Stevan baru saja sampai di depan rumahnya dan Anin. Pria itu segera memarkirkan mobilnya di garasi. Sesaat kemudian, Stevan bergegas keluar dari mobil.
Membuka pintu mobil di sisi satunya lagi, Stevan kembali mengangkat tubuh Anin ala Bridal Style masuk ke dalam rumah setelah beberapa saat berteriak dan setelah di buka pintu oleh Bi Ana.
"Den Stevan, Non Anin kenapa Den?" Tanya Bi Ana panik yang kini mengekori Stevan dari belakang.
"Anin tenggelam di kolam Bi" Jawab Stevan.
"Astaga..." Hanya itu yang di sahuti Bi Ana. Karena wanita itu tidak mau bertanya terlalu banyak di saat situasi seperti ini.
Stevan membaringkan tubuh Anin di tempat tidur. Pria itu menatap tubuh istrinya yang terlihat basah kuyup.
"Bi. Tolong siapin makanan sama teh anget ya Bi." Ucap Stevan sopan. Se dingin dinginnya Stevan, dia masih tetap bersikap baik pada orang yang lebih tua tak terkecuali Bi Ana.
Stevan memandangi wajah Anin sesaat. Tangannya bergerak menyibakkan anak rambut yang menutupi wajah Anin. Detik kemudian, Stevan mengecup kening Anin lembut.
"Maaf Nin. Gue nggak tau kalo yang jatoh ke kolam itu lo. Kalo gue tau gue nggak akan biarin lo kaya gini" Lirih Stevan masih menatap dalam wajah Anin yang masih menutup mata.
Tok
Tok
Tok
"Masuk Bi"
"Den, ini teh sama buburnya den" Ucap Bi Ana yang baru saja datang dari ambang pintu.
"Iya Bi. Tarok di sana aja Bi." Jawab Stevan menunjuk ke arah nakas. Bi Ana mengangguk, kemudian melaksanakan perintah Stevan.
"Oiya Bi, Stevan minta tolong buat gantiin baju Anin ya Bi"
"Baik den" Bi Ana mengangguk, kemudian Stevan segera keluar dari kamar, membiarkan bi Ana mengganti pakaian Anin yang sudah basah.
***
Stevan sudah kembali ke kamar dari tiga puluh menit yang lalu. Sedari tadi, Pandangan Stevan sama sekali tidak beralih dari Anin.
Benar, kata Bi Ana barusan Anin sudah tidak apa apa dan hanya tertidur karena kelelahan dan juga kecapekan.
Stevan ikut berbaring di samping Anin. Tangan Stevan bahkan tidak segan-segan ia lingkarkan di pinggang Anin.
"Istirahat ya" lirih Stevan mengecup kening Anin sebelum dia ikut memejamkan mata menyusul Anin ke alam mimpi.
***
Pagi harinya, Anin lebih dulu terbangun dari Stevan. Mata Anin mengerjap beberapa kali menyesuaikan pandangannya saat silaunya matahari menyusup ke celah celah gorden kamar mereka.
Alhasil, Anin sedikit tersentak dan kaget saat mendapati Stevan yang masih tertidur lelap di depan matanya. Anin menatap wajah itu cukup lama. Namun, kejadian semalam kembali mengingatkan Anin dan membuat dadanya terasa sesak.
Setiap kali melihat wajah Stevan, rasanya semua bercampur menjadi satu yang benar-benar sulit untuk Anin defenisikan antara senang, sedih dan kecewa.
"Sampai kapan kita akan kaya gini terus?" Lirih Anin mengelus pipi Stevan.
Tak ingin membuang waktu, Anin memutuskan bangkit dari tidurnya, dia hendak berdiri menuju kamar mandi. Namun, Stevan yang memang sebenarnya sudah terbangun dari tadi dengan cepat menarik tangan Anin kembali hingga tubuh Anin kembali terbaring di samping Stevan.
Mata Anin membulat, jantungnya kini berpacu begitu kencang. Tatapan Anin kini terkunci pada Stevan yang juga menatapnya.
"Kenapa semalam lo bisa ada di sana?" Tanya Stevan.
Anin hanya diam. Gadis itu tidak menyauti pertanyaan Stevan. Sorot mata Anin justru menatap Stevan sendiiri dengan penuh tanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
kayanya se Stive punya rasa jg ke anin y cmn mungkin ke adaan yg belum mendukung
2023-11-04
0
istri yang bahagia
kelelahan dan kecapekan itu saudaraan 😅
2022-03-12
1
Cicih Sophiana
Stevan ko tanya begitu...malu ya ktauan lg ke rawa"bahagia sama perempuan lain...
2021-10-18
0