episode 17

"Sist.... Aku mau nyewa staf bersih-bersih dua orang." Kata Veby pada Sisi di gedung apartemennya.

"Kamu keluar gak pakek payung? Rambut kamu basah." Kata Sisi sambil mengelus rambut Veby yang tidak terikat.

Veby hanya menunduk. " Ada masalah? Kalo bukan masalah pribadi, bisa dong kasi tau kakak." Kata Sisi yang mendudukkan Veby di kursi dekat dirinya.

"Stafnya...." Kata Veby. "Udah kok, mereka udah jalan menuju kamar kamu." Kata Sisi.

•••• (Veby menceritakan segalanya pada Sisi)

"Kak gak tau kalau apartemen itu, seberbahaya itu. Trus keluarga kamu?" Tanya Sisi.

"Tadi udah aku coba telpon, tapi tetep gak di angkat hu....hu...hu..." Sambil nangis.

"Gimana kalau kamu tinggal di rumah kakak aja. Kakak tinggal sendiri lohh." Usul Sisi.

"Gak usah kak, makasi. Tapi aku gak mau ngerepotin siapa-siapa lagi. Aku bakal coba untuk melawan rasa takut ini, siapa tau aku bisa nemu maksud dari iblis itu." Kata Veby

"Hari ini kakak akan ikut jaga malam sama kak Bright kamu." Kata Sisi dengan senyum menghibur.

"Aduhh kak, jiwa jombloku.... Udah yaa aku mau ke atas."

"Iyaa, hati-hati." Kata Sisi karena senang melihat Veby tersenyum.

1 jam 40 menit berlalu.

"Udah kan buk?" Tanya Veby.

"Udah non." Sambil membungkuk.

"Uangnya udah di kepala staf yaaa." Sambil memasuki ruangan tersebut.

Veby duduk di sofanya, ia menatap barang-barang yang sudah tertata. Kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Aku capek banget." Desisnya sambil meneteskan beberapa berlian bening.

Veby kemudian bangun dari duduknya, ia mengambil sebuah kotak dan meletakkannya di atas meja. Veby mulai berjalan mendekati patung-patung dewa yang ia beli. Ia memasukkan semua patung tersebut kedalam kotak, menutupnya dengan plester, dan menaruhnya di dalam lemari lalu di kunci dengan rapat.

"Kenapa? Kenapa tuhan yang aku percayai tidak bisa melindungiku di dunia ini? Apa aku yang terlalu lemah untuk meminta perlindungan?"

"Apa mau mu? Dasar bejad sinting!!! Apa maumu? Kenapa kau tidak membunuhku saja?" Sambil menangis terbatuk-batuk dan memukul dadanya.

Lalu terdengar sebuah ketukan dari tembok kamar Veby. Veby langsung berdiri, dan menghapus air matanya. Ia mendekatkan telinganya agar lebih jelas mendengar ketukan tersebut.

"Tolong aku...." Itu seperti sebuah desahan meminta tolong.

"Ini belum terlalu siang, kenapa dia menyiksa manusia pada saat seperti ini?" Lalu beranjak menuju pintu apartemen nomor 7.

Veby mengetuk pintu apartemen itu, namun sekeras apapun ia tidak bisa membuka pintunya secara sopan atau paksa.

Lalu tiba-tiba, sebuah darah muncul dari selah pintu bawah apartemen tersebut.

Veby melotot, lalu berteriak sambil menjauhi pintu tersebut. Sontak orang-orang yang melihat hal tersebut langsung menghampiri Veby.

"Kakimu kenapa? Apa ada benda tajam yang melukai kakimu? Panggilkan dokter!!!." Kata salah satu warga yang melihat darah di kaki Veby dan mengira kalau Veby terluka.

"TIDAKK...... Darah ini muncul dari apartemen itu." Kata Veby sambil menunjuk apartemen nomor 7.

Benar saja, darah terus bercucuran dari selah pintu itu. Salah satu warga menghubungi polisi, sedangkan Veby di peluk oleh Sisi yang mendengar riuh tersebut.

Selang beberapa menit, para polisi beserta beberapa pasukan militer datang. Itu membuat suasana semakin tegang. Pintu apartemen tersebut langsung di dobrak, untuk mengecek apakah ada orang yang sedang bermain-main atau hal lain.

Pintu tersebut terbuka, dan betapa terkejutnya polisi, pasukan militer, para warga, bahkan Veby dan Sisi. Karena di dalam apartemennya tersebut terdapat......

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***