"Kay, bagaimana pengintaianmu?" tanya Juwita Ningrat saat mendapati Kaysan duduk di pinggir kolam sembari memberi makan ikan koi kesayangannya.
"Hanya melihat dari jauh, Ibunda. Berkali-kali Kaysan mendekatinya dia masih sama. Dingin dan cuek." jawab Kaysan sambil menaruh toples berisi pelet ikan.
"Baju-baju yang kamu laundry kemarin dia juga tidak mau?" Juwita Ningrat menyelidik. Pasalnya malam itu Kaysan membawa banyak paper bag berwarna cerah yang ternyata berisi berbagai jenis celana panjang dan pakaian yang lebih feminim.
Kaysan mengangguk, "PR ku banyak Ibunda. Ibunda tidak lupa mendo'akanku?" Kaysan menatap wajah Juwita Ningrat, menatap penuh keputusasaan.
Baru kali ini mengenal gadis dengan sosok yang berbeda. Berbeda dengan kalangan yang ia kenali. Banyak wanita dari kerajaan lain yang mengincarnya sebagai suami sekaligus mantu untuk meningkatkan kuasa kepemimpinan kerajaan di bawah naungan kerajaan Hadiningrat.
Kaysan tak menginginkan, baginya wanita yang berada dalam lingkungan hidup yang sama pasti sudah jelas akan menjadi sesuatu yang kurang menarik. Sudah berkali-kali ia mencoba untuk memulai kisah asmaranya, namun slalu kandas. Dan, menjadikan kerajaan Hadiningrat menjadi renggang dengan kerajaan lainnya sebab putrinya pernah berhububunhan dan ditolak Kaysan.
"Tresno kowe karo cah ayu?" tanya Juwita Ningrat penasaran.
"Cah Bagus, sabar iku ingaran mustikaning laku. Di oyak sak tekanmu." [ Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratkan sebuah hal yang sangat indah dalam sebuah kehidupan. Dikejar semampunya.]
Juwita menepuk kedua bahu Kaysan, "Sejatinya manusia di ciptakan berpasang-pasangan. Rasah sumelang." [ Jangan khawatir ]
"Ibunda, bagaimana dengan Ayahanda? Jika Ayahanda juga menolak, aku tidak akan melanjutkannya."
"Durung opo-opo wes pesimis. Isin karo lakumu." [ belum apa-apa sudah pesimis, malu dengan
"Tresno ra iso dipekso to, Bu." [ Cinta tidak bisa di paksa to, Bu ]
"Ra iso dipekso mergo kowe ra nyobo. Nek paham to, tresno ki jalaran saka kulino." [ Gak bisa di paksa karena kamu tidak mencobanya. Kan paham to, cinta itu jalannya dari terbiasa. ]
"Kulino nemoni, ngajak dolan. Sing diajak ajine ra umum." Kaysan menggelengkan kepalanya. [ terbiasa menemui, ngajak main. Yang diajak memang tidak umum ]
Juwita terkekeh melihat anaknya yang sudah kebingungan mendekati seorang gadis.
"Cah wedok ki ajine kudu cuek, cen kudu sing di oyak. Nek kowe yo wegah to le nek di oyak-oyak cah wedok. Ganjen, jaremu." [ Anak perempuan memang harusnya cuek, harusnya yang di kejar. Kamu kan juga gak mau 'le kalau di kejar-kejar anak perempuan, Genit katamu. ]
"He'em.. Nanti aku temui Ayahanda. Jika ayahanda mengizinkan. Tak oyake sak tekanku, Ibunda." [ tak kejar sesampainya, Ibunda ]
Kaysan kembali menabur pelet ikan ke dalam kolam.
"Harus, laki-laki memang harus memiliki pendirian kuat."
Di dalam Keraton Hadiningrat, Kaysan akan menemui Ayahanda Raja Sultan Agung Adiguna Pangarep.
Seperti biasa anak pertama dari permaisuri Raja, jika memiliki keinginan pasti akan membawakan hidangan spesial untuk ayahnya.
Kaysan membawa teh mawar, didampingi serabi solo dengan topping gula jawa dalam sebuah nampan besi berwarna perak.
Meskipun yang dihadapi adalah ayahnya sendiri, ia tak bisa menganggapnya sepele. Jika jawabannya, 'Tidak', maka selamanya akan, 'Tidak'.
"Putraku..."
Sapa Ayahanda raja sambil merentangkan tangannya, perangainya yang kalem dan berwibawa. Sudah jelas menurun pada darah Kaysan.
"Makanlah jamaun ini, Ayahanda." Kaysan meletakan jamuan itu di hadapan ayahnya.
Senyumnya tampak mengembang, namun sudah dipastikan jika Kaysan sedang ingin melakukan penyogokan.
"Apa yang kamu inginkan anakku? Tahtaku, Kekuasaan atau wanita?" Sultan agung mengambil sendok dan membagi serabi solo itu menjadi tiga bagian.
"Wanita." jawab Kaysan mantap.
"Jelaskan siapa wanita yang menarik hatimu, putri dari kerajaan mana dia dilahirkan?" Sultan agung menaruh sendoknya lagi, kini raut wajahnya menampakkan keseriusan. Begitu juga dengan Kaysan.
"Gadis yang dilahirkan dari kalangan biasa, rakyat biasa. Tidak memiliki gelar ataupun kasta."
"Siapa dia?"
"Rinjani Alianda Putri."
"Katakan lagi siapa keluarganya, darimana kau berkenalan dengannya?"
"Dia anak Herman, preman di pasar karang gayam. Ibu menemukannya pingsan di pinggir jalan saat di kejar preman penagih hutang."
"Jadi gadis yang kamu incar hanyalah anak preman? Apa tidak ada lagi wanita yang mengisi hatimu selain gadis preman tadi. Sudah Ayahanda pastikan jika dia adalah gadis yang tidak biasa."
Kaysan mengangguk. "Ayahanda, izinkan aku mendekatinya. Kali ini, aku akan meminta dengan bersungguh-sungguh restu dari Ayahanda untuk memiliki gadis biasa."
Sultan agung mengambil dua serabi miliknya dan menyisakan satu potongan terakhir.
"Makanlah."
Kaysan mendongak, "Ayahanda yakin?"
Sisa potongan terakhir yang artinya adalah persetujuan. Jika tidak setuju, serabi gula jawa itu akan tandas dimakan Sultan agung.
"Selesaikan tugasmu dan rebutlah hatinya. Jika dia menolak, hentikan! Ayahanda tidak mau kamu menjadi pengemis cinta. Hanya kali ini Ayahanda mengizinkanmu mendekati gadis biasa."
Kaysan mengambil potongan terakhir serabi dan memakannya.
"Sembah suwun Sultan Agung Adiguna Pangarep."
"Ada batas waktu, kamu paham Kaysan!"
Kaysan mengangguk, "Akan ku selesaikan tugasku Minggu ini. Setelah selesai, aku akan memulai mengajar tresnoku."
"Wong edan, di kejar-kejar putri kerajaan tidak mau. Malah mau mengejar putri terbuang."
"Ayahanda, terimakasih atas restu istimewanya. Kaysan akan bersungguh-sungguh menggunakan kesempatan emas ini untuk memikat hatinya."
"Cukup-cukup." Sultan agung mengibaskan tangannya.
Kaysan membungkuk hormat dan perlahan-lahan memundurkan langkahnya.
*
Empat hari Kaysan membiarkan dirinya menyendiri. Menyelesaikan tugasnya, sebelum akhir hari Minggu ia memantapkan hatinya untuk menemui Rinjani. Tekatnya sudah bulat, apapun keputusan Rinjani, dia akan menerimanya dengan berlapang dada.
Bukannya sejatinya pacaran adalah saling mendalami karakter. Saling mengenal satu sama lain. Mencoba dulu, kalau gagal nanti cari dalan liyane.
*
Minggu pagi Kaysan memutuskan untuk menemui Rinjani, entah kenapa dia dibuat bingung dengan selera pakaian Rinjani.
Akhirnya dia memutuskan untuk memakai kemeja batik motif parang.
Kaysan menunggu lama di dalam mobil. Hingga pantulan kaca spion menampilkan pantulan wujud gadis yang ia rindukan selama empat hari ini.
Karena terlalu bersemangat ia membuka pintu mobilnya cepat, hingga membuat Rinjani terkejut.
Kaysan cukup terkejut saat Rinjani tak menampakkan wajah cueknya, ia cukup menerima pertemuan kali ini dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
Kaysan ingin menyelidiki saat Rinjani mengatakan ingin menemui anak-anak. Hatinya sudah dirundung curiga. Bahkan saat Rinjani ngomel-ngomel tentang rolling doornya, Kaysan masih memikirkan siapa anak-anak yang di maksud Rinjani.
Hingga membuatnya seperti laki-laki yang tidak peka. Selang berapa lama, Nina datang.
Hati Kaysan sedikit melega, saat Rinjani pergi. Dia bisa mengulik berbagai pertanyaan tentang Rinjani pada sahabatnya, Nina.
"Siapa anak-anak yang mau Rinjani temui?" tanya Kaysan saat Nina masih sibuk menganggat barang bawaannya.
"Anak-anak kami."
"Anak-anak kami!" Nada suara Kaysan meninggi. Ia cukup kaget mendengar jawaban Nina.
"Hahaha, anak-anak di rumah belajar. Di pinggir kota." Seakan tahu kepanikan Kaysan, akhirnya Nina menjawabnya dengan kejujuran.
"Minggu pertama selepas Rinjani gajian, kita pasti ke rumah belajar. Anak-anak pasti sudah menunggu disana. Karena biasanya jam delapan kami sudah berangkat."
Kaysan mengangguk, "Masukan barang-barang kalian ke bagasi. Biar aku antar." Kaysan menganggat rolling door dan mengambil barang bawaan Rinjani.
Selang beberapa menit, akhirnya Rinjani datang dan masih dengan mulutnya yang mengumpat kesal dipagi harinya yang ambyar.
*
Entah kenapa jika di dekat Rinjani, Kaysan merasa mulutnya menjadi gagu.
Di perjalanan menuju rumah belajar, berkali-kali Kaysan melempar pandang dengan Rinjani. Tapi yang ia dapati hanyalah Rinjani yang membuang muka.
Kenapa dia slalu menghindar, apa tatapan ku begitu menakutkan.
Sesampainya di rumah belajar yang cukup jauh dari perkotaan, Kaysan terkejut dengan kondisi rumah yang begitu sederhana.
Mereka tidak bohong, bahkan jika naik motor tadi mereka benar-benar akan terlambat. Apa aku seperti pahlawan kepagian. Tak sia-sia pagiku dihiasi dengan kebingungan memilih pakaian.
*
Happy Reading, like n love ya 💚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Dede Dahlia
Kay,kalau gagal ya pokso ga keukeuh ga mau yg culik ajak kawin paksa 🤣🤣🤣
2024-02-27
0
maytrike risky
Kalau gagal nanti begal🤣
2023-11-06
0
maytrike risky
Kode nya luar biasaa loh😊
2023-11-06
0