Bab 4 : Karena Dering Ponsel

..."Tak salah jika meragukan seseorang yang kita cintai, karena itu menyangkut masalah kepercayaan yang tubuh di dalam hati. Entah itu baik ataupun buruk, semua memiliki konsekuensi, dan itu harus di hadapi."...

...~~~...

Keesokan harinya, setelah bangun tidur sampai selesai salat subuh, Alya dan Raihan melakukan aktifitas seperti biasanya. Di mana, keduanya saling bekerja sama sebagai pasangan suami istri.

Dari mulai Alya yang menyiapkan baju untuk Raihan berkerja, serta membuat makanan dan menyiapkannya untuk sang suami di meja makan, dengan sesekali merapihkan dasi Raihan sebelum berangkat ke kantor.

Dan sekarang Raihan berada di dalam kamar mandi, tengah membersihkan dirinya di dalam sana, sedangkan Alya baru saja selesai memasak di dapur bersama Bunda Zahra, dan kembali ke kamarnya yang berada di atas untuk memberitahu sang suami.

Alya melangkah masuk ke dalam kamarnya dan sang suami dengan melihat sekeliling, tapi tidak menemukan sosok orang yang di carinya itu. Dan hanya ada suara gemericik air di dalam kamar mandi.

"Mas Raihan sepertinya masih di dalam kamar mandi deh. Mendingan aku siapkan dulu pakaian untuknya ke kantor," ucap Alya sembari berjalan menuju lemari dan membukanya. Dengan memilih baju, celana, dan jas yang akan suaminya itu pakai ke kantor nantinya.

Setelah semuanya siap, Alya menyimpannya di atas tempat tidur dan memastikannya tidak ada yang ketinggalan satu pun.

"Eemm ... kemeja udah, jas udah, celana udah, sabuk juga udah. Apalagi ya yang kurang?" gumam Alya sembari berpikir.

"Oh ya, dasinya belum." Alya mulai ingat akan apa yang kurang. Dengan cepat, ia pun kembali melangkah ke arah lemari untuk mengambilnya.

Namun, sebelum langkah kakinya itu sampai ke depan lemari, tiba-tiba terdengar suara dering ponsel yang begitu ia kenal berada di atas meja nakas samping tempat tidur.

Driiingg! Dringg!

Suara dering ponsel itu semakin nyaring, sehingga membuat Alya menoleh ke sumber suara, dan menemukan ponsel milik suaminya itu di atas meja nakas.

"Loh, ada panggilan masuk dari ponsel Mas Raihan, tapi Mas Raihan ada di dalam kamar mandi," ucap Alya dengan menatap kepada ponsel milik sang suami yang menyala dan bersuara.

"Ya udah lah, aku angkat saja mana tahu penting," lanjutnya dengan memberanikan diri melangkah mendekati meja nakas dan mengambil ponsel milik Raihan di atas meja tersebut.

Ponsel itu menyala dengan memperlihatkan nama seseorang yang tertera di layar ponselnya tersebut. Bahkan, seseorang yang menelepon suaminya itu sampai berulang kali, sebelum panggilan itu benar-benar terangkat.

"Siapa si yang telepon Mas Raihan sepagi ini? Sampai berulang kali," gumam Alya dengan melihat layar ponsel milik Raihan dan membaca nama yang tertera di layar tersebut.

Deg.

Tiba-tiba kedua matanya membulat sempurna, sedikit terkejut dengan nama yang tertera di layar ponsel milik Raihan.

"Silvi? Siapa dia? Dan mengapa dia menelpon Mas Raihan?" gumam Alya di dalam hatinya dengan masih mematung di tempat, serta kedua mata yang masih menatap layar ponsel milik suaminya itu.

Dan dengan keberaniannya, Alya mengangkat panggilan telepon itu, serta mengarahkan ponselnya itu di depan telinganya.

"Hallo," ucap Alya dengan menerima panggilan telepon dari ponsel milik suaminya itu.

Sreettt!

Tiba-tiba saja sebuah tangan meraih ponsel yang di pegang oleh Alya dengan sangat cepat. Bahkan, sampai membuat Alya terlonjak kaget dengan aksinya yang secepat kilat itu.

"Lancang sekali kamu mengangkat panggilan telepon di ponselku tanpa seizin dariku, Alya!" tegas Raihan dengan wajah yang di selimuti amarah.

Deg.

Seketika Alya langsung terkejut oleh bentakan sang suami, dengan emosi yang tak pernah ia lihat sebelumnya di dalam diri Raihan.

"Ma--af, Mas. Aku ... a--aku enggak sengaja angkat ponsel Mas Raihan, karena tadi ponselnya terus-terusan berbunyi," lirih Alya dengan sedikit terbata dan menahan tangis yang akan pecah dalam seketika.

"Apapun alasanmu itu, tidak akan mengubah semuanya! Kamu telah lancang memegang ponselku. Dan kamu sebagai istri tidak menghargai privasiku, Alya! Jangan pernah ulangi itu lagi! Aku tidak menyukai caramu seperti itu!" Raihan membentak Alya dengan sedikit menekankan ucapannya, serta menggunakan telunjuk yang terus menunjuk wajah sang istri.

"Mas kenapa marah sama aku seperti ini? Ini hanya masalah telepon masuk dan Mas Raihan membentakku hanya karena itu?" tutur Alya dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.

"Ya jelas lah Mas marah, Alya! Kamu lancang memegang barang privasi suamimu sendiri tanpa izin. Jelas Mas marah sama kamu!" balas Raihan yang tak henti membentak Alya.

"Ya udah, maafkan Alya Mas. Habis ganti baju, nanti Mas langsung turun buat sarapan! Bunda dan Ayah sudah nunggu di bawah," ucap Alya dengan menunduk dan pergi dari hadapan sang suami, sembari berjalan keluar dari kamarnya itu.

Dan saat punggung Alya sudah tak terlihat lagi oleh kedua mata Raihan. Ia pun mulai gelisah dan menyadari kesalahannya, dengan berteriak memanggil nama istrinya itu.

"Alya!" teriak Raihan dengan berlari menuju pintu kamar dan melihat Alya sudah berlari pergi dari depan pintu kamar.

Di saat Raihan akan mengejar istrinya itu, tiba-tiba saja ia teringat belum menggunakan pakaiannya, sehingga ia pun kembali ke dalam kamar untuk menggunakan baju yang telah di siapkan oleh sang istri.

"Aaakhh! Sialan, aku malah membentak Alya. Kamu bodoh Raihan!" gerutu Raihan dengan mengacak-acak rambutnya frustasi, karena melakukan kesalahan kepada sang istri.

***

Sedangkan Alya, wanita itu tengah berjalan pelan melewati kamar Rayan, dengan mengusap air mata yang jatuh keluar dari kedua pelupuk mata indahnya, setelah di bentak habis-habisan oleh Raihan

"Mas Raihan membentakku, ini kali pertama suamiku kasar kepadaku. Padahal aku hanya berniat baik, tapi mengapa Mas Raihan malah membentakku tanpa henti, karena masalah telepon masuk di ponselnya itu? Bahkan, sebelum aku selesai menjelaskannya, tapi Mas Raihan sudah memarahiku begitu saja. Itu pun hanya karena panggilan dari seorang wanita," ucap Alya di dalam hatinya dengan mengusap sisa air mata yang masih keluar membasahi pipinya.

Tanpa di sadari oleh Alya, terlihat Rayan yang baru saja keluar dari dalam kamar yang di lewatinya itu. Tak sengaja kedua mata laki-laki itu menangkap sosok wanita yang tak lain adalah Alya, tengah menangis dengan melewati kamarnya.

"Loh itu Alya, dia kenapa menangis?" batin' Rayan berucap dengan cepat mengejar Alya yang sudah berlalu dari pandangannya.

"Kak Alya!" panggil Rayan dengan mengejar Alya yang hendak menuruni anak tangga.

Mendengar panggilan itu, Alya pun terdiam dengan menghapus air mata yang masih tersisa, dan berusaha tersenyum di depan Rayan.

"Iya Rayan, ada apa?" tanya Alya dengan menampakkan wajah selepas menangisinya itu kepada Rayan.

Deg.

Rayan terkejut melihat kedua mata Alya yang terlihat sedikit sembab, dengan hidung yang memerah, dan kedua kelopak mata yang juga kelihatan berwarna merah, seperti sudah menangis.

"Kamu nangis?" tanya Rayan dengan begitu khawatir sampai reflek memegang kedua pundak Alya.

.

.

.

Terpopuler

Comments

🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ

🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ

pasti ada sesuatu nih antara Raihan&silvi

2025-07-04

1

Nar Sih

Nar Sih

maaf kak bru bisa bca lgi ,hp nya eror

2025-07-26

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Di Balik Persahabatan
2 Bab 2 : Pernikahan Menyesakkan
3 Bab 3 : Ikhlas Cinta Rayandra
4 Bab 4 : Karena Dering Ponsel
5 Bab 5 : Ada Yang Enggak Beres
6 Bab 6 : Mendiamkannya
7 Bab 7 : Pemandangan Menyesakkan
8 Bab 8 : Di Tepi Sungai
9 Bab 9 : Mulai Insecure
10 Bab 10 : Maaf Yang Di Balas Diam
11 Bab 11 : Kebingungan Melanda Diri
12 Bab 12 : Sedikit Peringatan
13 Bab 13 : Berlarut-Larut
14 Bab 14 : Duka Di Balik Senyuman
15 Bab 15 : Tidak Menyukainya
16 Bab 16 : Naik Pitam
17 Bab 17 : Nasihat Bunda Zahra
18 Bab 18 : Menuntut Penjelasan
19 Bab 19 : Amarah Dan Kata Maaf
20 Bab 20 : Apa Mungkin Menyerah?
21 Bab 21 : Pasrah Dengan Takdir
22 Bab 22 : Menatap Senja Di Sore Hari
23 Bab 23 : Wanita Tak Di Kenal
24 Bab 24 : Cukup Mengganggu Pikiran
25 Bab 25 : Insiden Terpeleset
26 Bab 26 : Sikap Yang Berbeda
27 Bab 27 : Salah Sangka
28 Bab 28 : Beda Tangan Beda Rasa
29 Bab 29 : Selalu Salah
30 Bab 30 : Tuntutan Menjadi Istri Ideal
31 Bab 31 : Teka-teki Di Balik Iris Mata
32 Bab 32 : Bertemu Kembali
33 Bab 33 : Saran Di Balik Kenyataan
34 Bab 34 : Dugaan Yang Tidak Salah
35 Bab 35 : Bicara Empat Mata
36 Bab 36 : Aku Tidak Sebodoh Itu
37 Bab 37 : Sebuah Ancaman Dari Raihan
38 Bab 38 : Harus Mendapatkan Keadilan
39 Bab 39 : Niat Memberitahu Kebenaran
40 Bab 40 : Bukan Waktu Yang Tepat
41 Bab 41 : Amarah Di Balik Rahasia
42 Bab 42 : Tiba-Tiba Menyuruh Berhenti
43 Bab 43 : Permintaan Yang Sulit
44 Bab 44 : Merenung Untuk Sesat
45 Bab 45 : Tidak Langsung Percaya
46 Bab 46 : Terjebak Dalam Pertanyaan
47 Bab 47 : Kali Ini Mungkin Lolos
48 Bab 48 : Jauh Berbeda Dari Kriteria
49 Bab 49 : Laksana Bidadari Salah Tangan
50 Bab 50 : Nasehat Opa Reno
51 Bab 51 : Tidak Bisa Cerita
52 Bab 52 : Rasa Sakit Yang Terpendam
53 Bab 53 : Sudah Waktunya Kamu Tahu
54 Bab 54 : Mulai Bersikap Dingin
55 Bab 55 : Jangan Harap Bisa Lolos!
56 Bab 56 : Terbongkar Sudah
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 : Di Balik Persahabatan
2
Bab 2 : Pernikahan Menyesakkan
3
Bab 3 : Ikhlas Cinta Rayandra
4
Bab 4 : Karena Dering Ponsel
5
Bab 5 : Ada Yang Enggak Beres
6
Bab 6 : Mendiamkannya
7
Bab 7 : Pemandangan Menyesakkan
8
Bab 8 : Di Tepi Sungai
9
Bab 9 : Mulai Insecure
10
Bab 10 : Maaf Yang Di Balas Diam
11
Bab 11 : Kebingungan Melanda Diri
12
Bab 12 : Sedikit Peringatan
13
Bab 13 : Berlarut-Larut
14
Bab 14 : Duka Di Balik Senyuman
15
Bab 15 : Tidak Menyukainya
16
Bab 16 : Naik Pitam
17
Bab 17 : Nasihat Bunda Zahra
18
Bab 18 : Menuntut Penjelasan
19
Bab 19 : Amarah Dan Kata Maaf
20
Bab 20 : Apa Mungkin Menyerah?
21
Bab 21 : Pasrah Dengan Takdir
22
Bab 22 : Menatap Senja Di Sore Hari
23
Bab 23 : Wanita Tak Di Kenal
24
Bab 24 : Cukup Mengganggu Pikiran
25
Bab 25 : Insiden Terpeleset
26
Bab 26 : Sikap Yang Berbeda
27
Bab 27 : Salah Sangka
28
Bab 28 : Beda Tangan Beda Rasa
29
Bab 29 : Selalu Salah
30
Bab 30 : Tuntutan Menjadi Istri Ideal
31
Bab 31 : Teka-teki Di Balik Iris Mata
32
Bab 32 : Bertemu Kembali
33
Bab 33 : Saran Di Balik Kenyataan
34
Bab 34 : Dugaan Yang Tidak Salah
35
Bab 35 : Bicara Empat Mata
36
Bab 36 : Aku Tidak Sebodoh Itu
37
Bab 37 : Sebuah Ancaman Dari Raihan
38
Bab 38 : Harus Mendapatkan Keadilan
39
Bab 39 : Niat Memberitahu Kebenaran
40
Bab 40 : Bukan Waktu Yang Tepat
41
Bab 41 : Amarah Di Balik Rahasia
42
Bab 42 : Tiba-Tiba Menyuruh Berhenti
43
Bab 43 : Permintaan Yang Sulit
44
Bab 44 : Merenung Untuk Sesat
45
Bab 45 : Tidak Langsung Percaya
46
Bab 46 : Terjebak Dalam Pertanyaan
47
Bab 47 : Kali Ini Mungkin Lolos
48
Bab 48 : Jauh Berbeda Dari Kriteria
49
Bab 49 : Laksana Bidadari Salah Tangan
50
Bab 50 : Nasehat Opa Reno
51
Bab 51 : Tidak Bisa Cerita
52
Bab 52 : Rasa Sakit Yang Terpendam
53
Bab 53 : Sudah Waktunya Kamu Tahu
54
Bab 54 : Mulai Bersikap Dingin
55
Bab 55 : Jangan Harap Bisa Lolos!
56
Bab 56 : Terbongkar Sudah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!