Rindu dan Akar Bencana

Jauh di bawah permukaan bumi, di tempat yang tidak pernah disentuh cahaya matahari maupun sinar bulan, terdengar gemuruh samar seperti napas raksasa yang tertahan. Aroma lembap bercampur darah tua memenuhi ruang gua yang dikelilingi dinding batu hitam berurat merah. Reruntuhan fosil binatang kuno tergantung di langit-langit, menggantung seperti peringatan bisu akan zaman yang telah hilang.

Di tengah kehampaan itu, tujuh sosok berjubah hijau tua berdiri melingkar. Wajah mereka tersembunyi oleh kerudung yang menjuntai hingga dada, namun dari setiap gerak tubuh mereka terpancar kekuatan yang belum terasah sempurna—liar, haus, dan penuh tekad.

Mereka adalah para siluman muda, pewaris darah kegelapan dari barat yang dikutuk dunia. Misi mereka bukan lagi sekadar balas dendam. Kali ini, dunia harus dibakar hingga fondasinya.

Uap hitam merayap dari tengah lingkaran. Di atas altar batu yang memancarkan cahaya kehijauan, selembar gulungan kulit binatang purba terbuka, menampilkan peta samar dengan garis-garis merah yang mencabik benua tengah seperti luka menganga. Formasi-formasi itu telah ditanam, tersembunyi di bawah akar dan bayangan.

Satu suara terdengar, berat dan dingin.

“Empat hutan besar… termasuk Hutan Purba, semuanya sudah siap. Begitu mereka aktif, binatang roh akan menggila. Dunia akan sibuk memadamkan api.”

Sosok lain menyeringai dari balik kerudung.

“Saat itu… kita akan masuk ke Qianlong. Buah bencana akan diambil, dan segel purba akan dihancurkan. Tidak akan ada yang bisa menghentikan kita kali ini.”

Desisan panjang bergema. Salah satu dari mereka mengangkat kepalanya sedikit, memperlihatkan mata bersisik dan lidah bercabang yang menjulur perlahan.

Sanca Iblis.

Nafasnya terdengar lebih berat daripada yang lain. Dendamnya pada satu nama mengendap seperti racun.

“Bocah itu... Ternyata adalah Martial Sovereign sejati...”

Suara itu seolah memanggil roh kegelapan dari lapisan terdalam tanah.

“Waktu itu, jika kita muncul… kita semua sudah pasti akan musnah. Tapi sekarang…”

Ia mengepalkan tinjunya, menimbulkan suara retakan halus dari tulangnya sendiri.

“Sekarang, dia takkan sempat menoleh ketika bencana ini dimulai.”

Salah satu dari mereka, bertubuh ramping namun seluruh kulitnya ditutupi sisik tipis, menimpali dengan tenang.

“Gerbang Qianlong akan terbuka dalam hitungan hari. Kita tidak boleh gagal kali ini. Buah bencana itu… diinginkan oleh Raja. Dan segel kuno itu… jika berhasil dihancurkan, bukan hanya Qianlong yang runtuh. Dunia akan retak.”

Tujuh pasang mata menyala samar di kegelapan.

Tidak ada rasa takut.

Tidak ada keraguan.

Hanya kehendak dingin yang terpatri di dalam dada mereka—bahwa dunia ini telah menolak mereka terlalu lama, dan sekarang… mereka akan membalas dengan kehancuran yang tidak bisa dihindari.

Desiran angin dingin berhembus melewati lorong-lorong batu, membawa serta gema tawa rendah yang tak menyerupai suara makhluk hidup.

Dan dari kedalaman itu, sesuatu yang lama tersegel… perlahan mulai membuka mata.

***

Angin laut berhembus pelan, membelai rambut hitam Zhang Wei yang menjuntai lepas di bawah sinar rembulan. Di puncak menara tertinggi Istana Sayap Kebebasan—bangunan yang menggantung angkuh di atas samudera utara—ia duduk bersila di atas batu giok yang dingin, memandangi ujung dunia yang jauh, tempat Benua Utara terbentang dalam keheningan beku.

Sinar bulan memantul lembut di permukaan pedang kelabu yang tergeletak di sampingnya, seolah ikut mendengarkan gumaman hatinya.

“…kira-kira apa yang sedang mereka lakukan sekarang?”

Suara itu lirih, hampir seperti bisikan. Zhang Wei menyandarkan dagunya pada lutut, mata kelabunya menerawang jauh menembus batas cakrawala, seakan mencari siluet kota para elf yang pernah ia lindungi dengan sepenuh jiwa.

“Rania… dia pasti masih suka berlari-lari di sekitar pohon-pohon raksasa itu, ya?”

Ia tersenyum tipis, mata tak berkedip.

“Kaelen mungkin sedang mengganggu para tetua lagi, atau mungkin bersembunyi dari Liora karena dihukum. Liora… dia pasti masih menjaga semuanya dengan tenang seperti biasa.”

Tangannya menggenggam pedang di sampingnya, dan untuk sesaat, hawa kelabu tipis melingkar di sekeliling tubuhnya. Tapi itu bukan aura bertarung. Itu rasa rindu. Kabut kelabu, tak bertepi.

“Mereka menganggapku keluarga… padahal aku bukan elf. Aku bahkan bukan dari dunia mereka. Tapi saat bersamamu, Master… dan saat bersama mereka… aku merasa seperti tidak sendiri.”

Suara lembut terdengar di dalam pikirannya, seperti gema dari ruang lain, hadir di balik kesunyian.

“…kau tidak pernah sendiri, muridku. Kau hanya belum menyadari tempatmu sebenarnya.”

Zhang Wei tersenyum kecil.

“Master… menurutmu, apakah janji seperti ini masih penting di tengah dunia yang hampir runtuh?”

“Janji yang lahir dari hati tidak akan pernah runtuh, bahkan jika seluruh langit pecah. Kau tidak harus kembali karena janji. Tapi karena hatimu tidak pernah benar-benar pergi dari sana.”

Zhang Wei menatap langit. Matanya yang dingin berubah teduh.

“Ramalan leluhur elf… tentang bocah dari luar yang akan melepaskan belenggu mereka. Sampai sekarang aku tak tahu kenapa aku. Bahkan para tetua elf pun menyebutku Saint, sesuatu yang bahkan aku tak mengerti sampai sekarang.”

Lian Xuhuan terdiam sejenak sebelum menjawab.

“Karena mereka melihat sesuatu di dalam dirimu yang bahkan kau sendiri belum sepenuhnya pahami. Kadang, takdir datang bukan karena siapa dirimu… tapi karena apa yang akan kau lakukan.”

Zhang Wei memejamkan mata. Hening sesaat, lalu…

“Aku akan kembali, Master. Tapi setelah semua ini selesai. Setelah tubuhmu kubentuk ulang. Setelah semua bahan kukumpulkan. Setelah lautan itu kulewati, dan semua segel kutemukan.”

“…dan jika kau tidak bisa kembali?”

Zhang Wei membuka mata, pandangannya kembali tajam, membelah rembulan.

“Kalau aku tidak bisa kembali… aku akan hancurkan dunia yang menghalangiku.”

Angin laut mendadak berubah arah. Ombak menghantam lapisan pertahanan istana dengan suara berat.

Kabut kelabu menyebar pelan dari bawah kakinya, menyelimuti atap istana.

Zhang Wei masih menatap ke utara.

“…tunggu aku. Aku akan pulang.”

Terpopuler

Comments

Indah Hidayat

Indah Hidayat

memgharukan cinta si mc pada suku elf dan cinta pertamanya...sungguh keren....

2025-07-17

1

Nanik S

Nanik S

Seorang murid yang berbakti apapun dilakukan untuk membangunkan girunya

2025-07-14

0

4wied

4wied

tekad Zhang Wei seteguh batu karang dilautan....

2025-07-12

0

lihat semua
Episodes
1 Babak Baru
2 Rekan Baru
3 Rindu dan Akar Bencana
4 Mengunjungi Klan Bai
5 Mengunjungi Klan Bai II
6 Misteri Masa Lampau
7 Misteri Masa Lampau II
8 Alam Rahasia Qianlong Terbuka
9 Rentetan Bencana
10 Menjelajahi Qianlong
11 Tiba di Laut Tak Berangin
12 Menantang Raja Laut
13 Menantang Raja Laut II
14 Menantang Raja Laut III
15 Guncangan Misterius
16 Fenomena Aneh
17 Tanpa Hambatan
18 Bayangan Kekacauan
19 Segel Kedua Lepas
20 Terdesak Waktu
21 Hujan Pedang Surgawi
22 Perwujudan dari Bencana Mutlak
23 Menuju Kehancuran
24 Pendekar Sejati Yang Tak Tergoyahkan
25 Bayangan Kematian dan Era Kegelapan
26 Keruntuhan Qianlong
27 Ledakan Perang
28 Sadar dan Bingung
29 Awal Keretakkan Dunia
30 Kelahiran Kaisar Agung yang Baru
31 Api Peperangan
32 Mengambil Tindakan
33 Kembali
34 Serpihan Masa Lalu
35 Kunjungan ke Sarang Lama
36 Menguak Masa Lalu
37 Kita Saudara
38 Menepati Janji
39 Sambutan Panas
40 Hadiah yang Dijanjikan
41 Kepompong Dao dan Pengelihatan
42 Kegelapan Datang, Cahaya Terkurung
43 Misteri Zhang Wei
44 Misteri Zhang Wei II
45 Misteri Zhang Wei III
46 Evolusi
47 Perang Pecah
48 Sebuah Pertaruhan
49 Kebangkitan dan Pengorbanan
50 Pil Kembar Pengikat Jiwa
51 Segel Teratai Kembar
52 Hukum dunia mulai runtuh
53 Gugurnya Salah Satu Kaisar Agung
54 Titik Kritis
55 Kemunculan Malaikat Kelabu Yang Agung
56 Aku Akan Mengakhirimu Sekarang Juga
57 Akan Ku Balaskan Dendam Kalian!
58 Salah Paham
59 Kesalahan Fatal
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Babak Baru
2
Rekan Baru
3
Rindu dan Akar Bencana
4
Mengunjungi Klan Bai
5
Mengunjungi Klan Bai II
6
Misteri Masa Lampau
7
Misteri Masa Lampau II
8
Alam Rahasia Qianlong Terbuka
9
Rentetan Bencana
10
Menjelajahi Qianlong
11
Tiba di Laut Tak Berangin
12
Menantang Raja Laut
13
Menantang Raja Laut II
14
Menantang Raja Laut III
15
Guncangan Misterius
16
Fenomena Aneh
17
Tanpa Hambatan
18
Bayangan Kekacauan
19
Segel Kedua Lepas
20
Terdesak Waktu
21
Hujan Pedang Surgawi
22
Perwujudan dari Bencana Mutlak
23
Menuju Kehancuran
24
Pendekar Sejati Yang Tak Tergoyahkan
25
Bayangan Kematian dan Era Kegelapan
26
Keruntuhan Qianlong
27
Ledakan Perang
28
Sadar dan Bingung
29
Awal Keretakkan Dunia
30
Kelahiran Kaisar Agung yang Baru
31
Api Peperangan
32
Mengambil Tindakan
33
Kembali
34
Serpihan Masa Lalu
35
Kunjungan ke Sarang Lama
36
Menguak Masa Lalu
37
Kita Saudara
38
Menepati Janji
39
Sambutan Panas
40
Hadiah yang Dijanjikan
41
Kepompong Dao dan Pengelihatan
42
Kegelapan Datang, Cahaya Terkurung
43
Misteri Zhang Wei
44
Misteri Zhang Wei II
45
Misteri Zhang Wei III
46
Evolusi
47
Perang Pecah
48
Sebuah Pertaruhan
49
Kebangkitan dan Pengorbanan
50
Pil Kembar Pengikat Jiwa
51
Segel Teratai Kembar
52
Hukum dunia mulai runtuh
53
Gugurnya Salah Satu Kaisar Agung
54
Titik Kritis
55
Kemunculan Malaikat Kelabu Yang Agung
56
Aku Akan Mengakhirimu Sekarang Juga
57
Akan Ku Balaskan Dendam Kalian!
58
Salah Paham
59
Kesalahan Fatal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!