Aku Bukan Pelakor

Aku Bukan Pelakor

Episode 1

Siang itu, Ana terlihat buru-buru keluar dari kampus, usai ia dinyatakan lulus oleh dosen penguji Tugas Akhirnya. Ana bergegas pergi mengunjungi perusahaan PT. Asri Group untuk mencari keberadaan kekasihnya, ia sudah tidak sabar ingin menyampaikan kabar kelulusan ini padanya.

Setibanya di perusahaan PT.Asri Group, Ana di sambut oleh seorang receptionist yang menanyakan keperluannya. "Selamat siang, ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya seorang wanita muda yang berdiri di belakang meja receptionist.

Ana tersenyum penuh semangat. "Siang, saya ingin bertemu dengan Pak Julio, apa beliau ada di tempat?"

"Maaf Nona, sudah dua minggu yang lalu Pak Julio tidak lagi bekerja di sini. Beliau sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai manager accounting di PT. Asri Group," jawab wanita itu.

Deg...

Jantung Ana seakan berhenti, wajahnya berubah menjadi pucat pasi mendengar bahwa kekasihnya tidak lagi bekerja di PT. Asri Group. Pikiran Ana menjadi sangat tidak karuan, ia memikiran bagaimana nasib anak yang berada dikandungnya. Orang yang seharusnya bertanggung jawab atas kehamilannya, kini justru menghilang bak ditelan bumi.

'Kemana kamu, Mas? Mengapa kamu pergi meninggalkan aku? Bagaimana nasib janin ini?' gumam Ana dalam hati, sambil meremas pakaiannya.

Tanpa Ana sadari dari kejauhan ada seseorang pria yang memperhatikannya. Orang tersebut adalah Rio Darmanto, yang tak lain merupakan pembimbing lapangan Ana pada saat Ana magang di PT. Asri Group.

Dahulu saat Ana masih magang Rio masih menjadi staff accounting di bawah kepemimpinan Julio, namun setelah Julio keluar dari PT. Asri Group, Rio lah yang menggantikan posisi Julio menjabat sebagai manager accounting.

Rio berlari kecil menghampiri gadis itu. "Hai Ana, sudah lama tidak jumpa," sapanya dengan ramah. "Ada keperluan apa kamu datang kemari?" tanya Rio, ia sedikit penasaran dengan kedatangan Ana karena seingat Rio semua data yang diperlukan Ana untuk menyusun laporan magangnya sudah ia berikan semuanya.

"Sa... saya mencari Pak julio," jawab Ana, terbata-bata.

"Pak julio?" Rio heran mengapa gadis cantik ini tiba-tiba mencari mantan managernya. "Ana, bisakah kamu ikut denganku ke Specta Cafe? Aku ingin mengobrol sebentar denganmu!" ajaknya.

Selain rasa penasaran akan keperluan Ana mencari Julio, Rio juga rindu berbincang dengan Ana, sehingga tak ada salahnya mengajak gadis itu mengobrol sejenak di cafe yang berada diseberang kantornya.

Ana menganggukan kepalanya, kemudian ia menyerahkan kunci mobilnya kepada Rio. "Bapak saja ya yang nyetir," Ana tahu jika Rio akan menerima tawarannya sebab parkiran karyawan tempat Rio memarkirkan kendaraannya, jaraknya cukup jauh dari gedung utama.

Rio tersenyum sembari menerima kunci tersebut. "Oke," ia dan Ana pun masuk ke mobil dan meluncur menuju Specta Cafe.

Sesampainya di Specta Cafe Rio bercerita bahwa sudah dua minggu yang lalu Julio tidak lagi bekerja di PT. Asri Group, lebih lanjut Rio menceritakan jika Julio sempat menawarkan apartemennya untuk di jual kepadanya.

"An, kalo boleh aku tau, ada keperluan apa kau mencari Pak Julio? Setauku seminggu yang lalu Pak Julio sudah pulang ke kampung halamannya untuk menemani istrinya melahirkan! Apa masih ada dokumen yang harus di tanda tangani? atau ada data yang masih kau butuhkan?" tanya pria itu semakin penasaran.

"Is-tri? Bukan kah Pak Julio belum menikah?" Ana benar-benar terkejut dengan apa yang disampaikan oleh pria yang duduk di hadapannya.

"Kamu tidak tahu jika Pak Julio telah menikah dan memiliki anak?" Rio seperti berpikir sejenak. "Memang sih, istri Pak Julio tidak pernah terlihat, karena istri beliau tinggal di desa." Rio memberikan handphonenya kepada Ana, ia memperlihatkan beberapa foto adik kandungnya yang sedang menjenguk istri Julio saat melahirkan anak ke-2nya. Adiknya kebetulan merupakan sahabat baik dari istrinya Julio.

Saat Rio ingin kembali melajutkan ceritanya tiba-tiba saja...

Brug...

Ana terjatuh pingsan.

"Ana...!" Tanpa berfikir panjang Rio segera membopong tubuh gadis itu masuk ke dalam mobil dan membawanya kerumah sakit terdekat.

Setibanya di rumah sakit Rio membaringkan tubuh Ana di atas brangkar, kemudian sang perawat membawa Ana ke ruang IGD, sementara Rio menunggu di ruang tunggu.

Dua puluh menit berlalu, masih belum juga ada tanda-tanda dokter atau perawat keluar dari ruang IGD, hingga di menit ke tiga puluh barulah pintu ruang IGD terbuka, secara tak sabar Rio segera menghampiri dokter yang memeriksa Ana.

"Bagaimana keadaan Ana dok?" Rio tak dapat menutupi rasa kekhawatirannya terhadap kondisi Ana.

"Alhamdulillah pasien sudah siuman, namun pasien masih harus banyak istirahat dan tidak boleh terlalu banyak pikiran karena hal itu bisa mempengaruhi janin yang berada dalam kandungnya," terang sang dokter. "Tolong agar Bapak juga ikut menjaga kandungan Bu Ana dengan baik." 

"Ha... hamil dok?" Rio terlihat bingung, karena sepengetahuannya Ana belum menikah.

"Betul Pak, istri anda kini sedang hamil muda, apa Bapak tidak mengetahui jika istri Bapak sedang mengandung? Saya sarankan agar istri Bapak dirawat beberapa hari di rumah sakit untuk memantau kondisi janin yang berada dikandungannya."

Meski masih terlihat bingung, Rio mengangguk setuju. Ia mengikuti saran yang dianjurkan oleh dokter untuk merawat Ana dirumah sakit hingga kondisi Ana dan janinnya benar-benar pulih.

Puas mendengar seluruh penjelasan dari dokter, Rio bergegas menuju ruang administrasi untuk mengurus administrasi rawat inap Ana, sementara itu beberapa orang perawat memindahkan Ana keruang rawat inap.

Setelah semua administrasi selesai, barulah Rio menghampiri Ana, dan menemaninya di ruang rawat inapnya.

Perlahan Ana membuka matanya, ia masih merasakan sedikit pusing di kepalanya. Ana merotasikan matanya memperhatikan keadaan disekelilingnya sambil mengingat-ingat apa yang terjadi dengan dirinya.

"An, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Rio dengan raut wajah cemas.

"Aku di mana Pak Rio?"

Ingatan terakhir yang muncul dalam memory otaknya adalah saat dirinya sedang berada di cafe mengobrol bersama Rio, namun ia merasa heran mengapa sekarang dirinya sudah berada di rumah sakit.

"Aku membawamu ke rumah sakit karena tadi pada saat kita ngobrol, tiba-tiba kamu jatuh pingsan. Sekarang bagaimana keadaanmu? apa yang kamu rasakanan?"

"Aku sudah jauh lebih baik kok Pak, terima kasih sudah menolongku," jawab Ana, ia berusaha untuk duduk dan mengambil minum yang berada dimeja disebelah tempat tidurnya, namun dengan sigap Rio membantunya.

"Terima kasih Pak Rio, maaf aku merepotkan."

"Tidak apa-apa, aku tidak merasa direpotkan olehmu." Rio kembali membantu Ana menaruh kembali minumannya di meja.

"An, maaf jika aku lancang. Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?"

Meski awalnya ia sempat ragu, namun Rio akhirnya memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Ana.

Ana menganggukan kepalanya, "Boleh, Pak." Ia mempersilahkan Rio untuk bertanya kepadanya.

"An, apa kamu sedang hamil?" tanya Rio dengan sedikit ragu-ragu. "Maaf aku tahu ini dari dokter yang tadi memeriksamu," sambungnya.

Ana hanya menganggukan kepalanya lemah, ia tak mampu menjawab pertanyaan Rio. Mata gadis itu mulai berkaca-kaca, perlahan buliran-buliran bening jatuh di wajah cantiknya.

"Apa Pak Julio yang menghamilimu?" tanya Rio kembali dengan sangat hati-hati.

Tangis Ana semakin menjadi-jadi, air matanya kian deras mengalir dipipinya.

"Aku sungguh-sungguh minta maaf An," Rio tak lagi bertanya apa pun kepada Ana, ia mencoba menenangkannya.

Hanya dengan melihat reaksi Ana saja, ia sudah langsung tahu semua jawaban pertanyaan dalam benaknya. Rio merasa sangat iba kepada Ana, pria itu membayangkan jika dirinya menjadi Ana tentu sangat berat.

Mengandung di luar nikah dengan pria yang telah memiliki seorang istri. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Rio berharap Ana tidak melakukan hal yang tidak-tidak.

Setelah ana mulai tenang, Rio menghubungi sekretarisnya, ia menginformasikan bahwa selepas istirahat ini, ia tidak kembali lagi ke kantor. Rio baru akan kembali ke kantor keesokan paginya.

"An, apa kamu ingin menghubungi keluargamu untuk membawakan barang-barangmu. karena kata dokter kamu harus istirahat beberapa hari di rumah sakit." Rio memberikan handphonenya kepada Ana.

Ana ragu menerimanya, ia merasa sangat tidak enak kepada Rio karena telah banyak merepotkannya.

"Pakailah!" Rio menaruh handphonenya ditangan Ana.

Ana pun menghubungi asisten rumah tangganya, dan menyuruhnya untuk datang kemari membawakan barang-barangnya.

"Terima kasih pak Rio, apa boleh aku meminta satu hal lagi kepada bapak?" pinta Ana sambil mengembalikan handpone Rio.

"Apa itu? katakanlah!!!"

"Tolong jangan bilang hal ini kepada siapa pun," Ana menundukan kepalanya, ia sangat malu dengan aibnya yang telah diketahui oleh Rio.

"Kamu tenang saja, aku janji tidak akan bilang kepada siapa pun. Sekarang kamu istirahatlah aku akan menjagamu disini."

"Tidak perlu pak, sebentar lagi asisten rumah tanggaku akan datang."

"Kalo begitu aku akan disini sampai asistenmu datang. Sekarang kamu istirahatlah!"

Karena masih sedikit pusing dan lemas, Ana pun menuruti perintah Rio. Gadis itu kembali merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur dan perlahan mulai menutup matanya.

Saat gadis itu tengah tertidur dengan lelap, asisten rumah tangga Ana datang. Rio mengajaknya untuk mengobrol di luar. Dalam obrolannya itu asisten Ana menceritakan jika ia hanya tinggal berdua dengan Ana, kakak kandung gadis itu sudah menikah dan tinggal bersama dengan suaminya, sedangkan Papanya telah menikah lagi dan tinggal bersama dengan istri barunya.

Usai mendengar penuturan asisten rumah tangga Ana, Rio memintanya untuk pulang dan kembali lagi esok hari saat rio bekerja.

"Tapi pak..."

"Biar aku yang akan menjaganya. Tenanglah! Aku tidak akan berbuat macam-macam padanya" Rio menyakinkan asisten Ana jika dirinya akan menjaga Ana dengan baik.

"Baiklah, Pa Rio. Kabari aku jika ada apa-apa." Asisten Ana pun menuruti permintaan Rio, ia kembali pulang kekediaman Ana.

Saat ana terbangun dari istirahatnya ana melihat barang-barangnya sudah berada di dalam kamar rawat inapnya namun ia tidak melihat keberadaan asistennya yang ada hanya Rio yang sedang duduk di sofa sambil memperhatikan tabletnya.

"Pak Rio, di mana asistenku?" tanya Ana.

"Sudah aku suruh pulang," jawan Rio santai, ia mendekat kearah Ana dan duduk di sebelah tempat tidurnya.

"Loh kenapa Bapak suruh dia pulang?"

"Besok pagi dia akan kembali lagi ke sini untuk menjagamu saat aku ke kantor" Rio mendekatkan wajahnya ke wajah Ana, hingga membuat gadis itu membulatkan matanya karena terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Rio

Sambil tersenyum Rio memencet tombol nurse call, hal tersebut membuat Ana menghembuskan nafas lega, karena ternyata dugaannya keliru terhadap Rio.

Tak lama kemudian perawat datang ke kamar Ana. Rio meminta perawat wanita membantu Ana mengganti pakaian Ana.

"Aku tunggu di luar ya." Rio melangkahkan kakinya keluar dari kamar rawat inap Ana.

Terpopuler

Comments

N⃟ʲᵃᵃ࿐DHE-DHE"OFF🎤🎧

N⃟ʲᵃᵃ࿐DHE-DHE"OFF🎤🎧

aku hadir kak

2022-07-02

0

🥀⃞B⃟c Qҽízα ₳Ɽ..k⃟K⃠✰͜͡W⃠

🥀⃞B⃟c Qҽízα ₳Ɽ..k⃟K⃠✰͜͡W⃠

awal yg bagus.....

2022-03-24

1

hapus akun

hapus akun

untung msh ada orang baik yg mau menjaga ana,,apa sebenarnya Rio suka ke ana? atau nanti dia jg yg mau menikahi ana? semoga

2022-02-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!