Lysa memasuki ruangan lab kimia. Bergerak mencari alat peraga yang Bu Anis maksud. Ketika ingin berbelok ke lorong rak sebelahnya, reflek ia hampir menabrak seseorang. Lysa lantas memundurkan langkah. Ada Arsel...
Lysa gelagapan. Belum lagi ingatan bagaiman cowok itu menghajar siswa di belakang toilet yang masih membekas di kepalanya. Apa Arsel berniat memaksanya tutup mulut?
"Gu-gie benar-benar nggak bakal ngadu. Serius!" Lysa mengangkat dua jarinya, berusaha meyakinkan Arsel.
"Hm" namun Arsel hanya bergumam, lali berjalan melewati Lysa, hendak membersihkan rak kaca di depan cewek itu.
Lysa memiringkan kepala heran. Reaksi Arsel barusan jauh dari apa yang ia bayangkan, "Lo... Nggak mara, ya? Gue udah mergokin elo, loh. Lo nggak takut gue laporin? Gue bisa aja loh laporin elo sekarang?"
Arsel menatapnya sekilas. "Itu hak lo. Gue nggak bisa larang"
Melihat Arsel yang ternyata tidak seemosional yang ia prediksi, Lysa tersenyum. Cowok itu bersikap seperti di hari ia menolongnya. Jadi yang orang-orang tuduhlan itu hanya hoaks, kan?
"Lo ngapain di sini?" tanya cewek itu memberanikan diri.
"Dihukum".
Lysa berjalan mendekat, berdiri di sebelah cowok itu. Menilik Arsel yang fokus membersihkan rak dengan kemoceng. "Gara-gara?"
"Nggak masuk pelajaran"
Mungkin yang Aufa bilang ada benarnya. Arsel itu sejenis bad boy yang doyan bolos masuk kelas, langganan di hukum seperti saat ini. Lama-lama, Lysa jadi semakin penasaran dengan cowok satu ini.
"Jadi benar, ya... lo itu... Pembunuh bayaran?" tanya Lysa hati-hati.
Arsel melirik Lysa sekilas. Tetap fokus membersihkan bagian rak yang lain.
"Lo benar-benar bisa bunuh orang, ya? Lo pernah masuk penjara? Lo itu jahat, ya, Arsel?" pertanyaan naif Lysa membuat Arsel sempat menghentikan pekerjaannya. Tapi kemudian memilih mengabaikannya lagi.
"Emm... Sorry kalau pertanyaan gue ganggu—"
"Kenapa lo mau tau?" Arsel bersuara. Lysa spontan menaikkan tatapan.
"Karena gue mau kenal lo lebih jelas aja. gue yakin, yang orang-orang bilang tentang lo itu nggak benar jadi gue mau pastiin... Langsung ke elo" jujur Lysa seraya menyengir kuda.
Arsel sontak meletakkan kemoceng yang ia pegang di atas rak.
"Karena menurut gue, gosip itu cuma hoaks doang. lo kelihatannya baik, kok. Kalau enggak, mana mungkinkan lo tolongin gue waktu itu?" timpal Lysa dengan wajah antusiasnya. Cewek dengan rambut panjang sepunggung itu tersenyum, menebas aura tegang di antara keduanya.
Arsel mengembuskan napas pelan. Sebelum balik badan, berjalan mendekat. Melihat reaksi Arsel, Lysa refleks mundur. Tidak sengaja siku cewek itu menabrak pilar lemari, membuat lemari itu refleks bergoyang. Arsel bisa melihat kalau molekul-molekul buatan yang ada di atas lemari itu hendak jatuh, dengan sigap cowok itu sontak menarik Lysa ke dalam pelukannya. Melindungi kepala cewek itu dari molekul-molekul buatan yang berjatuhan.
Lysa tersentak kaget dengan gerakan tiba-tiba itu. Cewek cantik itu kemudian melirik Arsel yang masih merangkul pinggang dan kepalanya, masih melindunginya. Astaga, jantung Lysa berdebar tidak karuan sekarang.
Kemudian cowok itu bergumam, perlahan menjauh. "Nggak perlu kenal gue lebih dekat" Arsel menatap Lysa intens, tidak selalu pun melirik ke arah lain. Lysa menaikkan alis bingung. " Seperti kata teman-teman lo, gue bukan anak baik-baik. Gue berbahaya buat lo."
Lysa meneguk salivanya berat. Beradu tatap lebih dari satu menit dengan Arsel-lah menurutnya berbahaya.
"Ba-bahaya?" ulangnya sekali lagi.
"Gue bisa bikin lo jatuh cinta. Dan dia saat gue juga rasain hal yang sama, gue nggak bakalan pernah bisa lepasin lo gitu aja".
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Hairunisa Sabila
Nggak bisa move on.
2025-06-28
0