Keesokan paginya, Adrian mulai terbangun, nampak sinar lembut matahari pagi, menembus jendela kamarnya. Adrian membuka matanya. Ia melihat selembar selimut terpasang rapi di tubuhnya.
Ia mengalihkan pandangan kearah tempat tidur yang sudah rapi dan bersih. Seprei yang terkena noda darah, sudah tidak nampak di kamar itu. Adrian teringat dengan Lily, Ia berjalan ke luar kamarnya mencari Lily di kamarnya, tapi kamarnya kosong. Saat Adrian melangkah menuruni tangga, Ia mencium aroma masakan yang sangat menggugah selera. Adrian berjalan kearah dapur. Ia terkejut melihat Lily yng tengah memasak disana.
"Hei apa yang kau lakukan? Kenapa kamu gk istirahat? Kenapa kamu yang masak? kemana Bi Nia?" Pekik Adrian kesal.
"Apa kamu lupa, Bi Nia kan sedang izin kekampung." Jawab Lily.
"Ya, Aku lupa, mungkin karna sangat kelelahan gara-gara semalam." Sahut Adrian.
"Maafkan Aku, Aku sangat merepotkan mu semalam." Ucap Lily sambil menunduk, Ia tak berani menatap manik hitam milik Adrian.
"Baguslah jika kau sadar. Tapi gk papa, anggap saja, aku sedang membalas jasamu karna telah merawatku selama di rumah sakit. Aku gk mau berhutang budi padamu!" Ucap Adrian.
Lily mendongak. Ia memberanikan diri menatap wajah Adrian. Ia cukup risih mendengar ucapan pria yang sudah berstatus suaminya itu.
"Hei, Aku ikhlas membantumu. Lain kali, jangan menyusahkan dirimu, jika hanya ingin membalas budi padaku." Ucap Lily dengan ketus.
Adrian hanya memalingkan wajahnya mendengar ocehan Lily. Ia memilih melangkah naik ke kamarnya dan bersiap ke kantor.
*35 menit kemudian, di meja makan.
"Dasimu mana? kenapa kamu gk pake dasi? Kau ini seorang pimpinan, tapi kenapa dalam hal berpakaian saja, kamu gk bisa jadi teladan. Atasan macam apa kau?" Oceh Lily dengan tatapan mengintimidasi.
"Jangan menatapku seperti itu! Dasiku ada di saku ku, Aku akan meminta Arya memasangnya saat di kantor. Aku gk begitu tahu memakai dasi, caraku tidak pernah rapi." Gerutu Adrian.
"Keluarkan dasimu!" Ucap Lily sambil menyodorkan telapak tangan kanannya.
"Mau kau apakan dasiku?"
"Sudah, gk usah banyak bertanya, cepat berikan!" Pekik Lily.
Adrian mendengus kesal, Ia sedang tidak mood meladeni Lily yang mengoceh pagi-pagi. Akhirnya Ia memilih merogoh saku celananya, dan mengeluarkan sebuah dasi, dari Brand Stefano Ricci kepada Lily.
"Selera fashion-mu cukup berkelas, namun sayangnya warna ini tidak begitu matching dengan setelan jas dan kemejamu. Sebaiknya kau mengganti dengan warna Slate."
Mendengar ucapan Lily membuat Adrian berpikir sejenak.
"Yang di katakan wanita ini benar juga." Gumamnya.
"Ya sudah, naiklah kekamarku, buka lemari bagian kiri, pilihlah dasi yang kamu rasa cocok, tempatnya terletak di rak bagian atas." Ucap Adrian.
Lily merasa senang, Adrian mulai mendengar sarannya dan menghargai pendapatnya.
Lily langsung berjalan ke arah tangga, menuju kamar Adrian. Lily seolah lupa dengan luka pada kakinya.
Adrian masih diam di meja makan menunggu kedatangan Lily. Ia terus memandang ke arah dapur yang tak jauh dari tempat duduknya.
"Darah? kenapa masih ada darah di lantai ini? Bukannya semalam sudah ku bersihkan?" Gumam Adrian, yang melihat beberapa bercak darah di atas keramik putih, di dapur.
Lily telah selesai memilih dasi yang Ia rasa pas dikenakan Adrian. Lily berjalan menuruni tangga ke arah meja makan.
"Dasi ini lebih cocok dengan setelan jasmu." Ucap Lily yang langsung melingkarkan tangannya ke leher Adrian, dan mulai memasangkan dasi untuknya.
Jantung Adrian berdebar tak beraturan, jarak Lily begitu dekat padanya, membuat Adrian dapat melihat dengan jelas wajah wanita yang ada di depannya. Matanya yang bulat, bulu mata lentik, bibirnya yang sensual dan lesung pipi yang kadang nampak di sela ocehan Lily.
"Kenapa nampak semanis ini dari jarak dekat?" Batin Adrian.
"Nah, sudah selesai. Makanlah, Kau harus segera berangkat ke kantor bukan?" Tanya Lily, sambil menepuk bahu Lily.
Adrian terkesiap, Ia yang sejak tadi memandangi Lily, di kejutkan dengan tepukan di bahu kanannya.
"Hah, iyaa... iya.. aku harus makan dan segera berangkat ke kantor." Ucap Adrian sedikit gugup. Adrian berusaha menenangkan perasa'annya yang terlihat salah tingkah.
Lily hanya tersenyum melihat tingkah Adrian.
Mereka berdua makan dengan mode silent. Lily memilih hidangan yang rendah lemak untuk melancarkan proses dietnya.
Adrian yang tengah menikmati masakan Lily yang terasa nikmat, tiba-tiba teringan dengan noda darah di lantai.
"Kenapa masih ada noda darah di lantai? padahal semalam semuanya sudah ku bersihkan setelah kau tidur." Tanya Adrian.
Lily baru menyadari hal itu langsung mengangkat kedua kakinya. Ternyata perbannya sudah berwarna merah karna noda darah.
"Dasar ceroboh! Aku kan sudah bilang, sebaiknya kau beristirahat saja, tapi kau sangat keras kepala!" Sarkas Adrian, yang juga melirik ke arah kaki Lily
"Maaf Adrian, aku baru menyadarinya. Tapi, terima kasih untuk perhatianmu." Ucap Lily sambil tersenyum tipis.
"Hei, Aku tidak sedang perhatian padamu, Aku hanya tidak mau lantai rumah ku kotor karna darahmu." Pekik Adrian.
Adrian enggan jika di sebut peduli pada Lily. Bahkan terhadap dirinya sendiri. Ia selalu meyakinkan dirinya, jika ini hanya sekedar balas budi.
"Maaf jika aku berlebihan dalam menilai kebaikanmu." Ucapnya. Lily mengerucutkan bibirnya, setelah mendengar ucapan Adrian.
Adrian kembali melihat ekspresi menggemaskan dari Lily.
"Wanita ini, kenapa harus terlihat menggemaskan seperti ini." Batin Adrian.
"Berhenti mengerucutkan bibirmu. Wajamu terlihat bertambah jelek tau." Ejek Adrian.
Lily langsung meringis, Ia tak sadar menirukan pose itu lagi.
15 menit berlalu.
Mereka berdua selesai sarapan. Tiba-tiba terdengar suara bel dari arah depan. Lily berjalan membuka pintu dengan kaki berjinjit Adrian yang melihatnya hanya menggeleng, Adrian ikut keluar melihat tamu yang datang.
"Riko..., bentar yah, Gue ke atas ngambil tas dulu." Ucap Lily pada Riko.
Ia memang meminta Riko menjemputnya tadi pagi.
Lily kembali jalan berjinjit menuju kamarnya.
Adrian menghampiri Riko, setelah kepergian Lily.
"Masuklah, tunggu Ia di dalam. Oh iya satu lagi, Loly mu itu sedang terluka, kakinya terkena pecahan piring semalam, sebaiknya kau menyuruhnya mengganti perban kakinya sebelum berangkat. kotak P3K ada di lemari di bawah TV, Aku buru-buru harus berangkat ke kantor." Ucap Adrian.
Riko hanya mengangguk mendengar Ucapan Adrian.
Adrian berangkat ke kantor pagi itu, di antar oleh Pak Dodi, Ia merasa enggan menyetir sendiri, Ia masih merasa kelelahan akibat kejadian semalam.
Lily yang sudah di beritahu perihal perintah Adrian, hanya bisa pasrah, saat Riko mengobati dan mengganti perban di kakinya.
"Loly, Adrian itu pria yang tampan yah. Sepertinya dia juga sangat mengkhawatirkanmu, Ia terlihat sangat peduli padamu, meskipun Ia masih enggan menampakkannya." Ucap Riko dengan senyumnya, seolah sedang meledek Lily.
"Apa yang kau katakan? dia itu hanya berhutang budi padaku, setelah aku merawatnya beberapa pekan di rumah sakit." Ucap Lily, menatap kesal kearah Riko.
"Hei..., perasaanku lebih peka dan lebih sensitif darimu Loly. Aku bisa merasakan ini bukan hanya sekedar simpati dan balas budi , tapi aku melihat kekhawatiran di matanya." Ucap Riko, Ia merasa pendapatnya sangat benar.
"Serah lo!" Sarkas Lily.
Setelah mengganti perban kaki Lily. Mereka berdua berangkat ke cafe.
*Pagi itu, di Lily's Cafe.
Lily masuk di papah oleh Riko, Ia baru merasakan nyeri di lukanya. Ke tiga sahabatnya yang sampai lebih dulu, dibuat terkejut.
" Kaki Lo kenapa Ly? jangan bilang ini ulah Adrian lagi." Tanya Aldi.
"Bener Ly? Gue hajar tuh cowok Br*nsek" Sahut Dito.
"Nggak kok, ini cuma kecelaka'an kecil. Malah Adrian yang nolongin gue, dia malah ngegendong gue ke kamar waktu lihat kaki gue terluka," bela Lily, Ia melihat ketiga orang yang ada di depannya terlihat tak senang.
"Jangan gara-gara keseringan baca novel, elo jadi halu gini." Pekik Bryan, yang di balas anggukan oleh Dito dan Aldi.
Mendengar ucapan mereka, Lily yakin, Aldi sudah menceritakan kepada mereka tentang kejadian di kampus waktu itu.
"Pa'ansih kalian bertiga! gue percaya kalo Adrian emang nolongin Loly, tadi aja dia minta Loly ngobatin kakinya, sebelum kecafe. Kalian gk boleh suudzon gitu Bambang." Ucap Riko, Ia kemudian kembali berjalan memapah Lily, meninggalkan ketiga sahabatnya di ruang depan cafe.
...______________________________...
Makasih kakak Udh mampir 💞
Jangan lupa Like, comen , dan Vote yah kakak.💞
Jangan sungkan beri masukan kak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Uswatun Kasanah
ih sok gak mau padahal mau
2022-05-31
0
Rasinar Yohana
hai kaka aku datang kembali
maaf baru mampir
aku datang bawa sejuta like untuk kakak
jangan lupa mampir lagi yah 😘
2021-03-20
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
selalu hadir kembali😉
2020-12-20
0