BACK TO AUTHOR
Malam itu, Lily tertidur nyenyak di kamarnya. Berbeda dengan Adrian yang masih merasakan kesedihan mendalam.
Suasana rumah yang Ia rasa sangat berbeda, tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Adrian meneteskan air matanya.
"Akan ku renggut setiap senyuman dari wajah mu Lily," ucap Adrian dengan mata memerah.
Ia masih sangat sulit menerima kenyataan ini. Semuanya masih terasa berat baginya.
***
Pagi hari pukul 4: 55 Lily bangun dan melaksankan sholat subuh.
Setelah sholat, Ia memutuskan untuk memasak sarapannya sendiri. Karna Adrian melarangnya menggunakan jasa pelayan di rumah itu.
Saat Lily melangkah ke dapur, Lily mendapati seorang wanita paruh baya sudah selesai memasak sarapan untuk mereka.
"Sarapannya sudah siap. Tapi, Aku tetap harus memasak untuk sarapan ku, kalau tidak, Adrian pasti akan marah dan merasa aku berlagak seperti nyonya besar di rumahnya." Batin Lily sambil memajukan bibir bawah.
"Selamat pagi Nona," sapa pelayan itu saat melihat Lily berjalan menghampirinya.
Pelayan itu mulai membersihkan dapur karna telah selesai memasak.
"Selamat pagi juga Bibi...," ucap Lily ramah.
"Semalam Bi Nia pikir, Nona Dini datang berkunjung ke rumah ini lagi, setelah beberapa tahun pergi. Soalnya lampu kamarnya menyala, tapi ternyata bukan, maaf Nona siapa yah?"
Tanya pelayan yang ternyata bernama Bi Nia.
"Oh iya Bi. Kenalin nama ku Lily Aliza Mahendra Bi, panggil aja Lily, aku anak temannya Pak Wijaya, aku di suruh sama Ayah nginap, sampai keadaan Rian benar-benar sembuh," ucap Lily yang belum siap memperkenalkan dirinya sebagai istri Adrian.
"Oh..., Nona Lily anaknya Pak Hendra yah?" tanya Bi Nia, melirik ke arah Lily.
"Iya Bi. Tapi, dari mana Bibi tau kalau saya anaknya Pak Hendra?" tanya Lily penasaran.
"Karna di belakang nama Nona ada nama Mahendra, hehehe. Lagi pula, setau saya. Sahabat yang paling peduli dengan mendiang Pak Wijaya itu. Ya Pak Hendra Nona," ucap Bibi itu, sambil tersenyum.
"Hehehe, iya Bibi.... Saya anaknya Pak Hendra. Oh iya Bi..., saya mau masak buat sarapan saya. Bolehkan Bi saya masak sendiri?" tanya Lily pada Bi Nia.
Lily perlahan berjalan membuka kulkas dan mengambil sekotak daging.
"Aduh..., kenapa harus masak sendiri Nona? Bibikan bisa masakin Nona, bilang aja. Nona mau makan apa? Soto? Karedok? Ayam ungkep? Atau makanan yang lain? Kalo bibi tau, pasti bibi masakin," bujuk Bi Nia agar Lily tak perlu bersusah payah memasak sendiri.
"Saya mau masak Yakiniku Bibi..., makanan khas Jepang," ucap Lily sambil memotong-motong daging sapi itu.
Lily tahu, Bi Nia akan sungkan jika Lily masak sendiri. Lily memang sengaja memilih makanan khas Jepang. Ia yakin, Bi Nia pasti tidak bisa memasak Yakiniku.
Yakiniku, dalam istilah jepang, adalah d**aging yang dipanggang. Potongan dagingnya biasanya berbentuk segi empat. Sebelum dipanggang, daging dan seafood pilihan dicelupkan ke dalam saus niku tare, yang terbuat dari campuran bahan-bahan seperti kecap asin, sake, gula, bawang putih dan wijen. Saat di sajikan, orang-orang melengkapinya dengan beberapa jenis sayuran.
"Hehe..., maaf Nona, Bibi gk tahu kalo d suruh masak masakan Jepang,'' ucap Bi Nia sambil tersenyum kecut.
"Tapi Bibi bisa bantu kok, bilang aja, Nona Lily mau di bantu apa? Kupas bawang? Potong dag..." Ucapan Bi Nia tiba-tiba di potong oleh Lily.
"Udah Bibi..., Bibi duduk aja disini! Aku tau, pasti Bibi juga capekkan? Biar Aku yang kerja Bibi...." Ucap Lily, sambil menuntun Bi Nia menuju meja makan yang tidak jauh dari tempatnya memasak.
Lily berjalan ke arah kompor, dan membiarkan Bi Nia duduk manis di kursi.
Bibi Nia, terharu melihat Lily begitu perhatian padanya. Ia terus memperhatikan ke arah Lily yang terlihat sangat cekatan dalam memasak.
Setelah beberapa menit, Yakiniku ala Lily sudah jadi. Lily sengaja melebihkan porsi masakannya, agar beberapa orang di rumah bisa mencicipinya, termasuk Adrian dan Bi Nia.
Pagi itu, Bi Nia dan Lily sarapan bersama, meskipun awalnya di tolak oleh Bi Nia, tapi Lily berhasil membujuknya untuk makan bersama.
Bi Nia sangat menikmati hidangan yang di sajikan oleh Lily, mereka makan sambil sesekali mengobrol bersama. Sedangkan Adrian masih terlelap di kamarnya karna kesulitan tidur tadi malam.
Setelah Lily sarapan, Ia berangkat lebih awal, karna berniat mampir di cafe sebelum ke kampus, untuk melihat persiapan karyawannya menyambut 75 tamu siang nanti.
"Wah Lolly..., setelah sebulan, lo baru nongol, gk rindu lo sama Cafe?" tanya salah satu karyawannya.
"Eh Dito, sorry.... Setelah gue kecelakaan, gue masih harus bolak balik ke rumah sakit nengok anaknya Pak Wijaya, teman Ayah yang biasa mampir di sini sama Ayah. Gue kangen banget sama cafe, dan kalian semua. Rasanya otak gue udah mumet mikiran banyaknya beban di hidup gue," jawab Lily
"Iya.... Aldi udah ngomong ke kita, katanya Pak Wijaya dan Istrinya meninggal. Gue turut berduka cita yah. Lolly, lo udh sarapan blom? Di dalam anak-anak lagi pada sarapan," ucap Dito yang sesekali merapikan aturan kursi di dalam cafe .
Visual Dito, Sahabat Lily. Di antara mereke semua, Dito yang paling tampan dan di gilai wanita. Tidak jarang Ia di goda oleh para wanita pengunjung Cafe.
"Udh tadi, rencana gue cuma mampir sebentar, sebelum ke kampus. Oh iya gimana persiapannya? " tanya Lily
"Udah..., semuanya aman kok, tinggal nunggu mereka datang," jawab Dito sambil tersenyum.
"Katanya sih..., datangnya jam makan siang. Jadi boleh lah kita nerima beberapa pelanggan di bawah jam 11. Lumayan, buat nambah beberapa angka di rekening lo," ucap Aldi yang tiba muncul dari dalam, di ikuti oleh dua pria yang seumuran dengan Lily dan Aldy
Lily membuka kafenya 3 tahun lalu. Setelah tamat SMA, mereka masing-masing di sibukkan dengan pekerjaan Paruh waktu yang mereka ambil.
Dito bekerja di sebuah mini market, Bryan bekerja sebagai montir keliling yang ikut dengan pamannya, Riko bekerja sebagai Ojol, sedangkan Aldi sejak kecil hanya selalu ikut dengan Lily.
Kesibukan mereka masing-masing membuat persahabatan mereka merenggang. Dan saat mereka berkumpul, hanya keluhan tentang pekerjaan mereka yang menjadi topik perbincangan. Lily merasa iba melihat sahabat-sahabatnya yang berjuang untuk mencari uang.
Akhirnya, Lily memutuskan membuka Cafe dan mengelolanya bersama ke empat sahabatnya (Aldi, Riko, Bryan,dan Dito), agar mereka kembali bisa berkumpul dan menghasilkan uang tanpa harus bersusah payah. Lily juga tak pernah mengekang sahabatnya yang bekerja di cafenya. Ia menomor satukan kenyamanan sahabat-sahabatnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Caramelatte
mantap jiwaaa
2020-12-07
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
Kakak Author😉
like, jejak dan semangat hadir lagi ya untuk kakak😊💪
dari "Cinta Pak Bos"😍
mampir lagi yu kak 😊
2020-11-22
0
ARSY ALFAZZA
❤️
2020-11-21
0