Benar, Stevan sedari tadi memang berada di ambang pintu. Memperhatikan dan menguping pembicaraan Anin dari kejauhan, dan tenntu saja, pria itu mendengar dengan jelas percakapan Anin dengan sang Bunda.
Stevan terdiam sejenak. Tubuhnya ia sandarkan di dinding sembari memijat jidat frustasi. Sebelum Stevan memberanikan diri memanggil Anin.
"Anin" Panggil Stevan biasa saja. Sontak hal itu membuat Anin kaget. Anin menoleh ke arah belakang mencari asal suara yang memanggil namanya.
"Hm. Iya..." Sahut Anin dingin saat mendapati Stevan berdiri di ambang pintu.
"Ikut gue!"
"Kemana?"
"Ikut aja.!" Stevan berjalan menuju garasi mobil. Sementara Anin masih terdiam di tempat. Bingung? Tentu saja iya. Tapi akhirnya Anin memilih untuk berdiri, berjalan keluar kamar dan mengikuti Stevan ke luar rumah.
Di mobil, Stevan sudah menunggu Anin. Stevan berdiri di depan pintu mobil dengan salah satu tangannya membuka pintu tersebut untuk Anin.
"Kamu mau bawa aku kemana?" Tanya Anin saat gadis itu sudah berada di depan Stevan. Pasalnya, rasanya Anin benar benar merasa lelah dan malas untuk pergi lagi. Tubuhnya masih terasa sakit. Sungguh, Anin ingin beristirahat seperti apa yang di anjurkan dokter tadi.
Benar, sesaat setelah Meisya puas menganiaya Anin di kampus siang tadi, Meisya dengan tidak punya hatinya pergi dari sana meninggalkan Anin begitu saja.
Setelah kepala Anin terbentur tembok, dan beberapa kali melakukan perlawanan, Anin kehabisan tenaga untuk membalas Mesya hingga Meisya memiliki kesempatan untuk menganiaya Anin. Dan saat itu juga, Anin tumbang di tempat.
Beruntung, ada seseorang yang kebetulan lewat dan menolong Anin, membawa gadis itu ke rumah sakit. Setelah selesai mengobati luka Anin, dokter juga menyarankan gadis itu agar banyak beristirahat.
Bukan karena luka akibat benturan Meisya, tapi karena memang kebetulan kondisi tubuh Anin sedang tidak baik. Dokter bilang, gadis itu terlalu banyak fikiran hingga membuat Anin sedikit stres.
"Nggak usah banyak tanya. Masuk aja!" Sahut Stevan dingin.
Menghembuskan nafas pasrah, Anin segera masuk ke dalam mobil. Detik kemudian, Stevan kembali berjalan masuk di pintu mobil lainnya. Stevan mendudukkan tubuhnya di kursi kemudi kemudian menancapkan mobilnya pergi dari rumah.
Sudah lima menit mereka di perjalanan. Namun hanya keheningan yang menemani kedua manusia itu di dalam mobil. Tidak ada suara musik, yang ada, hanya suara hiruk pikuk jalanan yang terdengar jelas oleh rungu Anin dan juga Stevan. Sedari tadi, pandangan Anin tak terlepas dari kaca mobil. Gadis itu menatap kosong jalanan yang cukup ramai malam ini.
"Jidat lo kenapa?" Tanya Stevan setelah terjadi keheningan cukup lama.
Anin tersentak. Pandangan Anin kini beralih ke arah Stevan yang masih sibuk dengan kemudinya. Raut wajah Anin menatap Stevan datar.
"Nggak papa. Cuma kejedot jendela tadi di kampus" Jawab Anin bohong.
"Oooo" Mulut Stevan ber O ria menjawab ucapan Anin.
Anin kembali memfokuskan pandangannya ke luar jendela. Sungguh, kejadian tadi siang kembali terlintas di benak Anin. Gadis itu benar benar ketakutan.
Anin tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi pada dirinya. Meisya, orang yang sama sekali tidak Anin kenal itu sekarang sedang mengincarnya dengan kesalahan yang tidak Anin lakukan tentunya.
Hidup Anin benar benar kacau, harapannya melanjutkan pendidikan di Jakarta untuk membahagiakan sang bunda tidak sesuai ekspetasi. Anin sama sekali tidak ingin punya musuh, Anin hanya ingin membahagiakan abang dan bundanya. Tapi kenapa harus seperti ini jadinya?
Ucapan Meisya tadi siang masih saja terngiang ngiang di telinga Anin. "Selama lo masih sama Stevan, hidup lo nggak akan tenang. Gue jamin hal itu!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nia'Oz
udh mulai males sma keterpasrahan anin.. 😩
2021-11-02
0
Cicih Sophiana
ya.qta perempuan jg ga selemah itu ko...jgn ikhlas jd alasan...
2021-10-18
0
Eni Trisnawati Mmhe Winvan
hedeeeh kenapa harus bohong sih nin ah jadi gereget ah bacanya 😣😣😣
2021-10-06
0