Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit akhirnya mereka sampai di kediaman Wijaya.
Visual Rumah Adrian Wijaya.
Lily melihat ke arah rumah itu, rumah yang cukup mewah baginya, terlihat set mini sofa di hadapannya dan sebuah tangga besar yang langsung menuju ke lantai 2. Lily sangat menyukai rumah Adrian, ukurannya yang tidak terlalu berlebihan dan interior yang tidak mencolok, membuatnya sangat nyaman di pandang mata. Padahal Lily tahu, Pak Wijaya bahkan mampu membuat rumah yang besarnya berkali-kali lipat dari ukuran rumahnya saat ini. Tapi, Ia malah memilih membuat rumah 2 lantai dan tidak berlebihan. Melihat rumah itu, semakin menambah kekaguman Lily pada mendiang Pak Wijaya.
Tiba-tiba Lily terperanjat, Ia melihat Adrian sudah menurunkan barang-barang mereka dari mobil, dan mulai melangkah masuk kedalam sambil barangnya sendiri.
"Bawa masuk sendiri barang mu! Jangan pernah memerintahkan pelayan di rumah ini, jangan berlagak seperti nyonya besar." Teriak Adrian yang sudah hampir masuk ke dalam.
Lily yang mendengar ucapan Adrian hanya mendengus keras.
"Huh, Pria itu, selalu seenaknya saja."
Lily mulai menarik koper besarnya masuk ke dalam rumah menyusul Adrian. Lily mendapati Adrian sudah duduk manis di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Adrian dimana kamarku?" tanya Lily pada Adrian.
"Pakai kamar yang ada di lantai dua, di dekat tangga, sebenarnya aku ingin menyuruhmu tidur di kamar belakang di salah satu kamar milik pelayan. Tapi, kau sudah memberikan tumpangan kamar yang cukup bagus untukku, walaupun cuma semalam." Ucap Adrian dengan nada cuek.
Mendengar ucapan Adrian, Lily mulai menarik kopernya ke arah pintu, tapi tiba-tiba Adrian meneriakinya.
"Hei bodoh...! Kau mau kemana? Kau mau pulang kembali kerumah mu?" tanya Adrian dengan wajah bengisnya.
"Adrian berhenti berteriak padaku! Aku hanya ingin naik ke lantai atas, bukannya tangga ada diluar?" sarkas Lily, yang menampakkan wajah kesalnya, karna Adrian berteriak kepadanya.
Mendengar jawaban Lily, tawa Adrian hampir meledak. Tapi, ia berusaha menahannya, agar ia tetap terlihat menakutkan di hadapan Lily.
"Hei bodoh! Kau tidak lihat ada tangga di belakang mu. Kenapa harus pakai tangga diluar? Sepertinya lemak mu sudah menjalar ke matamu. Hingga lemak itu menutupi sebagian pandanganmu," ledek Adrian.
Lily kesal mendengar ucapan Adrian, tapi ia memilih menghiraukan ledekannya.
Lily berbalik dan melihat ke arah belakangnya tadi, dan benar saja, Ia melihat tangga yang ukurannya sedikit mini. Lily memukul pelan jidatnya dan merutuki kebodohannya.
"Aduh, aku benar-benar mempermalukan diriku kali ini. Tangga ini! Ingin rasanya ku tendang sampai roboh dan menimbun tubuh Adrian. Kenapa tadi kau tidak terlihat disitu? Kau ingin membutku malu yah?" gerutu Lily dalam hati.
Lily yang tak mau berlama-lama di dekat Adrian, mulai melangkah naik ke atas tangga. Dengan susah payah Ia membawa kopernya.
Dari arah atas tangga, turun seorang pria dengan pakaian casual sambil membawa beberapa berkas di tangannya.
"Kau siapa nona? Nampaknya, kau sangat kesulitan membawa kopermu. Sini aku bantu," ucap pria itu sopan.
mendengar ucapan Pria itu, senyum Lily langsung merekah. Tapi, tiba-tiba dari arah bawah tangga terdengar suara teriakan Adrian.
"Arya..., hentikan! Jangan bantu wanita gemuk itu!"
"Memangnya ada apa Rian? Aku pikir kau hanya kasar pada laki-laki, tapi ternyata sudah naik level dan merambat kepada perempuan," ucap Arya, Ia cukup di kaget dengan teriakan Adrian.
"Sudahlah! Memangnya apa yang kau lakukan di rumah ku malam-malam begini?" tanya Adrian dengan malas
"Setelan kematian Pak Wijaya, Pak Hendra memberiku amanat untuk mengurus kantor sementara, hingga kamu siap menggantikan pekerjaan Ayahmu. Aku kemari mengambil beberapa berkas penting," jawab Arya.
"Besok, kau akan kembali menjadi sekertaris. Aku akan bekerja menggantikan Papa. Aku cukup yakin, kau pasti kewalahan mengurus semua ini. Besok sebelum ke kampus, Aku akan mampir kekantor. Mata kuliah ku cuma 1. Jadi, setelah selesai, aku akan kembali ke kantor," ucap Adrian.
Lily yang melihat kedua orang itu malah Asyik mengobrol,memilih meninggalkan mereka, dan kembali berjuang membawa koper beratnya naik ke lantai atas.
Arya yang sedang serius mengobrol dengan Adrian, tidak menyadari Lily telah tidak ada di belakangnya.
"Adrian siapa wanita tadi? Kenapa Ia tinggal di rumah mu?" tanya Arya, saat sadar Lily sudah naik ke lantai dua.
"Anak teman Ayahku, namanya Lily. Dia akan tinggal beberapa bulan di sini," jawab Adrian.
Adrian memang sengaja menutupi pernikahannya dengan Lily. Adrian bukan orang yang gampang berbohong, Ia merasa menjawab pertanyaan Arya dengan jujur. Karna Lily memang anak sahabat Ayahnya, dan Ia berencana akan menceraikan Lily dalam beberapa bulan kedepan, setelah Ia puas membuatnya menderita.
Arya hanya mengagguk mendengar penjelasan Adrian, Arya mengenal baik Pak Hendra, tapi Arya sungguh tidak tahu bahwa Lily adalah anak Pak Hendra. Arya yang sudah selesai mengobrol dengan Adrian, berpamitan dan pulang.
Visual Arya Pratama , Pria tampan berusia 26 tahun, Ia di angkat menjadi Sekertaris Pak Wijaya karna kecerdasan dan sifatnya yang selalu bisa di andalkan.
*POV Lily Aliza Mahendra.
Setelah sampai di lantai dua, aku berusaha mengatur nafas ku dengan baik, hanya beberapa anak tangga, tapi itu sudah cukup membuat nafasku tersengal.
Aku melangkah memasuki sebuah kamar yang bagiku tidak begitu buruk, meskipun ranjangnya tak seluas tempat tidur kesayanganku di rumah, serta kamar yang hanya berukuran 4,5m x 2,5m, tapi ini masih terasa nyaman di bandingkan kamar seorang pelayan.
Visual kamar Lily di kediaman Adrian Wijaya.
Jika memperhatikan dengan seksama. sepertinya kamar ini sebelumnya di huni oleh seorang remaja perempuan, entah siapa dia. Meskipun setauku, Adrian hanya anak tunggal. Tapi bagiku, tidak begitu penting untuk memikirkannya.
Yang ada di pikiran ku adalah, segera menyusun barang-barangku di sebuah lemari kecil yang ada di sudut ruangan. Perlahan ku tata rapi pakaian dan perlengkapan kuliah ku di sana. Tiba-tiba pikiran ku kembali sedih melihat sebuah buku Diary berwarna ungu yang selalu menjadi tempat curahan hatiku.
Aku rasa, mulai saat ini Diary unguku akan lebih sering terisi dengan kisah kepahitan hidupku. 'Welcome to suffering, Goodbye to happines' , Mungkin hanya kata itu yang bisa mewakili kehidupanku saat ini.
Aku kembali melanjutkan menata beberapa sisa barang yang masih ada di dalam koperku. Setelah selesai, aku memutuskan wudhu dan sholat. Tapi aku tidak menemukan kamar mandi di kamar ini.
Aku keluar dan menyusuri lantai dua mencari kamar mandi, aku melewati sebuah kamar yang lampunya juga menyala, aku cukup yakin kamar itu milik Adrian. Setelah melewati kamar Adrian, aku menemukan sebuah kamar mandi kecil di sudut belakang bagian rumah itu.
Setelah berwudhu aku segera masuk kembali ke kamarku untuk sholat. Aku sholat dengan sangat kusyuk malam itu. Aku menumpahkan semua kesedihan ku di atas sajadah bergambar ka'bah itu. Saat ini tidak ada yang mengerti kesedihanku kecuali Allah, Sang Pemilik Hati.
Setelah selesai sholat dan berdo'a, rasa ngantuk mulai menghampiriku, aku membuka mukenah ku dan segera melangkah ke ranjang mini itu untuk tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
RAHMA
Jangan kasar2 dong adrian....itu perempuan....buat bucin thor adriannya
2020-12-16
1
Sulati Cus
tu mulut kasar sekali kyknya perlu di amplas smg lili di embat arya
2020-12-11
0
Caramelatte
lanjut thorrr
2020-12-07
0