Aku tak dapat menggambarkan perasaanku malam itu, bahkan malam-malam setelahnya menjadi malam yang suram. Aku sulit tidur dengan alasan klasik, aku bingung dengan pilihanku sendiri. Bahkan hari-hari ku menjadi lesu, aku membuka toko tanpa berselera. Menyetrika baju dengan tidak bertenaga. Rasanya hambar seperti telur lupa di beri garam, "Ah..." Mulutku meracau saat setrika menyentuh pergelangan tanganku. Panas.
Banyak-banyak memikirkannya membuatku linglung. Jika cinta tak direstui tidak apa-apa, mungkin belum jodoh. Berbeda dengan ceritaku, semua tangan sudah terbuka menerimaku. Kini, tinggallah aku sendiri yang harus mengambil keputusan besar.
Keputusan besar yang harus aku katakan, ini sudah seperti saat pemilihan presiden. Sulit!
Hanya satu yang kamu pilih, lalu kamu harus menikmati kinerjanya selama 5 tahun. Jika kinerjanya bagus mungkin akan memimpin 2 periode. Tapi jika kinerjanya jelek, ya kamu tahu sendiri apa yang kamu nikmati. Sungguh pilihan yang sulit untuk mempercayakan sebuah pilihan.
Kecewa atau bahagia sudah seperti paket komplit. Tidak ada sesuatu yang mutlak seseorang akan bahagia selamanya, atau menderita selamanya. Karena hidup slalu bersinergi.
Hari-hari menjelang pertemuan ku dengannya adalah hari-hari teramat berat, kepalaku pusing tujuh keliling. Berputar-putar hebat.
Hingga aku harus menutup toko, tubuhku dingin, bergetar, tidak tahu harus menjawab apa nanti. Bahkan nafsu makanku berkurang, ini sungguh lucu. Gara-gara cinta manusia memang bisa menjadi gila dibuatnya.
Cinta memang seperti hantu, penuh misteri dibaliknya. Tidak terlihat namun nyata adanya. Cinta oh... cinta! kenapa kau permainkan diriku seperti ini, tidak kah kamu kasian dengan ku saat putus cinta beberapa bulan yang lalu. Aku menangis, menjerit, dadaku sesak dibuatnya. Cinta apa kau tidak kasian denganku, saat aku mengharap kebahagiaan, yang datang malah kepedihan.
Cinta memang pembodohan. Tapi kenapa cinta slalu menjadi topik hangat untuk dibicarakan, dijadikan sebuah cerita. Cinta memang begitu fasih mempermainkan umatnya.
Seperti aku sekarang yang dipermainkan olehnya. Menjadi korban kekejaman atas nama Cinta...
*
Sore ini dihari Sabtu, aku sudah siap memakai baju terbaikku. Merias wajahku dengan bedak tipis, lipmatte warna peach, membiarkan rambutku tergerai dengan jepit kecil di bagian atasnya.
Entah ide darimana dandanan ini, yang penting rapi pikirku.
Duduk di anak tangga depan toko, memasang headset ditelinga mendengar lagu-lagu gothic metal milik Within Temptation sambil menunggunya datang. Dia berjanji untuk menjemputku jam 5 sore.
Janjiku dan dia, akan bertemu hari ini. Hari-hari penting dalam hidup kami. Sudah ku bulatkan keputusan ku, sudah ku tekadkan niatku. Akan ku jawab semua yang menjadi kegetiran hatiku dan dirinya. Entah cinta atau bukan, aku akan mengungkapkan semuanya nanti. Mengatakan semuanya yang aku rasakan.
Beberapa kali putaran lagu ini ku putar, dia tak kunjung datang. Apa dia ingkar, dimana dia sekarang? Apa dia sudah ingin mengkhianatiku dengan janjinya. Berkali-kali mataku beralih ke jalanan, jalan utama yang menjadi jalan satu-satunya mobilnya datang. Tapi yang ku dapati hanyalah kendaraan yang hilir mudik dengan tujuan masing-masing.
Ku tatap Alfamart yang sudah ramai dengan muda-mudi yang duduk di depannya, mencari WiFi atau hanya sekedar bercengkrama dengan lawan jenisnya. Berbagi cerita dan canda, atau berbicara remeh temeh cerita cinta mereka. Sungguh ironis dengan ku sekarang, aku duduk sendiri menanti sesuatu yang tidak pasti.
Aku mulai lesu. Wajahku sudah muram, ku tatap mobil-mobil yang berlalu lalang yang tak mempedulikan ku yang sedang menunggu seperti orang bingung. Hingga akhirnya suara adzan magrib berkumandang.
Sudah pukul 17.35 dia melanggar janji. Aku menghela nafas panjang, ku buka toko lagi.
Satu do'aku hari ini, jika memang tidak yakin tidak perlu dipaksakan. Jika tidak yakin yasudah lepaskan. Karena yang terpaksa akan slalu menyiksa.
Berlama-lama aku mengambil air wudhu, seraya menghapus air mataku.
Dadaku sesak. Belum apa-apa dia sudah berbohong, atau aku yang terlalu mengharapkannya. Sudahlah, aku lepas mukenah. Merapikan lagi ke tempatnya.
Melepas jaket cardigan, membuka toko lagi. Aku sudah tidak bertenaga lagi, nyaliku sudah hilang terbawa air wudhu tadi. Semangatku sudah luntur saat aku tahu dia melanggar janji.
Ini tidak sesuai dengan ekspektasiku, sepertinya aku berlebihan. Tidak mungkin dia serius mengatakan semuanya malam itu.
Dia mungkin hanya bercanda. Tidak mungkin dia menaruh perhatian untukku.
Kenapa slalu kata 'mungkin' yang terus aku katakan, karena mungkin ada dua kemungkinan yang terjadi. Dia serius atau hanya bermain-main saja.
Dua kemungkinan yang dia mainkan, membuatku gelisah, lima hari aku kurang tidur hanya karena memikirkan kemungkinan terbaik untuk kami berdua.
Lama aku berada dalam lamunan. Menyangga kepalaku dengan telapak tangan. Berbagi pikiran aneh merasukiku.
Hingga suara ketukan kaca menerorku, meneror lamunanku. Berulang-ulang kali hingga aku tersadar jika ketukan kaca itu nyata. Bukan dari halusinasiku.
Aku mengusap wajahku, "Ya..."
Aku mendongak menatap siapa orang yang membuyarkan lamunanku.
Dia tampan sekali, sejujurnya aku tak sanggup mengatasi ketampanan ini, ini bukan untukku.
Bagiku dia seperti seorang yang menjadi milik orang lain. Ketampanannya, senyumnya dan semua yang ada dalam dirinya. Bukan untuk ku.
Aku hanyalah memori singkat untuknya, tidak lebih. Namaku hanyalah pengisi ruang kosong dihatinya. Sesaat akan terlupakan.
"Maaf membuatmu menunggu."
Ia menarik tanganku, menaruh sebuket mawar putih ke tanganku.
Aku menatap mawar putih yang terlihat segar, aku paham arti sebuah mawar putih. Perasaan cinta yang tulus dari seseorang untuk kekasih hati atau sebagai bunga tanda perpisahan. Maksud mana yang mau dia berikan untukku.
Aku bergeming. Tidak ada yang memulai pembicaraan ini, aku sudah lelah karena seharian merasa tegang. Tegang karena harus bertemu dengan Kaysan.
"Pulanglah, aku sudah tidak berminat untuk pergi denganmu." kataku sambil menaruh bunga mawar itu diatas etalase kaca.
"Aku tahu kamu marah, tapi aku akan menjelaskan alasannya. Aku tidak tahu harus mencari dimana penjual bunga, jadi sedari tadi sore aku hanya berputar-putar mencari penjual bunga. Ada bunga di rumah, tapi tidak mungkin aku memberimu bunga sesaji."
Aku mendongak mendengar penjelasannya, "Bunga ini tidak termasuk dalam kategori janjimu. Janjimu hanya kamu menemuiku."
"Aku paham, tapi bunga ini aku cari spesial untukmu."
Aku menghela nafas panjang, "Moodku sudah hilang untuk pergi. Kita bicara disini saja."
"Tidak!" bantahnya cepat, "Aku tunggu kamu bersiap lagi." Dia keluar dari toko, masuk lagi ke mobilnya.
Dia enak sekali menyuruhku setelah 1 jam aku harus menunggunya dalam kegetiran. Hingga akhirnya aku memilih bersiap kembali. Menutup pintu toko dan berlalu pergi.
*
Please like, favorit dan vote ya. Kita harus sama-sama simbiosis mutualisme 🤭😂🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Biicandra
itu pintu toko dibukaa ditutup lagii yaa bener kali kalo lamaa lamaa ancurr. .😂😂😂 sallah sendiri pintu toko buat mainan wqwq. .
2023-05-09
1
Kinara (Hiatus)
kok nyesek rasanya yaa
2022-08-06
0
Atikha
😭😂😂😂
2022-08-03
0