Dokter pribadi milik Asrama Nusa Bangsa menepuk kuat pundak kanan Rahsya.
"Pacarmu baik-baik saja, masalahnya hanya kehilangan cairan tubuh akibat dehidrasi, sebentar lagi dia kembali siuman," kata dokter bernama Aga.
Rahsya diam seribu bahasa memandang datar gadis terbaring di atas bangsal.
"Temani dia selagi belum bangun," pesan dr. Aga lalu melenggang pergi.
Pintu berkaca bening berderet ngilu ketika dr. Aga meninggalkan ruangan. Rahsya merogoh ponsel di kantung almamater, melihat nama penelpon di layar bendanya, Gibran.
"Ada apa." Rahsya mengangkat panggilan.
"Gimana kadan Naura, udah siuman?"
Di ujung sana, Gibran perhatian. Rahsya meremas ponsel, memandang lama wajah Naura.
"Hallo, diam aja Lo, gimana Naura?" berondong Gibran.
"Sesuai harapan, dia baik-baik aja," pungkas Rahsya dan mematikan sambungan.
Memastikan takkan ada orang memasuki ruangan, Rahsya menumpukan telapak tangan ke bibir bangsal, badannya sedikit condong ke depan, menelisik pahatan wajah sempurna Naura.
Naura melenguh, sayup-sayup membuka mata.
"Gue di mana?"
"Kamar."
Naura beringsut bangun memegang samping kepalanya yang terasa berat nan pening.
"Untuk apa Lo sekap gue di kamar?" tuduh Naura dengan suara lemah.
"Ini kamar rawat bukan kamar pribadi gue, dasar cewek merepotkan," sahut Rahsya sengaja menyematkan sindiran halus diakhir kata.
Naura balik menyahut kesal, "Berapa nominal yang Lo minta? Sebutin, biar gue balas jasa kebaikan Lo udah nolongin gue, lain kali kalau enggak ikhlas nolong jangan sok peduli."
Rahsya tersenyum sinis. "Gue emang enggak ada keinginan nolong siapapun tanpa alasan jelas kecuali orang itu lemah di hadapan gue. Udah lah, lupain soal balas jasa karena gue enggak butuh uang Lo sepeserpun, kalau Lo merasa punya hutang budi ke gue, cukup bilang makasih."
*
Usai mengikuti mata pelajaran bahasa indonesia, alarm istirahat bunyi.
"Kantin, yuk!" seru Gibran mengajak jajan.
"Gas!" sahut Kevin.
"Ada pizza?" tanya Naura sambil memasukkan buku ke dalam tas.
"Di kantin asrama, menunya lengkap Lo suka pizza apa? Jamur, suwir ayam, potongan keju, sosis, selai saus manis, pedas, kerang tiram? Semua ada!" sahut Kinan antuasias.
"Ngomongin soal makanan jadi tambah laper, ayok, dong, serbu kantin!" tidak sabar Kevin.
"Yuk!"
Penghuni kelas sebelas - A, menuju lantai 4. Naura memicingkan mata menyaksikan kemesraan Adara memeluk sebelah lengan Rahsya.
"Mereka berdua pacaran?" monolog Naura.
Kinan yang mendengar suara pelan penasaran temannya menyenggol pinggang Naura.
"Benar. Adara sama Rahsya pacaran," bisik Kinan memberitahu.
Naura menoleh dan bertanya. "Pacarannya udah lama?"
"Belum, mereka baru jalani hubungan dua bulan. Adara beruntung banget dapat gebetan smart model Rahsya."
"Beruntung?" ragu Naura.
"Gue iri lihat Adara dimanjain Rahsya, masa depan cewek cantik terjamin cerah. Kapan gue lengser dari jabatan jomblo, bosan gue bepergian jauh sendiri terus, enggak ada support sistem buat belajar, tiap malam orang lain asyik telponan sama ayang nya, gue malah peluk guling mulu," lanjut Kinan mengiba.
"Di kelas kita ada Gibran, Kevin, Dimas sama cowok lainnya, kenapa Lo enggak coba pacaran dari salah satu mereka? Menurut gue, mereka pada ganteng, kok, tinggal Lo pilih aja," kata Naura.
"Benar sih, mereka ganteng."
"Diantara mereka, perasaan Lo lebih condong ke siapa?" kepo Naura.
Nyaman mencurahkan isi hati, Kinan melingkarkan tangan ke lengan Naura dengan kepala turut bersandar di bahu kiri.
"Awalnya perasaan gue mantap ke Rahsya, tau-tau Adara pacarnya dia, gue enggak ngarep lagi, sekarang gue lagi merhatiin Gibran. Di fase ini, gue belum ngerasain apa-apa ke dia," cerita Kinan.
"Semua butuh proses. Gue yakin, Lo pasti dapat cowok lebih dari Rahsya. Semangat mencari pacar!" ucap Naura menyemangati.
"Thank you dukungannya my friend!" seru Kinan.
Suasana kantin ramai pembeli. Yang tadinya datang bergerombol kini sebagian penghuni kelas sebelas - A, berpisah di meja pilihan masing-masing.
Ketika Kevin memintanya memilih makanan di buku menu, Naura menunjuk pizza bertabur toping sosis, minumannya memesan es teh.
Sementara Gibran dan Kinan tidak sengaja memesan menu serupa, Bakmie dan teh Sosro.
"Pesan apapun yang kamu suka nanti aku makan," kata Rahsya enggan repot-repot memilih.
"Ya udah, chicken pedas, mie ayam sama jus orange," putus Adara.
Setelah mencatat semua pesanan anak-anak, pelayan beranjak pergi.
"Pas di gedung kesehatan, kamu ngapain aja di sana?" cakap Adara sambil bertopang dagu di kepalan tangan yang kedua sikutnya menumpu di atas meja.
"Enggak lakuin apa-apa," jawab Rahsya.
"Kebetulan! Gue baru ingat sesuatu, boleh numpang nanya kenapa saat gue telpon, Lo main putus komunikasi? Kaget gue," timpal Gibran.
"Tombol merah tertekan," bohong Rahsya.
"Ditekan apa sengaja!" dengkus Kevin menangkap adanya tanda-tanda ketidakjujuran.
Rahsya mengunci kontak lurus ke dalam netra milik Kevin, ekspresi datar tengah ditampilkannya berubah semakin dingin sulit ditebak oleh siapapun yang melihatnya.
"Gue sengaja mengakhiri telpon karena permintaan Natasha," sambung Rahsya.
Kontan, Gibran, Kevin, Kinan serta Adara kompak mengernyit.
"Gue enggak tahu apa-apa!" ujar Naura, feeling-nya mengatakan sesuatu buruk akan terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Naruto Uzumaki
Bosen gak ada akhirnya!
2025-07-01
0