Azzura Hilang

Sinar mentari pagi menyelinap lembut melalui tirai tipis berwarna gading, menyinari kamar luas bergaya klasik dengan sentuhan modern. Aroma lavender yang menenangkan memenuhi ruangan, namun hati Azzura sama sekali tidak tenang.

Matanya perlahan terbuka. Langit-langit tinggi dengan ukiran kayu indah menyambut pandangannya. Ia mengerutkan dahi, duduk perlahan di atas ranjang king size yang empuk.

“Di mana aku?” gumamnya pelan, suara masih parau.

Tiba-tiba rasa nyeri menjalar di pundaknya. Ia meringis, mengangkat tangan dan menarik tali tank-top-nya ke samping.

Bekas gigitan yang memerah, dalam, dengan sedikit jejak luka yang sudah hampir sembuh.

Nafasnya tercekat. Ingatannya langsung terlempar kembali, hutan, Xavier, mata merah, dan gigitannya, semua hal itu berputar di kepalanya.

“A—apa yang … dia lakukan padaku,” bisiknya dengan suara gemetar.

Tepat saat itu, tiba-tiba suara seseorang terdengar.

“Kau sudah bangun rupanya.”

Azzura tersentak. Suara itu terdengar dalam, berat, dan dingin.

Ia mendongak cepat dan mendapati Xavier berdiri tak jauh darinya, mengenakan kaus hitam polos dan celana santai. Di tangannya, sebuah nampan dengan semangkuk sup hangat dan segelas air putih.

Mata hijau Azzura membulat sempurna.

“K—kamu .…” ucapnya gugup, “Apa yang kamu lakukan padaku semalam?!”

Xavier meletakkan nampan di meja kecil di sebelah tempat tidur dengan tenang, lalu menatapnya tanpa ekspresi.

“Aku hanya menandai kamu. Sebagai milikku.”

“Apa?!” Azzura hampir meloncat dari ranjang.

“Kau gigit aku! Tanpa izin! Kau ... kau bahkan nggak tanya apa aku mau atau nggak!”

Xavier menatapnya datar. “Alpha tidak butuh izin untuk menandai Luna-nya. Dan kau terpilih oleh takdir, bukan oleh keinginan.”

Azzura menghela napas, marah bercampur syok. Ia berdiri dari ranjang, memeluk tubuhnya sendiri, seolah ingin melindungi diri.

“Bagaimana kalau … orang tuaku tahu?” katanya lirih namun penuh tekanan. “Kau pikir mereka akan diam saja?”

Xavier menyeringai tipis, santai, bahkan seolah menikmati kepanikan Azzura.

“Kalau mereka tahu, ya tinggal minta restu. Lalu, kita menikah.”

“Apa?!” Mata Azzura membelalak. “Kau gila?! Menikah?! Aku bahkan baru kenal kau semalam!”

Xavier melangkah pelan mendekat. Tak terburu-buru, tapi langkahnya mantap.

“Aku bukan manusia biasa, Azzura. Begitu juga kamu. Kau pikir kau bisa selamanya hidup sebagai gadis biasa?”

Azzura mundur satu langkah, tapi pandangannya tak lepas dari pria itu.

“Aku gak pernah minta hidup seperti ini, aku gak pernah minta jadi Luna siapa pun.”

Xavier berdiri di hadapannya sekarang, tak lebih dari dua langkah jarak di antara mereka.

“Tapi sekarang kau sudah jadi Luna-ku. Dan aku akan melindungimu. Dengan nyawa sekalipun.”

Untuk sesaat hening menyelimuti ruangan.

Azzura menatapnya dalam-dalam. Dalam kekesalan, ada getar halus di dadanya. Sesuatu yang asing namun nyata. Nalurinya ikut berbicara. Dan itu menakutkannya lebih dari apa pun.

“Keluarlah. Aku nggak mau lihat muka kamu sekarang,” ucapnya akhirnya, lirih namun tajam.

Xavier menatapnya sejenak, lalu mengangguk sekali.

“Makanlah. Kau butuh tenaga. Luka itu akan sembuh lebih cepat jika kau tidak melawannya.”

Tanpa kata tambahan, Xavier berbalik dan keluar dari kamar meninggalkan Azzura yang berdiri mematung.

Di pundaknya, bekas gigitan itu berdenyut hangat seolah hidup. "Dasar manusia gila," celetuk Azzura kesal.

***

Di sisi lain.

Matahari pagi belum sepenuhnya naik saat suasana perkemahan kampus Asteria mendadak heboh. Beberapa mahasiswa terlihat berkumpul di tengah lapangan, wajah mereka serius, ada yang cemas, ada pula yang bingung.

Sania berdiri di tengah kerumunan itu, wajahnya pucat, mata sembab karena tak tidur semalaman.

“Aku udah cari ke sekitar tenda, ke dapur, ke toilet, bahkan ke jalur hiking. Dia gak ada,” ujar Sania dengan suara gemetar.

Dosen pembina lapangan, Bu Tania, langsung menoleh serius.

“Kamu yakin terakhir kali Azzura terlihat adalah semalam, saat mencari Kenzo?”

Sania mengangguk cepat.

“Iya, Bu. Teman-teman juga bilang begitu. Tapi setelah itu dia nggak balik-balik.”

Beberapa mahasiswa mulai berbisik satu sama lain, kekhawatiran jelas terpancar di wajah mereka.

Sementara itu, di bawah pohon rindang, kelompok anak BEM berkumpul. Kenzo duduk di bangku kayu dengan wajah kesal, tangan menyilang di dada. Di sebelahnya, Rica memainkan rambutnya sambil melirik orang-orang yang lalu lalang.

“Ya ampun, gara-gara satu orang hilang, semua jadwal jadi kacau,” dengus Kenzo.

Boby, salah satu anggota BEM, menatapnya sinis.

“Kau itu bisa lebih simpati nggak sih, Zo? Yang hilang itu manusia, bukan ponsel.”

Kenzo mendengus, “Gue bukan panitia pencarian orang hilang. Dia yang mutusin cari gue, bukan gue suruh. Jadi, salah sendiri.”

Rica menimpali, “Dia itu terlalu baperan. Biasa aja kali, ngilang bentar aja heboh.”

Tiba-tiba Sania muncul dan berdiri di depan mereka, matanya merah karena marah.

“Kalian berdua,” ucapnya lirih, menahan amarah.

“Apa nggak ada sedikit pun rasa tanggung jawab kalian sebagai senior?! Dia hilang, Zo! Hilang! Dan lo … lo malah duduk santai sambil ngatain dia salah sendiri?!”

Kenzo berdiri perlahan, menatap Sania dengan nada meremehkan.

“Sania, jangan lebay. Azzura tuh udah gede, dia bisa jaga diri. Lagian gue yakin dia cuma drama. Nanti juga balik.”

“Kalau sampai terjadi apa-apa sama dia.” suara Sania bergetar, “gue sumpah, gue nggak bakal diem.”

Bu Tania tiba-tiba ikut bicara, nadanya tegas.

“Cukup! Ini bukan saatnya saling menyalahkan. Kita bentuk tim pencarian sekarang juga. Sania, kamu ikut saya. Lainnya bantu koordinasi.”

Semua mulai bergerak. Suasana perkemahan menjadi kacau, rencana kegiatan hari itu dibatalkan. Semua orang kini berpencar, ada yang ke arah sungai, ada yang ke jalan setapak, dan beberapa lainnya ke arah hutan.

Kenzo hanya mendecak pelan.

“Huh. Semua ribut cuma karena cewek cupu.”

Tiba-tiba deru mesin mobil terdengar di kejauhan.

Semua kepala menoleh.

Tiga mobil hitam mewah dengan plat khusus meluncur pelan masuk ke area perkemahan. Di sekelilingnya, beberapa pengawal berseragam hitam turun cepat, membuka pintu tengah.

Dari dalam mobil utama, turunlah sosok pria bertubuh tinggi dan tegap, mengenakan setelan hitam klasik. Wajahnya tajam, penuh wibawa. Di sampingnya, seorang wanita anggun dengan rambut panjang keperakan dan tatapan tajam namun lembut.

Zion dan Zanaya.

Begitu melihat mereka, para dosen dan rektor kampus langsung berdiri dan menunduk dalam-dalam. Mereka kini ketar-ketir melihat kedatangan kedua orang tua Azzura.

Semua jajaran dosen dan rektor tentu tahu jika Azzura adalah putri pemilik kampus tempat mereka mengajar. Makanya mereka langsung bergerak begitu Azzura hilang.

“T—tuan Zion … Nyonya Zanaya … selamat datang,” ucap Pak Damar, dosen pembina, dengan suara sedikit gemetar.

Rektor yang hadir bahkan segera menghampiri, “Kami … kami sangat menyesal. Kami baru saja hendak memulai pencarian mahasiswa yang hilang.”

Sania yang mendengar suara itu langsung menoleh dan matanya membelalak.

“Tante Zanaya … Om Zion?” gumamnya pelan.

Zion tak berkata apa-apa. Langkahnya mantap, sorot matanya dingin. Zanaya di sisinya menatap sekeliling dengan aura yang tak biasa terasa seperti ratu dari dunia lain.

Mereka tidak menggubris para dosen dan langsung menuju Sania.

Kenzo yang melihat sosok Zion dan Zanaya turun dari mobil, tersenyum lebar. Ia menyisir rambutnya cepat dan berjalan mendekat.

“Wah, selamat datang, Tuan Zion.” Ia menyodorkan tangan dengan percaya diri.

“Senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan pemilik kampus ini. Ada yang bisa saya bantu?”

Namun tangan Zion tidak menyambut.

Ia hanya menoleh padanya sekilas tatapan matanya dingin, seperti menembus isi kepala Kenzo lalu mengabaikannya begitu saja.

“A—eh .…” Kenzo langsung kikuk. Senyumnya memudar, tangannya menggantung di udara.

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Zanaya ga mau jadi Lunanya Si Xavier. Trus maunya jadi apaan?? Jadi syahrininya Reino barack gitu/Facepalm//Facepalm/

2025-07-07

1

Kusii Yaati

Kusii Yaati

hihh kepedean sok kenal,andai kamu tahu azzura itu putri zion tak bisa ku bayangkan reaksi Kenzo nanti 😏

2025-07-07

0

merry

merry

klo kau tau zura yg kau anggap babu miskin anky Xion dan sanaya pemilik kmpuss,, syok kmu zo

2025-07-08

0

lihat semua
Episodes
1 Azzura Dixon Azlan
2 Perkemahan
3 Xavier
4 Kau adalah Luna-ku
5 Azzura Hilang
6 Kemarahan Zion
7 Pulang
8 Aura Berbeda
9 Menyelinap
10 Mal
11 Bertemu Xavier
12 Merubah Penampilan
13 Berbalik Arah
14 Kecupan Singkat
15 Gosip
16 Memberi Pelajaran
17 Serangan Vampir?
18 Fitnah Lagi
19 Kedatangan Zanaya
20 Terungkap
21 Obsesi Kenzo
22 Kenzo Yang Tak Tahu Malu
23 Pertemuan
24 Insiden
25 Kemarahan Zanaya
26 Akhir Keluarga Rica
27 Berita
28 Obsesi Gelap
29 Pertemuan Para Alpha
30 Aku Manusia Serigala
31 Pertemuan Dengan Calon Mertua
32 Persaingan
33 Sania Diserang
34 Rencana Gagal
35 Bertemu Masa Lalu
36 Tamu Tak Diundang
37 Pembuktian Diri
38 Kelakuan Keluarga Kenzo
39 Ulang Tahun Zanaya
40 Kepanikan
41 Penyerangan
42 Azzura Dan Sania
43 Menyelamatkan
44 Penyerangan Selesai
45 Mayat Kenzo Hilang
46 Double Date
47 Semakin Dekat
48 Tanda Luna
49 Kemarahan Zion
50 Zanaya Marah
51 Menghubungi Erland
52 Pesan Kakek Gerald
53 Serangan Vampir
54 Kepergian Sang Kakek
55 Duka dan Misteri
56 Asal Muasal
57 Menyatakan Perang
58 Persiapan Perang
59 Penyerangan
60 Mencurigakan
61 Vael?
62 Tingkah Sania
63 Rapat Darurat
64 Misi Mendadak
65 Misi Dimulai
66 Pertarungan
67 Misi Selesai
68 Peringatan Darurat
69 Sebelum Perang
70 Latihan Bersama
71 Kemunculan
72 Perang Pecah
73 Perang
74 Perang 2
75 Perang 3
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Azzura Dixon Azlan
2
Perkemahan
3
Xavier
4
Kau adalah Luna-ku
5
Azzura Hilang
6
Kemarahan Zion
7
Pulang
8
Aura Berbeda
9
Menyelinap
10
Mal
11
Bertemu Xavier
12
Merubah Penampilan
13
Berbalik Arah
14
Kecupan Singkat
15
Gosip
16
Memberi Pelajaran
17
Serangan Vampir?
18
Fitnah Lagi
19
Kedatangan Zanaya
20
Terungkap
21
Obsesi Kenzo
22
Kenzo Yang Tak Tahu Malu
23
Pertemuan
24
Insiden
25
Kemarahan Zanaya
26
Akhir Keluarga Rica
27
Berita
28
Obsesi Gelap
29
Pertemuan Para Alpha
30
Aku Manusia Serigala
31
Pertemuan Dengan Calon Mertua
32
Persaingan
33
Sania Diserang
34
Rencana Gagal
35
Bertemu Masa Lalu
36
Tamu Tak Diundang
37
Pembuktian Diri
38
Kelakuan Keluarga Kenzo
39
Ulang Tahun Zanaya
40
Kepanikan
41
Penyerangan
42
Azzura Dan Sania
43
Menyelamatkan
44
Penyerangan Selesai
45
Mayat Kenzo Hilang
46
Double Date
47
Semakin Dekat
48
Tanda Luna
49
Kemarahan Zion
50
Zanaya Marah
51
Menghubungi Erland
52
Pesan Kakek Gerald
53
Serangan Vampir
54
Kepergian Sang Kakek
55
Duka dan Misteri
56
Asal Muasal
57
Menyatakan Perang
58
Persiapan Perang
59
Penyerangan
60
Mencurigakan
61
Vael?
62
Tingkah Sania
63
Rapat Darurat
64
Misi Mendadak
65
Misi Dimulai
66
Pertarungan
67
Misi Selesai
68
Peringatan Darurat
69
Sebelum Perang
70
Latihan Bersama
71
Kemunculan
72
Perang Pecah
73
Perang
74
Perang 2
75
Perang 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!