Bab 2 : Keluarga Hantu yang Tinggal di Dalam Sumur

Sejak Ari dibelikan peralatan gambar, dia selalu berada di

mejanya. Dia sudah jarang memegang sepedanya. Keseringannya Ari  menggambar anak yang suka mengambil mainan,

yang dia lihat di dalam sumur. Karena akhir-akhir ini anak itu sering muncul di

kamarnya. Seperti malam ini, saat Ari sudah berada di dalam selimutnya. Matanya

hampir terpejam. Dia setengah tidur. Masih bisa dia lihat ruangan kamarnya. Dan

anak itu muncul di sana, di tengah ruangan. Biasanya setelah itu Ari tidak

ingat lagi sampai dia terbangun. Tapi kali ini Ari ingin benar-benar terjaga.

Dia berusaha untuk duduk. Dia lihat anak itu berdiri di depannya. Anak itu

memakai baju dan celana putih. Rambutnya jarang, giginya tonggos, mata dan telinganya

lebar. Kakinya agak panjang dan banyak bulunya. Di dua tangannya dia memegang

sesuatu. Itu mainan Ari. Mainannya yang sudah lama hilang. Setelah itu Ari

tidak ingat lagi sampai ibunya membangunkannya.

“Bangun Ari, itu susu kamu sudah di meja,” kata ibu Ari

sembari membereskan selimut.

Ari mengusap matanya. Dia masih sedikit ngantuk.

“Lho ini mainan kamu yang lama kok ada di sini?” Ibu Ari

heran memandang ke lantai. Tapi setelah itu dia berjalan ke pintu membawa baju

kotor Ari.

“Nanti siang ada simbok baru datang ke sini,” kata ibu Ari

lagi sambil menutup pintu.

Ari cepat-cepat duduk. Dia pandangi lantai kamarnya. Ada dua

mainan di sana. Mainan pesawat terbang dan mobil-mobilan. Tadi malam anak itu

berdiri di situ membawa mainan ini. Ari bergegas ke mejanya. Dia buka buku

gambar dan mulai mencorat-coretkan pensilnya. Kali ini dia begitu serius

menggambar. Anak yang suka mengambil mainan itu begitu jelas  dalam pikirannya.

Malam-malam berikutnya Ari tidur pulas. Anak itu sudah tidak

datang lagi. Hingga suatu saat Ari terbangun dari tidurnya. Suara dari arah

sumur membangunkannya. Suara sapu lidi. Sepertinya ada yang menyapu pakai sapu

lidi di sumur. Pelan Ari turun dari ranjang, dia pikir ini sudah pagi, simbok

yang baru sudah mulai menyapu. Tapi saat lihat jam dinding, ternyata masih jam

2. Langkah Ari tertahan. Dia lirik jendela. Di balik tirai itu gelap\, tanda

lampu di area sumur tidak dinyalakan. Ari masih berdiri. Apa mungkin simbok menyapu

malam-malam dengan lampu padam? Penasaran, Ari membuka tirai. Memang bener, di

remang area sumur ada mbok-mbok sedang menyapu pakai sapu lidi. Seperti simbok

yang baru itu. Pakai jarik dan kebaya. Tapi yang ini rambutnya tergerai. Dan

kakinya panjang dan berbulu. Spontan Ari berlari menuju ranjangnya. Dia tutup

kepalanya dengan bantal. Suara sapu lidi itu masih terdengar. Ari berusaha

memejamkan matanya. Dia paksa untuk tidur. Hingga pagi ibunya membangunkannya. Saat

Ari meminum susunya dia mendengar percakapan ibunya dan simbok di sumur. Simbok

mengadu ke Ibunya, sudah 3 kali sapu lidi selalu tergeletak di pinggir sumur,

padahal dia selalu menyimpannya di depan pintu dapur.

“Saya nggak pernah makai Mbok, Simbok kali lupa,” kata ibu

Ari sembari menaruh baju kotor.

“Saya selalu simpen di depan pintu Bu, ya mana mungkin ada

tikus bisa narik sapu ke sumur,” kata simbok serius.

“Kok bau rokok ya mbok?” kata Ibu Ari saat berdiri di

sebelah sumur.

“Bapak kali Bu, tadi ngrokok? Kata simbok asal tebak.

“Bapak dari dulu nggak pernah ngrokok Mbok,” jawab ibu Ari

sembari melangkah ke dapur.

Dan simbok masih saja membahas masalah sapu lidi. Ari tahu

siapa yang memakai sapu lidi. Mbok-mbok kaya simbok. Tapi kakinya panjang dan

berbulu.

Besoknya simbok minta ijin keluar dari pekerjaannya.

Gara-gara tadi Subuh dia melihat perempuan pakai jarik dan kebaya masuk ke

sumur. Kata bapak Ari, mungkin simboknya tidak betah. Dia hanya cari-cari

alasan untuk keluar.

Tapi setelah simbok keluar dan diganti mbak-mbak yang lebih

muda, Ari tidak mendengar suara sapu lidi lagi. Malam-malam dia tidak

terbangun. Hingga suatu pagi ibu Ari membangunkannya.

“Ini susu kamu diminum keburu dingin,” ibu Ari meletakkan

segelas susu di meja Ari.

Ari masih membiasakan matanya dengan terang pagi.

“Ini gambar orang kok kakinya kayak monyet?” Ibu Ari masih

berdiri di sebelah meja Ari. Sepertinya dia sedang memperhatikan sesuatu di

meja.

Ari berusaha duduk. Dia belum nyambung apa  kata ibunya tapi ibunya sudah keluar kamar. Dan

ada yang aneh, kenapa gambar Ari ada di atas meja. Ari tidak pernah

meninggalkan gambarnya sana. Semuanya dia masukkan ke laci. Ari mendekat ke

meja. Dia bertambah heran. Gambar anak yang suka mengambil mainan tergeletak di

mejanya. Dan di kanan kiri gambar anak itu ada coretan-coretan tidak jelas

seperti benang kusut. Dan pensil Ari ada di sebelahnya. Terbesit Ari

membayangkan ibunya iseng mengeluarkan gambarnya dari laci dan mencorat-coret

dengan pensilnya. Atau mbak-mbak pembantu barunya? Dengan kesal Ari menghapus

coretan-coretan di gambarnya. Gambar itu dia masukkan ke laci.

Hari berikutnya, kejadian itu selalu terjadi di pagi hari. Gambar

yang sudah Ari masukkan ke laci, paginya sudah tergeletak di atas meja, ada

coretan di kanan kirinya dan ada pensil di sampingnya. Sampai di satu pagi Ari

bertanya pada ibunya.

“Ma, mama ya yang keluarin gambar Ari,” tanya Ari di depan

mejanya. Ibunya sudah mau membuka pintu kamar.

“Gambar itu? Mama nggak tahu. Bukannya kamu yang nggambar.

Lagian gambar apa sih itu. Serem amat. Orang kok kakinya kayak monyet,” lalu

ibu Ari keluar membawa pakaian kotor.

Ari masih terpaku di depan mejanya. Sepertinya kali ini dia

tidak akan menghapus coretan-coretan itu.

Malam itu, Ari sudah bersiap tidur. Matanya yang setengah

ngantuk masih bisa melihat mejanya. Gambar itu sengaja dia tidak masukkan ke

laci. Dalam posisi terbaring, Ari mencium bau yang tidak biasa di kamarnya.

Seperti bau asap rokok kalau tetangganya sedang merokok. Tidak lama, Ari merasa

ada orang masuk kamarnya. Ada tiga orang. Tapi mereka tidak masuk dari pintu.

Mereka keluar dari tembok yang mengarah ke sumur. Mereka berdiri di depan Ari. Ari

memang tidak sedang berniat bangun. Tetapi dengan kepalanya masih menempel di

bantal, dia ingin mengamati apa yang ada di depannya. Yang di tengah, Ari sudah

sangat kenal. Anak yang suka mengambil mainan. Tapi kini dia sedang menggenggam

pensil Ari. Di sebelah kirinya perempuan tua seperti simbok. Tapi rambutnya

tergerai. Dia membawa sapu lidi. Di sebelah kanannya laki-laki tua memakai

caping seperti petani. Di jari tangannya terselip sebatang rokok. Kaki mereka

semua panjang dan banyak bulunya. Ari tidak sedikitpun bergerak mengubah

posisinya. Dia hanya ingin mengamati lekat-lekat apa yang ada di depannya.

Sampai kantuk membuat dirinya tak sadar.

Pagi hari, seperti biasa ibunya membangunkannya. Biasanya

Ari susah untuk segera bangun. Kali ini dia bergegas menuju mejanya. Gambar dan

pensilnya masih di sana. Ibunya sedikit heran melihat anaknya yang mulai

menggambar. Saat mau keluar, ibunya berhenti. Dia lihat ada sapu lidi tersandar

pada tembok kamar yang mengarah ke sumur.

“Lho ini sapu lidi kok ada di sini,” ibu Ari heran. Dia

memandang ke Ari. Anak itu masih sibuk dengan gambarnya. Tapi ibu Ari mulai

berpikir. Tidak mungkin anaknya membawa sapu itu ke sini. Pintu dapur yang mengarah

ke sumur kalau malam dikunci. Ari tidak akan bisa membukanya karena posisi

kuncinya terlalu tinggi.

“Ijah, sini jah!” ibu Ari memanggil mbak pembantu. Dia tanya

kenapa sapu lidi ada di kamar Ari. Si embak tidak merasa menaruh sapu di situ.

Tapi ibu Ari sepertinya tidak percaya. Dia suruh pembantunya menaruh sapu itu

di depan pintu dapur.

Lalu ibu Ari mendekat ke jendela. Dia merasa ada bau

sesuatu.

“Bau apa sih ini? Kok seperti bau rokok?” ibu Ari memajukan

hidungnya. Dia hirup udara di sekitar jendela. Lalu dia keluar dan kembali lagi

membawa pengharum ruangan. Dia semprotkan ke sudut-sudut kamar, terutama yang

ada di dekat jendela.

Ari masih tak bergeming dengan gambarnya. Dia tak peduli

dengan kesibukan ibunya. Apa yang ada di otaknya kini begitu jelas. Dia ingin

tumpahkan semuanya ke kertas gambar.Karena dia tahu, gambarnya kurang lengkap.

Setelah menghapus coretan benang kusut dia mulai menggambar dua sosok di kanan

kiri gambar anak yang suka mengambil mainan. Hampir setengah jam Ari mencorat

coret kertasnya. Setelah selesai dia merasa puas. Ini gambar terbaik yang

pernah dia bikin. Gambar keluarga yang tinggal di dalam sumur.

Terpopuler

Comments

Fii

Fii

ahaha gambarnya ga serem tp malah lucu

2021-11-17

0

Suryatina Handayani

Suryatina Handayani

gambar yg unik,perlu d kembangkan.dr kecil sdh pandai buat gambar semoga kl sdh dewasa Ari jadi arsitek yaa...

2021-07-16

1

Liani.

Liani.

seremmm,, bagus cerita mu thor, smkin mnarik.

2021-05-24

0

lihat semua
Episodes
1 Sinopsis dan Prolog
2 Bab 1 : Hantu Anak Kecil yang Suka Mengambil Mainan
3 Bab 2 : Keluarga Hantu yang Tinggal di Dalam Sumur
4 Bab 3 : Hantu Penunggu Klinik Psikiatri
5 Bab 4 : Sepasang Hantu di Warung Bakso
6 Bab 5 : Hantu Perempuan Lidah Menjulur
7 Bab 6 : Permata + Harindra = Matahari
8 Bab 7 : Hantu Anak Perempuan Kaki Hancur
9 Bab 8 : Hantu Perempuan Rambut Berjuntai-juntai
10 Bab 9 : Hantu Bungkusan Putih di Toilet
11 Bab 10 : Hantu Yang Tidak Mau Digambar
12 Bab 11 : Ari Si Penggambar Hantu
13 Bab 12 : Suara Kaki Kuda di Teras Kelas
14 Bab 13 : Hantu Anak Perempuan yang Cantik
15 Bab 14 : Hantu yang Terjebak di Ruang Bawah Tanah
16 Bab 15 : Tragedi Upacara Bendera
17 Bab 16 : Orang-orang Berbaju Putih
18 Bab 17 : Petunjuk Sang Paranormal
19 Bab 18 : Menyelamatkan Tata
20 Bab 19 : Ari dan Kelas Buangan
21 Bab 20 : Aku Selalu Percaya Sama Kamu
22 Bab 21 : Hantu yang Ingin Masuk ke Sekolah
23 Bab 22 : Hantu Tanpa Kepala
24 Bab 23 : Kucing Hitam Bermata Aneh di Aula
25 Bab 24 : Suara Perempuan Menangis di Taman
26 Bab 25 : Hantu Badan Patah-patah di Dalam Kolam Renang
27 Bab 26 : Tragedi di Kolam Renang
28 Bab 27 : Hantu Cantik Memakai Bunga
29 Bab 28 : Suara Kepak Burung di Atap Sekolah
30 Bab 29 : Ruang Penyimpanan Matras yang Penuh Belatung
31 Bab 30 : Hantu yang Menggantung di Langit-langit Kelas
32 Bab 31 : Hantu yang Tidak Mau Dijodohkan
33 Bab 32 : Hantu Bersayap di Parkir Mobil
34 Bab 33 : Tiga Murid Hilang di Toilet
35 Bab 34 : Burung Besar Menabrak Pak Riza
36 Bab 35 : Menyelamatkan Nara
37 Bab 36 : Insiden di Aula Sekolah
38 Bab 37 : Pertemanan Sampai Dewasa
39 Bab 38 : Tata yang Menemukan Dunianya
40 Bab 39 : Hantu Anak Kecil Bertangan Hitam
41 Bab 40 : Hantu Kepala Kijang
42 Bab 41 : Hantu Perempuan Rambut Melayang
43 Bab 42 : Perkemahan Sabtu Minggu
44 Bab 43 : Anak Perempuan Bernama Lisa
45 Bab 44 : Hantu Noni Belanda yang Berjalan Mundur
46 Bab 45 : Perhitungan dengan Fatar
47 Bab 46 : Bercak Hitam di Dinding Laboratorium Komputer
48 Bab 47 : Masih Ada Hantu di Sekolah
49 Bab 48 : Tata yang Tidak Mau Memakai Kalungnya
50 Bab 49 : Kalung Baru Buat Tata
51 Bab 50 : Hantu yang Menyaru Seperti Lisa
52 Bab 51 : Bercak Hitam yang Berbentuk Sosok Bertangan dan Berkaki Panjang
53 Bab 52 : Pengakuan Lisa
54 Bab 53 : Murid-murid yang Pingsan di Lorong Bawah Tanah
55 Bab 54 : Hantu Perempuan yang Menempel di Tembok
56 Bab 55 : Insiden di Laboratorium Komputer
57 Bab 56 : Setelah Insiden di Laboratorium Komputer
58 Bab 57 : Perpecahan Komplotan Tidak Takut Hantu
59 Bab 58 : Ari Menggambar Hantu Lagi
60 Bab 59 : Indigo Freak
61 Bab 60 : Puluhan Bungkusan Putih di Kebun
62 Bab 61 : Hantu Bayangan Setinggi Gedung Sekolah
63 Bab 62 : Ari dan Tata Jadian di Gedung Alun-alun
64 Bab 63 : Belinda, Hantu Remaja dari Gedung Alun-alun
65 Bab 64 : Hantu yang Berjalan Kayang
66 Bab 65 : Hantu Bongkok Berwajah Tengkorak
67 Bab 66 : Ada Pintu di Dinding Gudang Bawah Tanah
68 Bab 67 : Pencarian Hantu Mata Satu Bergigi Panjang
69 Bab 68 : Ari, Tata, Lisa dan Belinda
70 Bab 69 : Bersatunya Kembali Komplotan Tidak Takut Hantu
71 Bab 70 : Kekacauan di Sekolah
72 Bab 71 : Daun Kelor untuk Hantu Bayangan
73 Bab 72 : Hantu Mata Satu Bertaring Panjang
74 Bab 73 : Ari Hanya Ingin Menyelamatkan Tata
75 Bab 74 : Akhir Hantu Bayangan
76 Bab 75 : Kematian Bapak Ari
77 Bab 76 : Ari Bertemu Kakeknya
78 Bab 77 : Ari dan Alam Lain
79 Bab 78 : Saudara yang Tak Akan Terpisahkan
80 Bab 79 : Suatu Malam di Pinggir Kolam Renang
81 Bab 80 : Misi Komplotan Tidak Takut Hantu
82 Bab 81 : Ari dan Penderitaan Ibunya
83 Bab 82 : Bola Api di Atas Atap Sekolah
84 Bab 83 : Hantu Perempuan Petugas Hotel
85 Bab 84 : Kerajaan Hantu di Tempat Wisata
86 Bab 85 : Kehebohan di Aula Hotel
87 Bab 86 : Bus Rombongan Kelas Tata yang Hilang
88 Bab 87 : Ari dan Tata Tak Terpisahkan di Alam Lain
89 Bab 88 : Teriakan dari Dinding Gudang Bawah Tanah
90 Bab 89 : Sesuatu yang Menghantui Sekolah
91 Bab 90 : Bangku yang Jalan Sendiri
92 Bab 91 : Sosok Berjubah Hitam
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Sinopsis dan Prolog
2
Bab 1 : Hantu Anak Kecil yang Suka Mengambil Mainan
3
Bab 2 : Keluarga Hantu yang Tinggal di Dalam Sumur
4
Bab 3 : Hantu Penunggu Klinik Psikiatri
5
Bab 4 : Sepasang Hantu di Warung Bakso
6
Bab 5 : Hantu Perempuan Lidah Menjulur
7
Bab 6 : Permata + Harindra = Matahari
8
Bab 7 : Hantu Anak Perempuan Kaki Hancur
9
Bab 8 : Hantu Perempuan Rambut Berjuntai-juntai
10
Bab 9 : Hantu Bungkusan Putih di Toilet
11
Bab 10 : Hantu Yang Tidak Mau Digambar
12
Bab 11 : Ari Si Penggambar Hantu
13
Bab 12 : Suara Kaki Kuda di Teras Kelas
14
Bab 13 : Hantu Anak Perempuan yang Cantik
15
Bab 14 : Hantu yang Terjebak di Ruang Bawah Tanah
16
Bab 15 : Tragedi Upacara Bendera
17
Bab 16 : Orang-orang Berbaju Putih
18
Bab 17 : Petunjuk Sang Paranormal
19
Bab 18 : Menyelamatkan Tata
20
Bab 19 : Ari dan Kelas Buangan
21
Bab 20 : Aku Selalu Percaya Sama Kamu
22
Bab 21 : Hantu yang Ingin Masuk ke Sekolah
23
Bab 22 : Hantu Tanpa Kepala
24
Bab 23 : Kucing Hitam Bermata Aneh di Aula
25
Bab 24 : Suara Perempuan Menangis di Taman
26
Bab 25 : Hantu Badan Patah-patah di Dalam Kolam Renang
27
Bab 26 : Tragedi di Kolam Renang
28
Bab 27 : Hantu Cantik Memakai Bunga
29
Bab 28 : Suara Kepak Burung di Atap Sekolah
30
Bab 29 : Ruang Penyimpanan Matras yang Penuh Belatung
31
Bab 30 : Hantu yang Menggantung di Langit-langit Kelas
32
Bab 31 : Hantu yang Tidak Mau Dijodohkan
33
Bab 32 : Hantu Bersayap di Parkir Mobil
34
Bab 33 : Tiga Murid Hilang di Toilet
35
Bab 34 : Burung Besar Menabrak Pak Riza
36
Bab 35 : Menyelamatkan Nara
37
Bab 36 : Insiden di Aula Sekolah
38
Bab 37 : Pertemanan Sampai Dewasa
39
Bab 38 : Tata yang Menemukan Dunianya
40
Bab 39 : Hantu Anak Kecil Bertangan Hitam
41
Bab 40 : Hantu Kepala Kijang
42
Bab 41 : Hantu Perempuan Rambut Melayang
43
Bab 42 : Perkemahan Sabtu Minggu
44
Bab 43 : Anak Perempuan Bernama Lisa
45
Bab 44 : Hantu Noni Belanda yang Berjalan Mundur
46
Bab 45 : Perhitungan dengan Fatar
47
Bab 46 : Bercak Hitam di Dinding Laboratorium Komputer
48
Bab 47 : Masih Ada Hantu di Sekolah
49
Bab 48 : Tata yang Tidak Mau Memakai Kalungnya
50
Bab 49 : Kalung Baru Buat Tata
51
Bab 50 : Hantu yang Menyaru Seperti Lisa
52
Bab 51 : Bercak Hitam yang Berbentuk Sosok Bertangan dan Berkaki Panjang
53
Bab 52 : Pengakuan Lisa
54
Bab 53 : Murid-murid yang Pingsan di Lorong Bawah Tanah
55
Bab 54 : Hantu Perempuan yang Menempel di Tembok
56
Bab 55 : Insiden di Laboratorium Komputer
57
Bab 56 : Setelah Insiden di Laboratorium Komputer
58
Bab 57 : Perpecahan Komplotan Tidak Takut Hantu
59
Bab 58 : Ari Menggambar Hantu Lagi
60
Bab 59 : Indigo Freak
61
Bab 60 : Puluhan Bungkusan Putih di Kebun
62
Bab 61 : Hantu Bayangan Setinggi Gedung Sekolah
63
Bab 62 : Ari dan Tata Jadian di Gedung Alun-alun
64
Bab 63 : Belinda, Hantu Remaja dari Gedung Alun-alun
65
Bab 64 : Hantu yang Berjalan Kayang
66
Bab 65 : Hantu Bongkok Berwajah Tengkorak
67
Bab 66 : Ada Pintu di Dinding Gudang Bawah Tanah
68
Bab 67 : Pencarian Hantu Mata Satu Bergigi Panjang
69
Bab 68 : Ari, Tata, Lisa dan Belinda
70
Bab 69 : Bersatunya Kembali Komplotan Tidak Takut Hantu
71
Bab 70 : Kekacauan di Sekolah
72
Bab 71 : Daun Kelor untuk Hantu Bayangan
73
Bab 72 : Hantu Mata Satu Bertaring Panjang
74
Bab 73 : Ari Hanya Ingin Menyelamatkan Tata
75
Bab 74 : Akhir Hantu Bayangan
76
Bab 75 : Kematian Bapak Ari
77
Bab 76 : Ari Bertemu Kakeknya
78
Bab 77 : Ari dan Alam Lain
79
Bab 78 : Saudara yang Tak Akan Terpisahkan
80
Bab 79 : Suatu Malam di Pinggir Kolam Renang
81
Bab 80 : Misi Komplotan Tidak Takut Hantu
82
Bab 81 : Ari dan Penderitaan Ibunya
83
Bab 82 : Bola Api di Atas Atap Sekolah
84
Bab 83 : Hantu Perempuan Petugas Hotel
85
Bab 84 : Kerajaan Hantu di Tempat Wisata
86
Bab 85 : Kehebohan di Aula Hotel
87
Bab 86 : Bus Rombongan Kelas Tata yang Hilang
88
Bab 87 : Ari dan Tata Tak Terpisahkan di Alam Lain
89
Bab 88 : Teriakan dari Dinding Gudang Bawah Tanah
90
Bab 89 : Sesuatu yang Menghantui Sekolah
91
Bab 90 : Bangku yang Jalan Sendiri
92
Bab 91 : Sosok Berjubah Hitam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!