Akhir-akhir ini pemilik senyuman yang tulus itu menghantui pikiranku. Dia menjelma hantu yang mengganggu ketenangan pun meresahkan.
Aku tidak menghubunginya sebagaimana permintaannya.
Dia pun juga tidak mendatangi sebagaimana janjinya.
Entah bagaimana sekarang jadinya. Aku ingin lari dari sini. Aku butuh teman atau paling tidak aku kembali ke rumah saja. Sudah seminggu lebih Bapak tidak meminta jatah makan dan uang, padahal sudah aku siapkan.
Sebenarnya Bapak ke mana? Meski dia menjengkelkan dialah satu-satunya orang yang membuatku bukan sebagai anak sebatang kara di jagat yang luas lagi megah ini.
Aku tidak bisa membenci Bapak terlalu lama, tidak bisa berpikir jernih sebelum keresahan-keresahan dalam jiwa ini terobati.
Pada akhirnya pulang ke rumah kontrakan adalah keharusan yang aku lakukan selagi laundry-an tidak menggunung.
Aku membawa kebutuhan dapur dan keperluan mandi untuk Bapak. Tapi apa yang aku dapati sekarang hanya rumah kosong dan kotor seperti sudah lama tidak ditempati.
Pikiranku makin kacau setelah menggeledah rumah. Bapak tidak sakit, tidak juga mabuk seperti dugaanku kenapa rumah sampai begini.
Sore itu pula aku mencari Bapak ke rumah tetangga dan menanyakan keberadaannya. Mereka hanya bilang, Bapak saat pulang pasti dalam keadaan mabuk dan uring-uringan. Setelah sadar, pergi lagi entah ke mana.
Aku mendengus, ternyata tambah parah kelakuannya! Bener-bener.
Hari itu yang bisa kulakukan hanya membersihkan rumah dan memilah-milah pakaian. Beberapa daster dan celana Ibu pun pakaian milikku yang sudah tidak terpakai aku masukan ke dalam kardus. Besok Minggu aku dan Nina sepakat ke rumah belajar pinggir kota, hal rutin yang kami lakukan satu bulan sekali. Kami menjadi guru les bahasa Inggris dan matematika serta mata pelajaran lain yang tidak bisa dipelajari dengan gamblang oleh anak-anak pinggiran yang memiliki sekat.
Bukan hal yang bohong jika di negeri ini kasta pendidikan terbagi atas kotak-kotak yang membedakan kwalitas pelajaran serta taraf hidup masyarakat. Maka tidak bohong, jika anak-anak di pinggiran kadang mendapatkan atau harus menerima kwalitas biasa dan perlu lebih giat lagi mencari ilmu dari pelbagai sumber informasi yang tidak bisa didapat secara gampang. Belum lagi masalah jarak yang harus mereka tempuh lebih jauh daripada sekolah-sekolah umum di kota.
Bayangkan saja, bukan kaleng-kaleng ini, pernah sekali aku dan Nina datang ke sekolah mereka yang ada di atas bukit, akan tetapi karena hanya ada satu kendaraan. Akhirnya aku memilih untuk jalan kaki bersama mereka. Perjalanan yang harus kami tempuh sepanjang 10 km dengan akses jalan desa perbukitan yang tidak sebagus di kota.
Dari mereka aku belajar cara mensyukuri dan menerima apa pun pemberian Tuhan dengan tidak mengeluhkan kekuranganku.
-
Aku kembali ke toko dengan berjalan kaki sambil menggotong kardus berisi pakaian setelah memasak jikalau Bapak pulang nanti sudah ada makanan di meja.
Aku juga sudah berpesan pada tetangga jika Bapak pulang nanti agar mencariku ke laundry-an.Tetangga yang hafal betul bagaimana keluargaku hanya bisa mengangguk prihatin. Tak banyak yang bisa mereka lakukan karena mereka juga hampir bernasib sama dengan keluargaku. Ekonomi kurang mampu.
Kubawa langkahku melewati pasar karang gayam, sesekali mengedarkan pandang mencari keberadaan Bapak karena yang aku tahu peredarannya hanya di sekitaran pasar ini. Dia preman yang kerjaannya meresahkan masyarakat.
Aku sebenarnya malu, makanya aku takut menjalani hubungan dengan laki-laki manapun kecuali pacar pertamaku. Dia segala-galanya meski karenanya aku takut jika nantinya hubungi baruku harus berakhir karena Bapak seorang preman. Sama seperti masalah yang menimpaku dengan laki-laki yang menjerumuskan aku pada ingar-bingar musik metal. Dia juga laki-laki yang mencuri ciuman pertamaku, makanya Nina sering mengejekku jika ciuman itu menurutnya sudah kebablasan.
Aku paham karena waktu itu aku baru nyaris lulus SMA. Tetapi aku sudah berusaha menjalaninya hingga dua tahun. Dua tahun lamanya penuh kesenangan, kesedihan, cemburu dan amarah, meski pada akhirnya setelah sekian lama berunding, bercerita dan memahaminya lebih baik, kami entah mengapa mulai melepas perasaan masing-masing secara perlahan.
Menurutnya semakin ke sini hubungan kami semakin banyak kepura-puraan dan pertentangan antara kasta yang berbeda. Dan menurutku banyak yang dia sembunyikan dariku dan dia pun dengan setuju meninggalkanku tanpa pamit.
Aku masih memikirkannya dalam hati, dan mini market di depan laundry-an itu sering menjadi tempat berpapasan kami. Menyebalkan.
-
Like n love ya reader, terimakasih 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
may
Mas nanang😔
2023-11-06
1
Biicandra
bner bngt walaupun si bpk nggk ngasih ksih syg, sll brsikap ksar tp yg namany orgtua sejahat2ny bagi ankny dia nggk jahat dia itu pasti puny rasa syg wlwpun sdikit. .menurutku. .karenaa adanya aku berkat beliau juga kan. .😭😭😭
2023-05-08
0
Santoso Zha
yagitulah
2022-06-30
0