Dulu sebelum aku memiliki hutang dengan orang tua Nina. Hari Minggu adalah hari yang slalu aku nantikan. Aku bisa menghabiskan waktu ku seharian berada dikontrakan atau dirumah Nina.
Tapi Minggu kali ini seperti hari-hari biasanya. Ku buka rolling door ini dan memulai rutinitas harian dengan bekerja. Bukan jam lembur jika hari Minggu, tapi jam bebas. Aku buka jam sembilan pagi dan tutup jam empat sore.
Aku sudah merapikan semua voucher pulsa dan kartu perdana. Merapikan baju-baju yang akan di ambil dan membersihkan lantai. Hari ini aku memilih untuk tidak menyetrika, hanya mencuci saja. Alasannya kenapa, karena aku lelah.
Bukan semalam mimpi indah, aku merasa seperti di kejar-kejar sesuatu, layaknya film India. Aku lari dia ikutan lari, aku diam dia mendekati. Aku menjauh dia mencari, alahasil bangun pagiku menjadi pegal-pegal.
Aku mulai memilih-milih playlist Minggu pagiku, bukan hinggar bingar lagu metal. Tapi lebih ke lagu-lagu pop era 90'an. Hatiku yang kelabu dan mimpi burukku semalam sudah jelas, menyungsepkan semangatku ke dasar sungai.
Kali ini saja hatiku tidak sinkron mendengar lagu-lagu keras. Aku hanya ingin mendengar lagu lawas dan menikmati Minggu pagiku.
Tepat jam sembilan pagi, aku mulai membuka toko. Satu pintu kaca lalu pintu rolling door. Aku mendengus kesal, karena sepertinya rolling door ini kurang pelumas, rasanya sulit sekali mengangkatnya ke atas. Berusaha payah aku mengangkatnya hingga harus naik ke kursi plastik karena tinggi badanku tidak tinggi.
Tapi ada dua kemungkinan, kursinya jebol dan aku terjatuh. Ini susah sekali, seperti ada yang nyangkut. Hah! Keluhku sambil menarik turunkan rolling door ini berkali-kali, tapi rasanya percuma aku mandi di pagi tadi, peluhku sudah bercucuran mencium dahi dan alis hitamku.
Berkali-kali pula aku protes ke Bu Rosmini, tak kunjung ada tukang servis yang datang.
Jadi hari Mingguku benar-benar payah, harusnya tadi libur saja. Tidak perlu ada adegan rolling door kurang pelumas. Merepotkan saja.
Akhirnya demi kebaikan bersama, aku yang sudah lapar hanya membuka separuh rolling door. Biarkan saja buka setengah, seperti niatku Minggu ini, Setengah hati.
•••
Aku pergi ke dapur belakang, mencari santapan pagi untuk membuat energi. Kali ini hanya ada mi rebus rasa soto dan sebutir telur.
Oke, oke. Tidak apa-apa, yang penting makan, kenyang, terus kerja. Aku masak mie ini lalu di campur satu butir telur. Di tambah kecap dan cabe rawit satu biji. Itu sudah pedas ya menurutku, karena kalau lebih dari satu biji cabe rawit, aku suka kentut yang terdengar over ritme.
Selesai memasak, aku membawa semangkuk mi rebus masuk ke dalam toko, karena hanya buka setengah jadi tidak apa-apa makan di dalam toko.
pikirku, karena Bu Rosmini kan tidak tahu. Aku meringis, kalau tahu bisa marah nanti dan dia cerewet sekali.
Aku duduk di tempat biasa, namun saat aku mendongkak kepalaku. Tatapanku terus tertuju pada mi yang mengepulkan asap panas. Harumnya menusuk-nusuk lubang hidungku, enak.
Namun ketika aku mendongak, terlihat sepasang kaki berdiri di depan toko.
"Mas, mas mau laundry atau mau beli pulsa?" tanyaku sembari membungkuk biar terdengar sampai luar.
"Oh ada penjaganya. Saya mau laundry, Mbak."
Suara itu? Aku mendelik, tak lama lelaki itu membungkuk untuk masuk ke dalam toko.
Aku beringsut. Dia membawa laundry bag yang cukup besar. Dan, menaruhnya sendiri di timbangan.
"Lima kilo, Mbak." katanya memberi tau. Aku mengambil nota dan menulis jumlah kilonya, memberi nama pelanggan dengan sebutan 'Pengacau Mingguku'
"Mau cepat atau biasa?" tanyaku tanpa mau menatapnya.
"Enakan yang mana, Mbak. Cepat atau biasa. Kalau cepat kapan jadinya, Mbak?" tanyanya sambil menatap sekeliling toko ini.
"Mbak, kalau mau sarapan. Sarapan dulu saja, nanti minya keburu dingin." katanya sok perhatian, bahkan kepulan asap mi itu masih menari-nari liar di hidungku.
"Mas, kalau mau cepat jadinya besok. Kalau biasa jadinya tiga hari lagi. Cepat katakan mau pilih yang mana?" kataku sambil mengetuk-ngetuk etalase dengan pulpen.
"Kalau saya milih Mbak jadi pendamping hidup saja gimana, Mbak mau?"
Ya Tuhan, ini orang kesambet penghuni pohon mana sih. Ngomongnya ngawur.
"Mas, kalau tidak di jawab nanti saya keburu jadi singa lapar. Cepat katakan, mau cepat atau biasa? Atau kalau tidak bawa pulang lagi baju-baju mas. Di rumah pasti ada mesin cuci kan. Hush, Hush..." kataku sambil mengibaskan tangan.
"Ya sudah, saya pilih cepet aja Mbak. Biar besok bisa ketemu Mbak lagi." Dia tersenyum.
"Baik, kalau gitu mas keluar ya. Ini notanya. Jangan lupa besok di bawa."
Aku menyodorkan notanya ke etalase, dia mengamati baik-baik tulisanku, 'Pengacau Mingguku.'
Dia menganggukkan kepalanya, "Besok saya akan mengganti sebutan ini dengan sebutan baru, 'Pengacau hatiku'."
Aku hampir tersedak dibuatannya. Percaya diri sekali orang ini, batinku.
"Saya pamit pulang, Mbak. Jangan lupa yang bersih dan rapi." Dia menyelipkan notanya ke dalam dompet hitamnya. Berjalan beberapa langkah menuju pintu kaca dan berbalik lagi. "Selamat sarapan, Mbak. Semoga hari minggunya menyenangkan." katanya sambil mengangkat ke atas rolling door yang nyangkut tadi, begitu mudah tanpa paksaan, tanpa makian, dan tanpa tenaga.
Aku menggerutu sendiri. "Dasar rolling door pengkhianat, sama anak Raja patuh. Sama aku ngeyelnya minta ampun! Awas kamu!" seruku memaki rolling door yang tidak bersalah. Kini setelah emosiku sesudah reda, tatapanku tertuju lada mi rebus yang hilang asapnya. Sudah dingin.
Asudahlah. Sarapanku harus tertunda karena datangnya pembeli, kata Bu Rosmini pembeli adalah Raja. Harus di hormati dan sopan.
Yowes... Berhubung yang datang benar-benar anak raja mau gimana lagi dan kalau bukan ingin nge-laundry sudahku usir dia tadi. Jadi anggap saja ia adalah penglaris laundry dan pulsa di Minggu pagi ini.
•••
Aku mulai menghabiskan sarapanku, setelah itu ku lihat isi laundry bag yang tadi Kaysan bawa.
"Yakin, ini baju-bajunya." Aku mulai membongkar isi tas itu dan terdapat tulisan di secarik kertas.
Buatmu Rinjani, di pakai ya. Dan berhentilah memakai celana pendek di atas lutut.
Aku membuang catatan itu. Maksudnya apa coba, dia sudah mulai mengatur cara berpakaian ku, memang dia siapa? Aku meremas kertas itu dan mulai mengerjakan tugas-tugasku. Enak saja ngatur. Uwww...
•••
Next.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Dede Dahlia
tuh Rinjani,rolling aja patut sama anak raja lah kamu malah ngeyel 🤣🤣🤣🤣
2024-02-27
0
maytrike risky
Ecieeee
2023-11-06
0
mbog ma
🤣🤣🤣
ternyata kalo pangeran nge gombal kaya gitu ya
2023-10-24
0