Cinta Setelah Perjodohan
"Rian..., cepat masuk ke dalam mobil! Jangan mencari alasan! Papa tahu, kamu tidak sakit!"
bentak Wijaya, kepada anak semata wayangnya. Karna Adrian berpura-pura sakit, agar tidak ikut ke villa Hendra.
Brakkkk!
Bunyi suara pintu mobil di banting kasar oleh Adrian.
"I—iya. Aku ikut.., Huffttt. Papa pikir aku tidak tahu, kalo Papa mau menjodohkan ku dengan Lily..., anak Om Hendra itu. Yaakali..., aku yang jadi idola kampus mau di jodohin dengan wanita gendut itu. Asal Papa tau, dia itu korban bullyng sama teman-teman aku di kampus," gerutu Adrian, menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya kasar.
Wijaya mendengar penolakan Adrian, seketika naik pitam. Bagaimana tidak, Lily anak santun dan cerdas itu malah di hina oleh Adrian
"Hei..., Rian. Lily mau sama kamu aja udah syukur banget, kamu itu kayak anak tidak punya masa depan. Hobby mu hanya keluyuran tidak jelas, foya-foya. Mana pernah kamu bantu Papa ngurus perusahaan, sikap mu saja masih tidak tahu sopan santun! Kalo kamu sama Lily, kali aja kamu ketularan sama sikapnya dia. Lily itu cantik Rian, kamu aja yang terlalu memilih. Lily itu anak yang mandiri, sekrang dia sedang mengelola cafe dari hasil tabungannya sendiri.Tidak seperti kamu, yang bisanya cuma ngabisi duit!" sarkas Wijaya, melirik tajam ke arah Adrian.
"Papa udah dong..., jangan marah-marah terus. Kasian kan anak kita...," bela Siska, mamanya Adrian. Sambil mengelus lembut lengan suaminya.
"Gimana Papa tidak marah-marah, Hendra sudah berangkat sejam yang lalu, kita udah ketinggalan jauh. Adrian juga pura-pura sakit, cuma karna ingin menolak perjodohan ini. Mama tau sendiri kan? kalo Papa sengaja menerima undangan liburan ke villa Hendra yang di puncak, cuma karna mau menyampaikan lamaran Adrian untuk Lily. Papa rasa itu momen yang pas Ma. Dan kamu Rian, jangan sampe kamu malu-maluin Mama dan Papa. Kalo kamu nolak perjodohan ini, semua aset yang kamu gunakan saat ini, Papa cabut!" ancam Wijaya.
"Yah..., jangan dong Pa. Apa kata teman-teman Rian di kampus? 'Adrian Wijaya jatuh miskin'. Mending Rian sekalian berhenti kuliah aja!" gerutu Adrian.
Sepanjang perjalanan Ayah dan Anak itu terus saja berdebat. Hingga tidak terasa, setelah perjalanan panjang beberapa jam, mobil Land Rover Range yang mereka kendarai memasuki gerbang sebuah villa mewah yang terletak di puncak sebuah bukit.
Nampak di sisi bagian bawah sebelah barat terdapat beberapa hektar sawah, di tengah sawah itu, mengalir sungai jernih, langsung dari pegunungan yang menjulang tinggi di hadapan Villa. Sedangkan di sisi selatan, hingga bagian utara, jejeran pegunungan berdiri kokoh, yang di tumbuhi pepohon lebat, suasan asri nan sejuk sangat terasa di villa mewah itu. Sungguh memanjakan mata yg memandangnya. Keluarga Hendra selalu berusaha menyempatkan datang ke Villa ini setiap Hari Raya tiba, Ia selalu mengajak Wijaya serta istri dan anak semata wayangnya, Adrian. Namun mereka selalu menolak, dan entah angin apa yang membuat mereka menerima ajakan kali ini.
Di halaman villa sudah terparkir 1 mobil mewah yang di kendarai keluarga Lily.
"Tuhkan..., mereka udah sampe duluan. Papa jadi tidak enak, pasti mereka udah nunggu kita dari tadi," omel Wijaya.
"Udah pah! Tuhkan.., mulai lagi ngomelnya, mereka juga pasti ngerti kok," ucap Siska.
Mereka ber tiga turun dari Mobil yg sudah di parkir di sisi mobil milik Hendra.
"Wah,wah,wah... , aku pikir kamu nyasar Wijaya." Ledek Hendra, yang tiba-tiba keluar dari villa, karna mendengar suara berisik d halaman villa miliknya. Ia memang sengaja menunggu sahabatnya di ruang depan.
"Ah, kamu ngagetin aja, aku besar di tempat ini, aku tidak sepikun itu, hingga bisa nyasar, sorry kita telat Ndra, tadi ada masalah dikit," ucap Wijaya yang berjalan ke arah Hendra, yang berdiri di depan pintu.
"Oh, iya..., Lily dan Dila mana? gk ikut?" Tanya Wijaya yang khawatir jika Lily tidak ikut.
"Semoga Lily ikut, agar aku bisa melamarnya untuk Adrian," batin Wijaya, sambil mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari keberadaan Lily.
"Masuk aja dulu..., Lily sama Dila lagi nyiapin makan malam di belakang, padahal ada Bi Sari yang masak. Tapi katanya, Dila mau memasak hidangan yang spesial untuk menyambut kedatangan kalian," jawab Hendra, sembari mempersilahkan mereka masuk.
Mereka semua masuk ke dalam.
Ibu Siska ikut membantu Ibu Dila, Lily dan Bi Sari menyiapkan makan malam.
Diruang depan, Wijaya dan Hendra terlihat asyik mengobrol.
"Gimana kabarmu sekarang? Apa kesibukan mu? kudengar kau tengah berjuang, agar bisa menjalin kerja sama dengan Mr. Felix?" tanya Hendra.
"Kabar baik. Iya benar, sekarang Aku lagi sibuk menawarkan kerja sama ke perusahaan Mr. Felix di China. Mengingat, itu adalah perusahaan yg cukup terpandang dan sukses. Aku cukup yakin ndra, setelah kerja sama kami berhasil, pasti akan memberikan dampak besar ke perusahaanku. Melihat Mr. Felix hanya menjalin kerja sama dengan perusahaan yg benar-benar sukses dan berjaya di dunia bisnis, aku yakin akan mendapat banyak tawaran kerja di luar sana, setelah orang-orang tau kalau aku dan Mr. Felix menjalin kerja sama." Jawab Wijaya.
"Aku cukup kagum padamu, pemikiran mu selalu lebih cepat di banding aku, semoga kerja samamu denganya berhasil." Ucap hendra.
Adrian yg bosan mendengar pembahasan bisnis ke dua laki-laki, izin mencari udara segar di sekitar villa.
ia berjalan ke sisi kanan villa, hingga nampak kolam renang cukup besar. Adrian cukup kagum akan ke indahan dan kemewahan Villa milik keluara Lily, Adrian kemudian duduk disisi kolam renang, sambil memainkan ponselnya, mengusir kejenuhannya.
Visual Villa keluarga Hendra dari depan kolam renang
Cuaca yang sedang sejuk dan cukup terang dengan sinar bulan, mereka manfaatkan untuk makan dan ngobrol di luar Villa di samping kolam renang, seraya menikmati pemandangan malam dari puncak bukit.
Lily yang tiba-tiba datang membawa beberapa hidangan menuju ke meja makan yang ada di sisi kolam renang, di kagetkan oleh Adrian yang entah sejak kapan duduk dan bersantai di situ.
"Lah, kenapa pria menyebalkan ini bisa sampai kesini? Dia kan Adrian Wijaya, Cowok yang sombong dan nyebelin itu. Atau..., jangan-jangan dia Rian anaknya Om Wijaya? Aduh..., kok harus dia sih? Dari cerita Ayah sama Om Wijaya, Rian itu anak yang baik. Padahal gk tau aja mereka kelakuan Adrian di kampus." Batin Lily, sambil sesekali melirik ke arah Adrian.
Adrian adalah salah satu cowok yang populer dengan ketampanannya. Tapi, Ia terkenal dingin, cuek dan sombong. Ia beberapa kali melihat Lily di labrak oleh teman-teman sekampusnya, Nadia and the geng. Tapi ia acuh dan tidak peduli sama sekali.
Nadia salah satu cewek populer yang sangat matre, sombong dan selalu merasa paling cantik di kampus, Ia kesal pada Lily. Ia merasa Lily selalu lebih unggul darinya. Ia beberapa kali melihat Lily di antar oleh laki-laki tampan, padahal tanpa sepengatuhan mereka, laki-laki itu adalah sahabat-sahabat Lily yang bekerja di cafenya.
Mereka juga merasa, kampus mereka cukup populer, dan kebanyakan Mahasisiwinya terkenal karna kecantikan dan gayanya yang modis. Tapi kenapa seorang Lily tanpa rasa malu mau kuliah di sana. Penampilan Lily memang sederhana, padahal Ia mempunyai Orang Tua yang cukup kaya, itulah salah satu alasan kuat yang membuat Pak Wijaya dan Bu Siska menyukai Lily.
Adrian yang melihat kedatangan Lily hanya mendengus kesal dan membuang muka. Adrian memang sudah tau tentang Lily, dan pernah melihat Lily saat mengantar Pak Hendra pulang karna perintah Ayahnya.
"Oh, iya..., Lily kenalin ini anak semata wayang Tante, namanya Adrian panggil Rian aja biar lebih akrab." Ucap Bu Siska yang tiba-tiba datang dan menghampiri Adrian.
"I—iya tante," ucap Lily gugup.
Lily kembali menyiapkan makan malam di bantu beberapa pelayan di villa. Lily anak yang rajin, dia selalu berusaha mengerjakan pekerjaan rumah meskipun ia memiliki pelayan. Dan tak lupa, itu memang didikan dari Ibu Dila yang selalu membimbing anaknya menjadi wanita yang cerdas dan terampil.
Saat semuanya sudah siap, mereka berkumpul dan menikmati hidangan yg tersaji, dengan mengobrol dan bercandaria. Suasana hangat tercipta di antara mereka, sesekali mereka tertawa karna perdebatan kecil antara Pak Wijaya dan Pak Hendra yang sama-sama tak mau mengalah. Meskipun hanya dalam hal berdebat yg tidak cukup penting. Berbeda dengan Adrian dan Lily yang sama-sama tidak nyaman berada di situasi ini.
Tiba-tiba Wijaya menghentikan makannya.
"Hendra, ada yang ingin aku sampaikan,"
ucap wijaya pelan.
Pak hendra melihat raut wajah serius sahabatnya, langsung menghentikan makannya.
"Ada apa?" tanya Pak Hendra.
"Aku berniat melamar Lily untuk Adrian. Aku ingin persahabatan kita terjalin lebih dekat, aku ingin kita menjadi besan, aku sudah cukup tau kepribadianmu dan keluarga mu. Aku takut Adrian salah memilih pasangan." Jawab Pak Wijaya pelan.
Uhukk!
Uhukkkk!
Lily yang sedang minum itu sangat kaget hingga tersedak
"Yang benar saja, aku tak mau, aku akan menolak perjodohan ini" batin Lily
"Kamu srius? jangan bercanda lagi. Perut ku sudah sakit karnamu yang terus membuatku tertawa." Tanya Pak Hendra, Ia menatap manik sahabatnya itu.
"Hei..., Apa kau tak bisa melihat keseriusan di mataku? Apa wajahku terlihat seperti orang yang bercandah?" ucap Wijaya tegas, manatap tajam ke arah Pak Hendra.
Tiba-tiba mereka semua diam,
Ibu Dila dan Pak Hendra saling berbisik satu sama lain entah apa yang mereka bahas. Tiba-tiba Pak Hendra kembali membuka obrolan.
"Hmm..., setelah kami pertimbangkan, aku dan Dila menerima perjodohan ini. Kami pun lega, bila suatu hari harus melepas Lily untuk ikut dengan kalian, yang sudah menyangi Lily sejak kecil. Dan Kamu Lily, Ayah dan Ibu tidak pernah meminta apapun padamu, Nak. Tapi kali ini, kami mohon, jangan menolak perjodohan ini!" Jawab Pak Hendra tegas, sambil menghadapkan wajah nya ke arah Lily.
Degg!
Jantung Lily berdetak sangat cepat, air matanya langsung menetes, nafsu makannya hilang seketika, yang ada di pikirannya hanya penderitaan yang entah di mana ujungnya.
Ia tahu betul orang seperti apa Adrian.
Pak Hendra dan Pak wijaya cukup senang dengan lamaran anak mereka.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang memandang mereka dari kejauhan. Sepasang mata itu memerah. Terlihat jelas dendam yang membara di matanya.
"Aku akan membunuh mu Hendra, takkan kubiarkan kau bahagia, aku sudah terlalu lama diam dan membebaskan mu, waktu mu sudah habis. Akan ku antar kau ke gerbang neraka." Ucapnya sambil mengepalkan kedua tangannya.
Orang misterius itu, berjalan perlahan ke arah mobil mewah milik Pak Hendra, entah apa yang Ia lakukan dengan mobil. Hingga
beberapa menit berlalu, pria itu kembali dengan senyum yang merekah, yang seolah menggambarkan kepuasan di hatinya.
*****
Assalamu Alaikum. Halo kakak, ini Novel pertama Author. Maaf kalo masih ada yang Typo. 😁😁 mohon kalo ada yang harus di perbaiki atau saran dari kakak pembaca jangan sungkan komen aja😘!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Lanjut
2022-02-12
0
🍹Lulu Hilwa🦃
Aku mampir langsung like ka semangat Up.
Salam dari
"KEKUATAN ASISTEN DIREKTUR"
Jangan lupa Feedback dan bantu
LIKE, VOTE, RATE dan KOMEN.
Terima kasih🤗
2021-01-23
0
Ibunya a adib
iya baru aja brpa episod ,udah ada yg jahat aja
2021-01-04
2