*Malam hari, pukul 22:45, di villa Hendra.
Mereka masih bersantai sambil mengobrol bersama. Setelah beberapa jam, Pak Hendra memanggil seorang Pelayan.
"Bi, tolong antarkan, Pak Wijaya, Bu Siska, dan Nak Adrian ke kamar tamu di atas. Nampaknya, calon besan dan calon mantuku sudah ngantuk," sahut Hendra dengan nada mengejek.
"Calon besan ku benar-benar Orang yang pengertian, aku sangat lelah. Hampir satu hari ini, terus meladeni celotehan mu. Lagi pula, kita harus pulang besok sepagi mungkin, agar tidak terkena macet, Ini masih musim mudik. aku pamit ke atas dulu, aku ngantuk Ndra." Ucap Wijaya, Ia sudah melangkahkan kaki ke atas tangga di ikuti oleh Anak dan Istrinya.
Hanya di balas senyum oleh Hendra.
Di dalam kamar Adrian.
"Aku harap ini hanya mimpi buruk. Dan semoga aku segera terbangun dari mimpi yang nampak sangat nyata ini" gumam Adrian .
***
Keesokan paginya, mereka berencana langsung berangkat setelah sarapan. Semuanya sudah berkumpul di meja makan kecuali Lily.
"Loh..., kok calon mantuku gk ikut sarapan?" tanya Siska, seraya mengedarkan pandangan mencari Lily.
"Ntar dia nyusul, katanya sih, tadi kurang enak badan," jawab Dila sambil mengunyah sisa makanan di mulutnya.
"Wah, gk bisa nih! Atau kita tunda keberangkatan kita hari ini? Sampe Lily benar-benar pulih," tanya Siska dengan nada panik
"Gk usah tante, Lily cuma pusing dikit," sahut Lily, yang tiba-tiba muncul ke dalam ruang makan.
Semua mata mengarahkan pandangan ke arah Lily, termasuk Adrian.
"Matanya bengkak, seperti habis nangis semalaman. Sepertinya bukan cuma aku yang tertekan dengan dengan perjodohan ini," batin Adrian , kemudian melanjutkan makannya.
''Ya sudah, makan dulu gih..., habis itu, kamu langsung minum obat yah, wajah kamu pucat banget sayang," ucap Siska penuh perhatian.
"Iya tante," jawab Lily singkat sambil tersenyum ke arah Siska.
"Mulai sekarang, kamu panggil kami Mama dan Papa yah sayang, kayak Rian. Bentar lagi kan, kamu jadi istrinya Adrian," ucap Wijaya pelan, sambil tersenyum manis ke arah Lily.
"Mmm, I—iya pa," ucap Lily ragu.
Semuanya melanjutkan sarapan masing-masing, mereka makan dengan tenang tanpa banyak pembahasan di meja makan. Pak Wijaya dan Pak Hendra tidak lagi banyak berdebat.
Adrian sengaja makan dengan lambat, seraya menunggu waktu yang pas untuk bicara dengan Lily. Satu persatu dari mereka meninggalkan ruang makan kecuali Lily dan Adrian. Saat Lily berdiri dan hendak mengambil kotak obat, dia kaget karna Adrian menahan nya.
"Hei, Gendut! Dengar! Aku tak mau orang-orang di kampus sampe tahu, kalau aku di jodohkan dengan wanita gendut sepertimu, bisa rusak reputasi ku sebagai cowok tampan di kampus kalo mereka tahu." Ancam Adrian sambil menatap tajam ke arah Lily.
"Iya, tenang saja. Aku juga gk mau mereka tahu, kalo aku di jodohkan dengan orang yang selalu merasa sempurna dan selalu menertawakan kekurangan orang lain sepertimu," sarkas Lily, dengan cepat Ia mengayungkan kakinya meninggalkan Adrian menuju ke tempat penyimpanan obat.
"Hah, apa katanya? Aku selalu merasa sempurna? hei Gendut..., Aku memang sempurna. Kaya dan Tampan. Kurang apa lagi aku? Banyak wanita yang tergila-gila padaku, aku saja yang tidak suka meladeni wanita murahan yang mau menawarkan dirinya. Harusnya Si Gendut itu bersyukur bisa menikah dengan ku," Celoteh Adrian, yang terus melirik Lily yang sudah berjalan keluar ruang makan.
***
Keluarga Wijaya sudah memasuki mobilnya dan melaju lebih dulu meninggalkan Villa. Sedangkan keluarga Hendra baru memasukkan barang bawaan mereka ke dalam mobil. Tiba-tiba, pelayan villa itu keluar dengan tergesa-gesa,
"Tuan sepertinya ini Ponsel milik Tuan Wijaya, dari tadi terus berdering," kata Pelayan itu sambil menyodorkan tangannya yg memegang ponsel itu.
"Wah..., ini panggilan dari Mr. Felix. Bisa-bisanya Wijaya melupakan ponselnya. cepat naik! Ayah ingin menyusul mereka. Kita harus segera memberi ponsel ini pada Wijaya. Ini telpon penting." Ucap Hendra dengan menutup pintu mobil dan memastikan Anak dan istrinya sudah masuk ke dalam mobil . Ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi mengejar Pak Wijaya yang sudah berangkat beberapa waktu lalu.
Setelah menempuh jarak sekitar 4 Km, jalan yang masih berada di sekitar perbukitan mulai berkelok dan menurun , mobil Adrian pun sudah nampak dari kejauhan. Pak Hendra mulai menormalkan laju kendaraannya mengingat jalan yg cukup berkelok, dan disisi jalan terdapat jurang yang cukup dalam.Tiba-tiba Ia panik,
"Aduh, Gawat! Remnya Blong, mana jalannya juga cukup curam," ucap Pak Hendra panik.
"Hati-hati Ayah, Fokus!" ucap Ibu Dila yang berusaha menenangkan suaminya.
Saat hampir mendekati mobil Adrian, Pak Hendra berniat menyalip mobil Adrian, tapi dari arah berlawanan muncul mobil Pick Up dari balik tikungan dan melaju cukup kencang.
Pak Wijaya yang di kejutkan oleh mobil Pick up itu spontan berusaha menghindari tabrakan dengan mobil itu dan membanting stir ke arah kiri, dan tiba-tiba....
Brukk!
Mobil Adrian terpental hebat terkena senggolan mobil Pak Wijaya. Mobil Adrian jatuh ke jurang, sedangkan mobil Lily ikut terbanting ke arah depan dan menghantam mobil Pick Up tadi.
Beberapa menit kemudian, tempat itu sudah sangat ramai. Beberapa Ambulance dan mobil polisi sudah terlihat di TKP, semua orang yang ada di mobil Lily mau-pun Adrian sudah tidak sadar. Hantaman keras kendara'an mereka, membuat mereka terluka cukup parah, terlebih Adrian dan keluarganya yang mobilnya sudah hancur tidak berbentuk. Sedangkan pengemudi mobil Pick Up masih sadar meskipun menahan sakit di bagian kepala, darahnya terus mengucur deras.
Satu persatu dari mereka sudah di angkat ke dalam Ambulance dan di larikan ke rumah sakit.
***
Di rumah sakit, Lily yang sudah di tangani oleh dokter terbaring lemah dengan luka yang hampir terdapat di semua bagian tubuhnya.
"Ibu..., Ayah...," Ucap Lily pelan.
"Dokter... Pasien sudah sadar." panggil seorang perawat wanita yang memasang perban di lengan kanan Lily.
"Syukurlah, Anda sudah sadar Nona" kata seorang wanita paruh baya, yang memakai Almamater khas Dokter.
"Bagaimana keada'an Orang Tua saya Dok?" tanya Lily yang sesekali meringis menahan sakit di lengannya yang masih di perban oleh perawat.
"Mereka masih belum sadar Nona. Tapi, tenang saja luka mereka tak cukup parah, hanya saja sepertinya kaki Ibu Anda patah," ucap Dokter sambil tersenyum kepada Lily.
"Berbeda dengan mobil yang jatuh di jurang, kasihan sekali mereka. Istrinya meninggal di tempat kejadian, sedangkan Suaminya meninggal setelah mendapat perawatan selama 30 menit, dan Anda tau Nona? Anaknya terluka cukup parah mungkin karna mobilnya terpental cukup jauh dan terbentur keras hingga akhirnya jatuh ke jurang. Aku khawatir melihat kondisinya, dia masih koma." Ucap Dokter itu pelan, terlihat raut kesedihan di wajahnya.
Tangis Lily pecah seketika.
"Ti—tidak mungkin, Mama Siska dan Papa Wijaya. Gk mungkin mereka pergi secepat ini Hikksss..." Lily menangis tersedu-sedu.Ia tidak lagi merasakan sakit pada luka-lukanya , Ia bangun dan nekat turun dari hospital bed.
"Tolong antarkan saya ke tempat mereka" Pinta Lily memohon, dan mulai melangkah ke arah dokter dengan kaki pincang.
"Hati - Hati Nona! mari saya antar," sahut perawat yang tadi melilitkan perban di lengan Lily, yang dengan cekatan segera mengambil kursi roda yang ada di sudut ruang perawatan Lily.
Lily naik perlahan, dan mulai di dorong keluar oleh perawat itu.
Setelah sampai di kamar jenazah. Lily mulai membuka penutup mayat Pak Wijaya dan Ibu siska, tangis Lily kembali pecah. Perawat yang mendorong kursi roda Lily tak kuasa menahan tangis melihat pemandangan sedih yang ada di hadapan nya.
"Mama Siska, Papa Wijaya. Semoga Allah senantiasa mengampuni dosa kalian, menerima amal ibadah kalian dan memberi tempat yang terindah untuk kalian, semoga Adrian juga segera sadar. Aku akan berusaha terus ada di samping Adrian, untuk menemaninya, dan menghilangkan kesepiannya." Ucapnya sendu, Ia kembali menghapus air matanya
"Suster tolong, antarkan saya keruang perawatan Orang Tua saya," ucap Lily spontan. Ia baru ingat belum melihat keadaan orang tuanya.
"Baik Nona," sahut perawat itu sopan.
Lily keluar dari kamar jenazah dengan mata sembab, Kursi rodanya melaju pelan melawati lorong demi lorong dari rumah sakit itu, dan tibalah di salah satu kamar perawatan yang ternyata tak jauh dari Ruang perawatannya tadi.
Ceklekk!
Lily membuka pelan pintu ruang perawatan itu terlihat ibunya masih terbaring lemah dan belum sadar, Sedangkan Ayahnya ternyata sudah sadar beberapa waktu lalu.
Like dan komen yah kakak,
Jangan lupa kasih saran dan Vote juga 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
KBW
👍
2022-05-20
0
D n D
Kasihan Lily, tolong jangan jadikan keluarga Lily sebagai kambing hitam ya kak🥺
2020-12-15
2
Sulati Cus
baru baca udah nemu konflik kyknya bakal seru
2020-12-11
0