Aku mendengus sebal saat mendapati Kaysan turun dari mobilnya. Tapi aku tak melihat senyum menyebalkan itu dari bibirnya karena bibir itu tertutup oleh masker. Aku berusaha untuk tak mempedulikannya, bukannya malah menjauh, dia semakin mendekatiku.
Aku beringsut mundur sewaktu dia semakin mendekat. Begitu terus sampai berujung di tembok.
Aku berkacak pinggang merasa terancam, "Berani mendekatiku, aku teriak!" mataku melotot kepadanya.
Kaysan menarik tanganku. Aku mulai dirundung kepanikan, mana ini sudah lebih dari jam dua belas malam. Ojek online sudah dipastikan pada pulang kandang. Jadi maksudnya dia ingin mengantarku pulang? Heyy...
Kaysan membuka pintu mobil dan mendorongku masuk ke dalam. Aku tersentak. Terlebih-lebih aku takut, badannya lebih besar dariku, tegap dan penuh wibawa. Matanya jangan lagi, memancarkan aura seorang pangeran yang benar-benar punya daya magis tersendiri.
Aku menarik napas dalam-dalam, aku ingin keluar dari mobil itu. Tapi, naas Kaysan sudah masuk ke mobil dan mengunci semua pintu.
"Buka pintunya!" Aku memencet tombol itu berkali-kali, tapi Kaysan malah melepas maskernya dan tersenyum.
"Tidak bisa." jelasnya tanpa bersalah.
Oh astaga, maksudnya apa ini. Mengurung seorang gadis dengan pria asing. Ya, aku masih menganggapnya pria asing, meskipun dia anak orang penting yang disegani banyak rakyatnya tapi caranya ini sumpah bikin aku mual.
"Aku sudah tak memiliki hutang dengan Ibunda Ratu. Jadi untuk apa masih menguntitku?" tanyaku pada Kaysan yang fokus melihat jalanan di depannya. Jalanan malam ini terbilang sudah senggang dari kendaraan lain, hingga Kaysan memacu mobil itu dengan kecepatan tinggi.
"Loh, loh. Ini bukan jalan menuju tempat kerjaku. Mau di bawa kemana aku?" Aku sontak mulai gelisah, benar-benar gelisah. Ini bisa termasuk dalam pasal penculikan gak sih? Oh Tuhan, apa maksudnya ini.
Aku meremas ranselku dan menatap Kaysan yang sama sekali tak memedulikan raut takut yang terpancar dari wajahku.
"Mau dibawa kemana aku?" tanyaku lagi tak menyerah. Tapi sama sekali tidak di jawab. Ini maksudnya apa coba, ayolah. Jangan bermain-main dengan anak melarat sepertiku. Carilah gadis berdarah biru yang layak mendampingimu.
"Hey, dengar tidak? Sedari tadi aku bertanya padamu, Kay?" nada bicaraku mulai meninggi.
Kaysan menancap pedal rem dengan cepat, tepat di tengah jalan raya. Aku menoleh melihat sekeliling. Ini kalau ada kontainer atau bus malam yang melintas gimana. Mau ngajak aku mati bersama, wah gila pikirku.
"Menepi, jangan di tengah jalan!" seruku.
Tubuhku gemetar, benar saja bus malam melintas dengan kecepatan tinggi tepat di samping mobil Kaysan tak lama kemudian. Aku menunduk dan menutup wajahku, mobil Kaysan bergoyang imbas dari cepatnya laju bus itu.
"Takut, hmm... Gadis kecil ini takut." Kaysan menarik sudut bibirnya, seperti mengejekku yang ketakutan.
"Apa maumu sih, mentang-mentang punya kuasa terus bertindak semuanya." Aku mencoba menetralkan napasku yang terengah-engah, tapi Kaysan dengan wajah datarnya dan senyum terbaiknya malah terlihat seperti mendapatkan guyonan di tengah malam.
"Apa maumu, Kay?" mataku mendelik saat Kaysan beralih kembali mengemudi, tak mempedulikan ocehanku. Aku membuang muka, lebih memilih menatap keluar jendela.
Tapi ternyata Kaysan sama sekali tidak mau angkat bicara. Akhirnya aku tidak peduli mau di bawa kemana diriku dengan waktu yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Kalau pun dia macam-macam, nanti dia sendiri dan keluarganya yang malu. Toh keluarga Ningrat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dan kesusilaan, tata krama dan semua hal-hal baik dalam kehidupan sehari-hari.
•••
Mobil berhenti di depan toko Bu Rosmini.
Tadi aku yang sudah memiliki prasangka jelek tentang Kaysan akhirnya sirna sudah. Dia hanya mengajakku berkeliling kota, menikmati pemandangan dini hari dari jauhnya keramaian kota di siang hari.
Rasanya sungguh berbeda. Sepi yang menentramkan dan penuh perlindungan itu aku rasakan di samping. Tapi lagi-lagi aku harus menyingkirkan gelanyar-gelanyar aneh yang merambat pikiranku. Semoga dia tidak menganggap ini dengan sebutan kencan dadakan. Karena bagiku dia hanya beralih menjadi driver online yang sedang kejar setoran di waktu dini hari.
"Terima kasih, Kay." Aku membungkukkan badanku sopan.
Kaysan tersenyum dan mengangguk. "Sama-sama, Rinjani."
•••
Aku masuk ke dalam toko. Dini hari yang sunyi ini, hanya ada aku dan kelabu. Aku tak habis pikir lagi dengan maksud Kaysan tadi.
Sesuatu yang tak ku duga, ku dengar dari mulutnya. "Sudah seminggu aku diam-diam melihatmu, Jani." Begitu katanya dengan ekspresi biasa.
Bahkan dia memanggilku dengan panggilan 'Jani', apa dia berusaha mendekatiku karena panggilan 'Jani' hanya diperuntukan untuk orang-orang yang mengenalku cukup lama.
Aaaa, rasanya aku gak tahu harus mengatakan apa. Aku gak tau maksudnya mengikuti aku seminggu itu. Itu tandanya dia mempunyai sifat pengintip dan penguntit. Astaga, aku benar-benar tidak mengerti, andaikan juga dia suka kepadaku apa iya aku akan begitu percaya?
Bibit, bebet dan bobot bukannya harus ia perhitungan. Ya ampun, sudahlah daripada aku pusing lagi memikirkannya aku tidur saja. Biar tenang, biar gak perlu kepikiran laki-laki yang kerap datang dan pergi sesukanya.
•••
Next happy reading, versi revisi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Miswa Ryani
ekhem,,,, Kulo Lo mesam-mesem piyambak😍🤭
2022-07-05
0
Santoso Zha
yoi
2022-06-29
0
Sari Utami
next thor
2022-06-28
0