Pak Adijaya dan Adrian tercengang, melihat sosok di balik topeng itu.
"Nadia?" Pekik kedua orang itu bersamaan.
Nampak Nadia menangis di balik topeng itu, sedari tadi Ia berusaha menahan rintihannya agar tidak ketahuan, tapi tetap saja usahanya gagal. Nadia terlihat ketakutan.
Adrian mengepalkan kedua tangannya, rasanya Ia ingin sekali mencekik Nadia saat itu juga. Tapi Ia tidak mau harga dirinya sebagai laki-laki kembali ternodai.
Nadia menangis dan memohon agar segera di lepaskan. Tapi, bagi Adrian dan Pak Adijaya, kesalahannya sangat fatal.
"Percuma kamu menangis Nadia! Ini adalah tindakan penganiayaan, kamu harus mendapatkan hukuman yang setimpal. Pihak kampus juga akan segera menyurati orang tuamu. Kamu akan di keluarkan dari kampus ini!" tegas Pak Adijaya.
Pak Adijaya sangat geram. Ia merasa, Nadia telah mencoreng nama baik kampus tempatnya bekerja, ini adalah penganiayaan pertama yang di lakukan Mahasiswi di kampusnya. Citranya sebagai kampus unggulan akan sirna. Pak Adijaya langsung menghubungi kantor polisi terdekat.
Adrian yang tiba-tiba teringat dengan Lily, memilih meninggalkan Nadia yang sudah di tangani oleh Pak Adijaya. Adrian melajukan mobilnya ke rumah sakit terdekat, Ia yakin Alexander membawa Lily ke sana.
Di perjalanan, Ia tak henti-hentinya merutuki keterlambatannya menolong Lily. Setelah menempuh perjalanan beberapa menit,
Adrian tiba di rumah sakit itu, Ia langsung berjalan ke arah UGD setelah bertanya kepada petugas yang berjaga.
Nampak, Alexander sudah berada di ruang UGD, dengan keadaan gelisah. Ia terlihat sesekali berjalan bolak-balik di depan ruangan itu. Adrian berjalan menghampirinya,
"Bagaimana keadaan Lily?" tanya Adrian.
"Entahlah, Dokter belum juga keluar, Aku sangat khawatir dengannya. Terlebih lagi, Lily kehilangan banyak darah di bagian kaki dan kepalanya." Ucap Alexander dengan lirih.
Adrian kembali terlihat cemas, setelah mendengar jawaban dari Pria berumur 25 tahun itu.
Perasaannya gamang. Kali ini, Ia benar-benar terlihat kacau. Ia memilih melangkah ke sebuah ruangan yang berada di belakang Rumah Sakit itu. Terlihat sebuah bangunan mushallah berdiri kokoh di sana.
Adrian melangkah memasuki Mushallah itu, setelah berwudhu di tempat yang di sediakan.
Ia duduk bersimpuh menengadahkan tangan setelah melaksanakan sholat dua raka'at. Air matanya mengalir. Entah, kapan terakhir kalinya Ia berdo'a dan bermunajat pada Yang Kuasa.
"Ya Allah..., Aku sangat tahu, Aku berlumur dosa, Aku sangat jarang menyebut nama-Mu, Aku tidak tahu cara beribadah yang baik kepada-Mu. Tapi Aku mohon, perkenankanlah do'aku. Engkau sudah mengambil kedua orang tuaku.... Tolong..., jangan mengambil Lily. Dia adalah satu-satunya orang yang kupunya saat ini." Pinta Adrian dalam munajatnya pada Sang Ilahi. Air matanya sudah tak dapat Ia bendung. Adrian berusaha menghapus air matanya dan menguatkan dirinya. Setelah merasa tenang, Ia kembali ke ruang UGD.
Pandangannya masih tertuju pada Alexander yang duduk di depan UGD, Ia mengahmpirinya dan duduk di sebelahnya. Adrian berharap dokter segera keluar dan membawa kabar baik.
Adrian dan Alexander langsung berdiri saat melihat Dokter wanita yang masih muda keluar dari ruang UGD, di ikuti beberapa perawat di belakangnya.
"Bagaimana keadaan Nona Lily, Dokter?" tanya Alexander.
"Pasien harus segera melakukan transfusi darah. Pasien mengalami Syok Hipovolemik.
Saat pasien mengalami Syok Hipovolemik, jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah cukup ke seluruh tubuh, dan menyebabkan turunnya tekanan darah. Terlebih lagi, pasien kehilangan banyak darah, akibat luka di kaki dan kepalanya. Luka sobek di kakinya semakin melebar, tapi kami sudah menjahitnya. Sebanarnya masih ada satu lgi yang menambah kekhawatiran kami. Lily memiliki golongan darah Rhesus Negatif, yaitu B-. Jumlah golongan darah ini sangat langkah, hanya sekitar 0,4 persen di Asia. Sebenarnya bisa saja Ia menerima pendonor dari yang bergolongam darah O-, tapi sekali lagi kedua darah ini tidak selalu tersedia di Rumah sakit atau pun di PMI." Ujar Dokter wanita itu.
Adrian merasa seluruh tubuhnya lemas, tubuhnya terasa kehilangan seluruh tenaganya.
"Dokter bolehkah menunggu beberapa jam lagi? karna kedua orang tua Lily masih ada di luar kota, saya juga akan segera kekantor PMI untuk mencari stok darah yang di butuhkan." Ucap Adrian dengan raut wajah sedihnya.
"Tidak perlu berlama-lama menunggu orang tuanya untuk transfusi darah, darah saya B-, ambil darah saya saja Dok, jika menunggu orang tuanya, akan memakan waktu yang cukup lama, belum tentu juga keadaan orang tuanya cukup sehat untuk jadi pendonor." Ujar Alexander.
Adrian dan Dokter wanita itu tersenyum lega, setelah mendengar ucapan Alexander.
Alexander di arah ke salah satu ruangan, untuk melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu. Gaya hidup sehat yang Ia jalani, memudahkannya untuk langsung melakukan transfusi darah sore itu.
Adrian terus berada di samping Lily. Dokter wanita yang mengani Lily, terus melirik ke arah Adrian, wajah sedihnya sama sekali tak mengurangi ketampanannya.
Sore itu transfusi darah yang mereka jalani berlangsung hampir empat jam. Setelah itu, Lily di pindahkan ke salah satu ruang perawatan VVIP atas permintaan Adrian.
*Malam hari, Pukul 19:10. Diruang perawatan Lily
Lily masih terbaring tak sadarkan diri, di temani oleh Alex. Sedang Adrian, keluar menemui Pak Dodi yang datang membawa pakaian ganti dan beberapa barang yang mereka perlukan selama di Rumah Sakit.
Alex terlihat tengah merebahkan tubuhnya di kursi panjang, yang terletak di sudut ruangan.Ia tiba-tiba terlonjak mendengar rintihan Lily, Ia langsung menghampiri Lily.
Ia melihat mata Lily masih terpejam, Lily terlihat seperti orang yang sedang mengigau, terus meracau dengan mata yang masih tertutup.
"Tolong..., lepaskan aku! Pergi...!" kata-kata itu berulang kali terdengar dari mulut Lily. Alexander menepuk-nepuk pipi Lily dengan lembut, untuk menyadarkannya.
Lily terbangun, setelah merasakan tepukan halus di pipinya. Nafasnya menderu, Ia terlihat sangat ketakutan, Ia melihat Alexander di depannya dan spontan langsung memeluknya.
"Mr. Alexander, tadi... tadi ada badut di sini..., dia kembali..., dia kembali Mr. Alexander, dia telah kembali dan akan membunuhku." Ucap Lily dengan suara yang terdengar sangat ketakutan.
Alexander dapat merasakan dinginnya tangan Lily yang memeluknya erat. Ia iba melihat kondisi Lily yang terlihat sangat syok.
Alexander membalas pelukan Lily, Ia mengusap lembut kepala Lily.
"Siapa yang kembali Lily? Siapa yang akan membunuh mu? Kau akan baik-baik saja, Aku akan menemanimu, Aku akan menjamu percayah...," Hibur Alexander.
Alexander terus berusaha menenangkan Lily,
"Takkan kubiarkan orang itu menyentuhmu lagi, Aku akan menjagamu. Dan kau harus percaya itu!" Tegas Alexander.
Lily terlihat mulai bisa mengontrol rasa takutnya. Ia kemudia melepas pelukannya pada Alexander,
"Sekarang, beristirahatlah! Aku akan menemanimu di sini." Ucap Alexander, Ia membantu Lily kembali berbaring di atas h**ospital bed-nya.
Alexander kembali mengusap lembut kepala Lily, dan satu tangannya menggenggam erat tangan Lily yang masih terasa dingin.
Tanpa mereka sadari, Adrian melihat pemandangan itu dari cela pintu yang sedikit terbuka. Entah sejak kapan Ia berdiri di sana.
Yang jelas ada perasaan sesak yang menyelimuti dadanya. Entah karna melihat keadaan Lily yang kembali syok, atau karna melihat kedekatan Lily dengan Alexnder.
Adrian berusaha menenangkan hatinya dan berjalan menghampiri Lily.
"Bagaimana kabarmu Lily?" tanya Adrian.
"Maafkan aku Rian..., Aku kembali merepotkan mu, sebaiknya kau pulang lah, Aku akan meminta anak-anak di cafe untuk datang menemaniku." Ucap Lily, Ia terlihat mulai bisa menguasai rasa takutnya, Ia melepas pegangan tangan Alexander.
"Apa yang kau katakan? Kau menyuruhku pulang? Aku tidak mau mendapat omelan dari kedua orang tuamu. Aku akan menemanimu di sini!" ucap Adrian dengan wajah kesalnya.
Ia masih berusaha terlihat menyebalkan di hadapan Lily.
" Tenang saja, biasanya mereka akan pergi selama 10 hari hingga 2 pekan. Mereka akan datang setelah Aku sembuh, Aku sudah cukup merepotkanmu. Pulanglah!" perintah Lily.
Kali ini Adrian sungguh tidak rela bila harus meninggalkan Lily, entah karna keadaannya yang masih lemah, atau karna kehadiran Alexander di samping Lily.
"Sudah, Istirahatlah! Bagaimana jika badut itu kembali satang menyerangmu? Biarkan Aku tetap disini. Apa kau lapar? sejak pagi kau hanya mengisi perutmu dengan salad, pasti kau sangat lapar, kau mau makan apa?" tanya Adrian. Adrian berusaha mengalihkan ucapan Lily yang menyuruhnya pulang dan tak ingin merepotkannya.
Lily menangguk lemas.
"Iya aku lapar Rian...," suara terdengr sangat lembut.
Lily kembali mengerucutkan bibirnya. Sebenarnya Lily malu mengakuinya di hadapan Adrian, Lily benar-benar sungkah kepada Adrian. Tapi, kali ini Ia tak mampu menahan rasa laparnya.
Lagi-lagi Adrian melihat expresi menggemaskan dari Lily.
"Kenapa kau harus menirukan pose manismu itu sekarang? Hentikan! Disini ada Alexander, Aku tidak rela bila dia melihatmu semanis ini, lalu kenapa suaramu tadi nampak begitu terdengar lembut. Kali ini aku benar-benar tidak rela." Gumam Adrian.
"Apa yang aku pikirkan, Dia itu hanya wanita gemuk yang buka type ku sama sekali. Aku menolongnya hanya karna balas budi, Iya, hanya karna balas budi. Sadar Adrian." Adrian kembali bergumam. Ia sungguh merasa, ucapan dan hatinya benar-benar menyebalkan, dua hal itu terus saja berdebat dalam dirinya, jika sudah membahas Lily.
Alexander tersenyum melihat tingkah Lily
"Kenapa kau mengerucutkan bibirmu? kau terlihat sangat menggemaskan Lily, jangan melakukan hal itu lagi di hadapan laki-laki lain! karna mereka akan melihat pemandangan yang indah dari wajahmu." Goda Alexander.
Lily terlonjak mendengar ucapan Alexander. Ia selalu saja tidak sadar melakukan hal itu.
"Dia tidak hanya pandai dalam berbisnis dan berbicara, tapi dia juga sangat pandai merayu wanita." Batin Adrian, Ia sangat kesal mendengar ucapan Alexander.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Uswatun Kasanah
Andrian cemburu kasian
2022-05-31
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
sehat dan like selalu💪😊
2020-12-25
0
Murni
solat apa kak 2 rokaat, ap adrian solat duha ya, terus sebenar nya dlm berdoa kepada Allah sebaiknya kita jgn menggunakan kata berkenan dalam berdoa itu tidak baik karna Allah senantiasa selalu bersama kita dan mengabulkan doa2 hambanya jgn sesekali mengucapkan kata berkenan dalam berdoa kepada Allah Swt maaf ya kak author hnya meluruskan bukan sok menggurui saya juga masih banyak belajar juga hehe🙏🏻
semoga sukses ya ceritanya😊
2020-12-12
2