POV Author.
"Kay, sudikah kamu menemani Ibunda sebentar saja. Ibunda mau bicara." sang Ratu memasuki kamar putra sulungnya, sewaktu anak laki-lakinya sedang sibuk melihat laptop yang berada di pangkuannya.
Kaysan mengangkat wajahnya.
"Iya, ibunda. Ada apa, tumben kesini?" tanya Kaysan sambil menutup layar laptopnya. Tatapannya kini beralih ke wajah ibunya. Mengamati senyum yang penuh arti dan penuh selidik itu.
Sang Ratu hanya berehm-ehm saja sembari mendudukkan dirinya dengan anggun di kursi kayu.
"Ibunda ada apa? Sesuatu yang penting." Kaysan mulai mendesak ibunya untuk angkat bicara.
"Tadi ibunda bertemu seorang gadis, Kay. Di pasar. Cantik, lucu, tapi dia kasian." kata sang Ratu. "Dia nabrak tiang listrik pas di kejar-kejar preman. Untung ada ibunda, ibunda jadi seperti pahlawan kan, Kay."
Sang Ratu tersenyum bangga menceritakan aksinya itu.
"Kata preman, bapak gadis itu memiliki hutang dengan juragannya. Jadi gadis itu yang di paksa membayar semua hutang-hutang bapaknya kalau tidak gadis itu akan dinikahi oleh juragan preman tadi. Kasihan Kay, cantik-cantik harus menikah sama bapak-bapak."
Sang Ratu memasang wajah sedih hingga kerutan di wajahnya terlihat.
Kaysan mendengar dengan saksama cerita ibunya. Meski masih tak paham dengan tujuan dan maksud perkataan ibunya sekarang. Namun ia sangat tahu, ibunya pasti punya tujuan.
"Akhirnya ibunda yang bayar hutang-hutang tadi. Ibunda iba, anak secantik itu harus menikah dengan bapak-bapak. Rasanya 15 juta tidak sebanding dengan wajahnya yang cantik jelita."
Kaysan mengangguk, masih memberi waktu bagi ibunya cerita.
"Bagaimana kalau kamu yang nikahin dia, Kay?"
Kaysan mendelik tajam, mengira ibunya semakin malam sepertinya semakin ngelantur bicaranya.
"Jangan bercanda, Ibunda!" katanya tegas.
"Tapi sampai kapan anak ibunda yang ganteng ini kesepian. Coba dululah, Kay. Dia cantik walaupun bibit dan bebetnya jelas berbeda dengan kita. Tapi ibunda tak masalah kalau kalian cocok."
Tangan sang Ratu kini menggengam erat penuh harap tangan Kaysan. "Kaysan, anakku, ibunda ingin melihatmu bahagia. Cobalah dulu, jika memang tidak cocok. Kamu bisa melepasnya. Ibu juga tidak masalah dengan uang 15 juta itu karena ibunda ikhlas menolongnya. Hanya saja kemarin Rinjani bilang mau mencicilnya. Dan waktu itu bisa kamu gunakan untuk mendekatinya, Kay."
Kaysan menggeleng. "Ibunda, sebaiknya istirahat. Ini sudah lebih dari jam sembilan. Ayahanda pasti sudah menunggu Ibunda." Kaysan mengelus lembut punggung ibunya.
"Kay, cobalah. Ibunda mau kamu bahagia, Kay." bujuk rayu sang Ratu dengan mata berharap sekali.
"Bun...!" Kaysan menghela napas panjang, "Kita bicarakan besok, bunda istirahat ya." Kaysan mengalah saat melihat mata ibunya terpejam.
"Baik ibunda istirahat, tapi pikirkan baik-baik saran Ibunda. Dan kalau pergi jangan lupa bawa pengawal." titah sang Ratu pada Kaysan sebelum langkah kakinya keluar dari kamar berwarna putih.
Kaysan terus-menerus tidak habis pikir dengan permintaan ibunya. Entah kesambet penghuni pohon mana ibunya bisa segitu percaya dengan gadis yang baru pertama ia temui.
Lagipula itukan bukan love at the first sight.
Dan karena tak menemui jawaban atas pertanyaan yang berkubang di kepalanya. Kaysan memutuskan keluar dari rumah, mencari udara segar. Ia memilih untuk menuju villa di lereng gunung terdekat. Villa yang slalu menjadi tempatnya menyendiri, mencari jawaban yang tepat atas permintaan ibunya.
Dan ia tak memungkiri, permintaan ibunya adalah titah kedua yang harus ia turuti setelah titah ayahnya. Raja Adiguna Pangarep.
Keesokan harinya, sebelum menjelang kumandang adzan subuh Kaysan sudah terbangun. Kaysan memilih untuk pulang ke kediaman orang tuanya setelah menikmati embun yang masih menyisakan bekas di atas dedaunan sambil menikmati secangkir teh tawar hangat.
Baru setelah ritual paginya selesai, Kaysan kembali menembus dinginnya pagi di temani cahaya mentari yang remang-remang terpancar ke bumi.
Sesampainya di depan gerbang rumah.
Betapa terkejutnya ia saat mendapati seorang gadis berdiri sambil menunduk memainkan ponsel.
Bibirnya terus tersenyum. "Imut." gumam Kaysan. Berkali-kali ia membunyikan klakson bermaksud membuat Rinjani menyingkir, tapi karena entah apa yang membuat gadis itu tuli, Parto yang berang melihatnya harus turun tangan hingga menarik gadis itu sampai membentur pagar.
Kaysan tak menghiraukan gadisnya, ia hanya ingin masuk ke dalam rumah dan menemui ibunya. Sungguh kebetulan yang tak terduga disaat yang sama sang Ratu mendapat panggilan dari pelayannya jika Rinjani datang ingin bertemu.
"Kay - Kay..." panggil sang Ratu setelah melihat Kaysan turun dari dalam mobil.
Beliau sudah tak sabar mengajak putranya untuk menemui Rinjani. Ia berjalan perlahan-lahan dan menarik Kaysan menuju taman belakang.
Tepat di pendopo kayu, sang Ratu dengan nada semangat memberi tahu.
"Rinjani datang, Kay. Kebetulan sekali, akhirnya ia datang kesini, kamu bisa berkenalan dengannya."
Sang Ratu semringah sambil menyentuh punggung tangan Kaysan.
"Jangan kaku. Lihat dia datang."
Sang Ratu mengenalkan Rinjani kepada putranya. Namun Kaysan tampak tak acuh dan memang begitulah dia.
Dan sebenarnya sang Ratu cukup terkejut saat Rinjani melunasi hutangnya secepat itu bahkan rencananya belum di mulai, karena beliau pikir akan sulit mendapatkan uang sebesar lima belas juta dalam waktu belum genap dua puluh empat jam.
Sang Ratu tersenyum, ia tak bisa memaksakan kehendaknya terhadap putranya ataupun Rinjani. Impian memiliki mantu akan terwujud atau malah tidak sama sekali, yang jelas biarlah Kaysan yang memilih keputusan untuk mendekati Rinjani atau melepas Rinjani.
Kaysan mengangguk, menuruti perintah ibunya untuk mengantar Rinjani pulang. Ia hanya ingin tahu dimana gadis ini bekerja. Dengan begitu dia akan mudah mencari tahu tentang Rinjani atau hanya sekedar mengamati dari kejauhan. Begitupun setiap nasi yang seminggu ini ia kirimkan untuk Rinjani sebelum menjelang makan siang. Entah ada maksud apa, hatinya mengatakan senang melakukan dan tanpa sepengetahuan Rinjani sudah seminggu pula Kaysan diam-diam melewati jalanan di depan tempat kerjanya.
Hanya sekedar melihat saja tanpa berani menemuinya. Karena..., banyak hal yang harus di selaraskan sebelum ia memilih mengambil keputusan besar dalam hidupnya.
•••
Happy reading. Ini sudah versi revisi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Dede Dahlia
cie kaysan,segitu perhatiannya sama Rinjani.
2024-02-27
0
Ida
Oalah udh di revisi to 🤔 ku berasa beda waktu baca yg ke 2 kalinya ini. tp tetep 👍👍👍tuk Diajeng Vi 🤭
2023-07-23
0
Vevi Astria
ne semua orang Podo seperti kanjeng ratu dunia adem ayem😀semangat author baru pertama aku baca karyamu langsung suka,,,,,
2023-07-03
1