Entah kenapa akhir-akhir ini pemilik senyuman yang tulus itu menghantui pikiranku. Dia benar-benar menjadi hantu yang menganggu kesehatan batinku.
Aku butuh teman bercerita atau paling tidak aku kembali ke rumah saja. Sudah seminggu lebih bapakku tidak mengunjungiku hanya sekedar minta uang makan atau hanya sekedar melintasi jalanan di depan toko.
Sebenarnya bapak kemana sih? Meskipun dia menjengkelkan dialah satu-satunya orang yang aku miliki sekarang. Paling tidak karenanya aku bukan anak sebatang kara di dunia ini.
Aku mengangguk. Keputusanku bulat, nanti aku ambil jam biasa saja terus pulang mengunjungi bapak!
•••
Seperti hari-hari sebelumnya, nasi pemberian Kaysan slalu hadir lewat tangan para ojek online. Aku slalu menerimanya, kadang terbesit keinginanku untuk membalas semua yang Kaysan berikan. Tapi senyum tulus yang ia kembangkan kadang membuatku takut. Takut jika ia menganggapnya sebagai tanda jika aku sudah membuka diriku untuknya.
Senyum tulus yang slalu ia tunjukkan setiap kali kami bertemu. Membuatku takut nantinya aku akan jatuh pada kekuasaannya. Aku tidak mau terjerat cinta yang begitu mustahil.
Tapi aku harus bagaimana, aku tidak mau dia terus mengirimku makan siang. Menguntitku setiap saat, atau hanya sekedar melihatku diam-diam. Sepertinya aku harus berani menolak, atau aku terlalu percaya diri? Bagaimana jika dia melakukan itu semua karena kasihan dengan hidupku yang semrawut ini? Bagaimana jika dia juga melakukan itu untuk wanita lain?
Aku menggeram, pusing sendiri memikirkan Kaysan. Tapi apa dia disana juga mikirin aku?
Ya Tuhan. Pikiran apa lagi ini! Aku ingin mengutuk hatiku yang mulai melenceng tak mematuhi aturanku. Aku pemilik jiwa dan raga ini, harusnya hatiku harus patuh denganku. Tapi kenapa ya khayalanku akan pemilik senyuman tulus yang menghantui pikiran dan hatiku itu terasa menyenangkan! Diam-diam dia pasti punya ajian semar mesem.
Huft. Untuk menetralkan ketegangan hatiku, aku akan berbesar hati menerima Kaysan menjadi salah satu temanku. Ini sungguh keputusan yang tepat, menjadikannya teman. Paling tidak teman bisa menjadi tempat berkeluh kesah, berbagi canda, tawa dan air mata. Toh aku tidak membencinya. Aku hanya membenci senyuman tulus yang menghiasi wajahnya.
Dan jika aku menanggapi senyuman itu, sudah pasti akan meruntuhkan tembok keangkuhanku. Dan, dengan mudahnya aku menerimanya dalam hidupku.
•••
Rabu.
Kemarin sore aku pulang ke rumah kontrakan, mencari bapak. Aku sengaja membawakan kebutuhan dapur dan keperluan mandi untuknya. Tapi yang aku dapati hanya rumah kosong tanpa penghuni, bahkan teras depan sangat berdebu seperti sudah lama tak pernah di sapu.
Sore itu pula aku mencari bapak ke rumah tetangga dan menanyakan keberadaannya. Mereka hanya bilang, bapakku saat pulang pasti dalam keadaan mabuk dan uring-uringan. Setelah sadar, pergi lagi entah kemana.
Aku mendengus, ternyata tambah parah!
Akhirnya malam itu yang bisa ku lakukan hanya membersihkan rumah dan memilah-milah baju-baju yang sedikit normal dan sopan. Beberapa tank top dan celana ripped jeans di atas lutut aku masukan ke dalam kardus karena besok Minggu aku dan Nina sepakat ke rumah belajar pinggiran kota. Hal rutin yang aku lakukan dengan Nina satu bulan sekali. Bukan menjadi donatur, aku dan Nina hanyalah sebagai guru bahasa Inggris dan matematika disana.
Bukan hal yang bohong jika di negeri ini, kasta pendidikan di bagi menjadi kotak-kotak kecil yang membedakan kwalitas sekolah. Semakin bagus sekolahnya, semakin mahal harganya. Begitu juga sebaliknya, semakin bobrok sekolahnya semakin murah harganya. Begitu pula kwalitas cara belajarnya.
Maka tidak bohong, jika anak-anak di pinggiran kadang harus belajar lagi lebih giat karena buku adalah jendela dunia. Belum lagi jarak yang mereka harus tempuh. Bukan kaleng-kaleng, pernah sekali aku dan Nina datang, tapi karena hanya ada satu kendaraan. Akhirnya aku memilih untuk jalan bersama anak-anak ikut pulang ke rumah mereka.
Perjalanan harus kami tempuh sepanjang 9 km, naik turun gunung dan banyak kelokan. Mereka lewati dengan bersendau gurau, saling mengejek, atau bernyanyi. Tak terasa 9 km itu rasanya seperti hanya 9 m saja. Mereka senang bisa sekolah, bertemu dengan teman-teman, karena sepulang sekolah terkadang mereka harus ikut dengan orang tua mereka ke sawah, sekedar menjaga kambing atau membantu mencari rumput untuk pakan ternak.
Aku terkesiap, tenaga mereka tidak ada habisnya. Padahal kalau di pikir mereka hanya makan seadanya, bahkan jika kepepet mereka hanya makan singkong hasil panen kebun. Apa itu nikmat dari rasa bersyukur?
Dari situ aku belajar kita bisa mengharapkan sesuatu dan menerima apapun pemberian Tuhan asal slalu bersyukur akan nikmat pemberian-Nya.
Aku kembali ke toko dengan berjalan kaki sekaligus untuk olahraga. Aku sudah memasak jikalau bapak pulang nanti sudah ada makanan yang bisa ia makan. Aku juga membawa pakaian yang akan aku bawa besok Minggu. Satu kardus penuh pakaian bekas layak pakai.
Aku juga sudah berpesan pada tetangga, jika bapak pulang nanti suruh mencariku ke toko.Tetangga yang hafal betul bagaimana keluargaku hanya bisa mengangguk sekaligus prihatin. Tak banyak yang bisa mereka lakukan, karena mereka juga hampir bernasib sama denganku. Ekonomi menengah kebawah.
Ku bawa langkahku melewati pasar karang gayam, sesekali mengedarkan pandanganku mencari keberadaan bapak. Karena yang aku tahu peredarannya hanya di sekitaran pasar ini sebab kerjaannya adalah preman yang meresahkan masyarakat.
Aku sebenarnya juga malu, tapi dia bapakku. Makanya aku takut menjalani hubungan dengan laki-laki. Aku takut jika harus berakhir atau ditolak karena bapak preman. Tidak mengayomi sama sekali!
Hanya sekali aku membuka hatiku untuk laki-laki. Laki-laki yang membawaku pada dunia Underground. Mengenalkan ku pada ingar-bingar musik metal. Laki-laki yang terlalu posesif. Dia melarangku untuk berdekatan dengan teman-teman sesama tongkrongan walaupun dia sangat baik sekali. Lucu lagi saat itu, aku sedang makan malam dengan Nina di lesehan dekat gedung RRI.
Aku meninggalkan pacarku tanpa pamit Dia mencariku, dia mendapatiku duduk di sebelah pria, yang sudah jelas adalah pembeli lain. Tapi mengira aku makan dengan mereka-mereka yang tak aku kenali. Dia marah, tanpa mau bertanya dulu kenapa. Sepanjang perjalanan menuju rumah, dia mendiamkan ku.
Dia laki-laki yang mencuri ciuman pertamaku, makanya Nina sering mengejekku jika ciuman itu menurutnya sudah kebablasan.
Aku paham, karena waktu itu aku baru hampir lulus SMA. Aku berusaha menjalaninya, hingga 2 tahun. Tapi aku mulai melepasnya secara perlahan, karena menurutku semakin kesini hubunganku dengan Nanang semakin banyak kepura-puraan. Banyak yang ia sembunyikan dariku dan iapun dengan setuju ikut meninggalkanku tanpa sebab.
Like n love ya reader, terimakasih 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
maytrike risky
Mas nanang😔
2023-11-06
0
Biicandra
bner bngt walaupun si bpk nggk ngasih ksih syg, sll brsikap ksar tp yg namany orgtua sejahat2ny bagi ankny dia nggk jahat dia itu pasti puny rasa syg wlwpun sdikit. .menurutku. .karenaa adanya aku berkat beliau juga kan. .😭😭😭
2023-05-08
0
Santoso Zha
yagitulah
2022-06-30
0