Tata, Lisa dan Belinda
70 Bab 69 : Bersatunya Kembali Komplotan Tidak Takut Hantu
71 Bab 70 : Kekacauan di Sekolah
72 Bab 71 : Daun Kelor untuk Hantu Bayangan
73 Bab 72 : Hantu Mata Satu Bertaring Panjang
74 Bab 73 : Ari Hanya Ingin Menyelamatkan Tata
75 Bab 74 : Akhir Hantu Bayangan
76 Bab 75 : Kematian Bapak Ari
77 Bab 76 : Ari Bertemu Kakeknya
78 Bab 77 : Ari dan Alam Lain
79 Bab 78 : Saudara yang Tak Akan Terpisahkan
80 Bab 79 : Suatu Malam di Pinggir Kolam Renang
81 Bab 80 : Misi Komplotan Tidak Takut Hantu
82 Bab 81 : Ari dan Penderitaan Ibunya
83 Bab 82 : Bola Api di Atas Atap Sekolah
84 Bab 83 : Hantu Perempuan Petugas Hotel
85 Bab 84 : Kerajaan Hantu di Tempat Wisata
86 Bab 85 : Kehebohan di Aula Hotel
87 Bab 86 : Bus Rombongan Kelas Tata yang Hilang
88 Bab 87 : Ari dan Tata Tak Terpisahkan di Alam Lain
89 Bab 88 : Teriakan dari Dinding Gudang Bawah Tanah
90 Bab 89 : Sesuatu yang Menghantui Sekolah
91 Bab 90 : Bangku yang Jalan Sendiri
92 Bab 91 : Sosok Berjubah Hitam
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Sinopsis dan Prolog
2
Bab 1 : Hantu Anak Kecil yang Suka Mengambil Mainan
3
Bab 2 : Keluarga Hantu yang Tinggal di Dalam Sumur
4
Bab 3 : Hantu Penunggu Klinik Psikiatri
5
Bab 4 : Sepasang Hantu di Warung Bakso
6
Bab 5 : Hantu Perempuan Lidah Menjulur
7
Bab 6 : Permata + Harindra = Matahari
8
Bab 7 : Hantu Anak Perempuan Kaki Hancur
9
Bab 8 : Hantu Perempuan Rambut Berjuntai-juntai
10
Bab 9 : Hantu Bungkusan Putih di Toilet
11
Bab 10 : Hantu Yang Tidak Mau Digambar
12
Bab 11 : Ari Si Penggambar Hantu
13
Bab 12 : Suara Kaki Kuda di Teras Kelas
14
Bab 13 : Hantu Anak Perempuan yang Cantik
15
Bab 14 : Hantu yang Terjebak di Ruang Bawah Tanah
16
Bab 15 : Tragedi Upacara Bendera
17
Bab 16 : Orang-orang Berbaju Putih
18
Bab 17 : Petunjuk Sang Paranormal
19
Bab 18 : Menyelamatkan Tata
20
Bab 19 : Ari dan Kelas Buangan
21
Bab 20 : Aku Selalu Percaya Sama Kamu
22
Bab 21 : Hantu yang Ingin Masuk ke Sekolah
23
Bab 22 : Hantu Tanpa Kepala
24
Bab 23 : Kucing Hitam Bermata Aneh di Aula
25
Bab 24 : Suara Perempuan Menangis di Taman
26
Bab 25 : Hantu Badan Patah-patah di Dalam Kolam Renang
27
Bab 26 : Tragedi di Kolam Renang
28
Bab 27 : Hantu Cantik Memakai Bunga
29
Bab 28 : Suara Kepak Burung di Atap Sekolah
30
Bab 29 : Ruang Penyimpanan Matras yang Penuh Belatung
31
Bab 30 : Hantu yang Menggantung di Langit-langit Kelas
32
Bab 31 : Hantu yang Tidak Mau Dijodohkan
33
Bab 32 : Hantu Bersayap di Parkir Mobil
34
Bab 33 : Tiga Murid Hilang di Toilet
35
Bab 34 : Burung Besar Menabrak Pak Riza
36
Bab 35 : Menyelamatkan Nara
37
Bab 36 : Insiden di Aula Sekolah
38
Bab 37 : Pertemanan Sampai Dewasa
39
Bab 38 : Tata yang Menemukan Dunianya
40
Bab 39 : Hantu Anak Kecil Bertangan Hitam
41
Bab 40 : Hantu Kepala Kijang
42
Bab 41 : Hantu Perempuan Rambut Melayang
43
Bab 42 : Perkemahan Sabtu Minggu
44
Bab 43 : Anak Perempuan Bernama Lisa
45
Bab 44 : Hantu Noni Belanda yang Berjalan Mundur
46
Bab 45 : Perhitungan dengan Fatar
47
Bab 46 : Bercak Hitam di Dinding Laboratorium Komputer
48
Bab 47 : Masih Ada Hantu di Sekolah
49
Bab 48 : Tata yang Tidak Mau Memakai Kalungnya
50
Bab 49 : Kalung Baru Buat Tata
51
Bab 50 : Hantu yang Menyaru Seperti Lisa
52
Bab 51 : Bercak Hitam yang Berbentuk Sosok Bertangan dan Berkaki Panjang
53
Bab 52 : Pengakuan Lisa
54
Bab 53 : Murid-murid yang Pingsan di Lorong Bawah Tanah
55
Bab 54 : Hantu Perempuan yang Menempel di Tembok
56
Bab 55 : Insiden di Laboratorium Komputer
57
Bab 56 : Setelah Insiden di Laboratorium Komputer
58
Bab 57 : Perpecahan Komplotan Tidak Takut Hantu
59
Bab 58 : Ari Menggambar Hantu Lagi
60
Bab 59 : Indigo Freak
61
Bab 60 : Puluhan Bungkusan Putih di Kebun
62
Bab 61 : Hantu Bayangan Setinggi Gedung Sekolah
63
Bab 62 : Ari dan Tata Jadian di Gedung Alun-alun
64
Bab 63 : Belinda, Hantu Remaja dari Gedung Alun-alun
65
Bab 64 : Hantu yang Berjalan Kayang
66
Bab 65 : Hantu Bongkok Berwajah Tengkorak
67
Bab 66 : Ada Pintu di Dinding Gudang Bawah Tanah
68
Bab 67 : Pencarian Hantu Mata Satu Bergigi Panjang
69
Bab 68 : Ari, Tata, Lisa dan Belinda
70
Bab 69 : Bersatunya Kembali Komplotan Tidak Takut Hantu
71
Bab 70 : Kekacauan di Sekolah
72
Bab 71 : Daun Kelor untuk Hantu Bayangan
73
Bab 72 : Hantu Mata Satu Bertaring Panjang
74
Bab 73 : Ari Hanya Ingin Menyelamatkan Tata
75
Bab 74 : Akhir Hantu Bayangan
76
Bab 75 : Kematian Bapak Ari
77
Bab 76 : Ari Bertemu Kakeknya
78
Bab 77 : Ari dan Alam Lain
79
Bab 78 : Saudara yang Tak Akan Terpisahkan
80
Bab 79 : Suatu Malam di Pinggir Kolam Renang
81
Bab 80 : Misi Komplotan Tidak Takut Hantu
82
Bab 81 : Ari dan Penderitaan Ibunya
83
Bab 82 : Bola Api di Atas Atap Sekolah
84
Bab 83 : Hantu Perempuan Petugas Hotel
85
Bab 84 : Kerajaan Hantu di Tempat Wisata
86
Bab 85 : Kehebohan di Aula Hotel
87
Bab 86 : Bus Rombongan Kelas Tata yang Hilang
88
Bab 87 : Ari dan Tata Tak Terpisahkan di Alam Lain
89
Bab 88 : Teriakan dari Dinding Gudang Bawah Tanah
90
Bab 89 : Sesuatu yang Menghantui Sekolah
91
Bab 90 : Bangku yang Jalan Sendiri
92
Bab 91 : Sosok Berjubah Hitam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!