Mendadak Nikah
Saaaaaaaahhhhhh............
Terdengar suara gemuruh diruang tamu yang membuyarkan lamunan seorang gadis berkebaya putih di dalam sebuah kamar.
Gadis itu masih duduk diam sambil memilin ujung kebayanya sambil sesekali menggigit bibirnya. Dia masih ragu untuk beranjak dari duduknya, pikirannya masih melayang entah kemana.
Dia masih bertanya - tanya, bagaimana kelanjutan dari hidupnya.
Akankah dia mampu menjalani kehidupan barunya sebagai seorang isteri dari suami yang belum dia ketahui, bahkan bagaimana rupa ataupun sikap lelaki itu dia juga belum tau.
Akankah lelaki yang menjadi suaminya itu kelak mau menerima dan juga mencintainya. Mengingat usia mereka masih belasan dan masih dalam mode darah muda yang naik turun. Bahkan mereka masih akan mengedepankan emosi yang kemungkinan sulit untuk direm.
Banyak pertanyaan yang berkecamuk di dalam pikirannya, tak satupun yang bisa membuat dia tenang.
Gadis itu adalah Tita Andriana. Gadis yatim piatu yang manis dan cantik serta berkerudung. Penbawaannya sederhana dan baru saja duduk di kelas XI, dan tiba - tiba harus menikahi anak dari sahabat ibunya.
Sepeninggal neneknya 2 tahun lalu, Tita memang tidak mempunyai siapa - siapa. Orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat saat pulang dari kunjungan ke luar negeri.
Sebenarnya Tita mempunyai seorang kakak laki - laki namun naas kakaknya juga meninggal saat mengikuti balapan liar. Akhirnya Tita hidup sebatang kara. Bersyukur masih ada Bik Marsih dan Pak Udin sepasang suami isteri yang dulu bekerja di rumah keluarganya.
Bik Marsih dan Pak Udin mengelola sebuah panti asuhan yang mengasuh beberapa anak terlantar. Titapun hidup bersama mereka di panti itu.
Sedangkan Bunda Vida adalah sahabat dari ibunya dan juga donatur tetap di panti asuhan.
Itulah sebabnya Tita dan Bunda Vida saling mengenal dan menyuruh Tita untuk memanggilnya Bunda.
"Biar ada yang menjaga dan bertanggung jawab untuk masa depanmu nok ...."
Begitu ucapan dari bunda vida saat memintanya untuk menikah dengan anak lelakinya.
...🍭🍭🍭🍭...
Tok...tok...tok..tok
Sheeett....
Tita mendongakkkan kepalanya dan tersembullah kepala seorang gadis cantik yang memakai dress selutut warna biru muda dengan senyum ceria khas ABG.
"Mbak Tita ditunggu Bunda di bawah....", ujarnya sambil melangkah mendekati Tita.
"Eh....iya...maaf.....", sahut Tita sambil beranjak dari duduknya.
Naura mengulurkan kedua tangannya untuk menggandeng tangan kanan Tita.
Yaa...Naura adalah adik bungsu dari lelaki yang menikah dengannya, dia masih duduk di bangku SMP.
Gadis itu baik, ramah, sama seperti Bunda Vida juga Kak Vina.
Tita menyambut uluran tangan Naura sambil menghembuskan nafas panjang dan mengatur ritme detak jantungnya yang tetiba berdetak dengan kencang.
"Yuukkk...turun", sambil tersenyum Tita pun menggandeng tangan adik iparnya.
"Semoga lelaki itu juga baik seperti bunda, ayah, Naura juga kak Vida", harap Tita dalam hati.
"Mbak Tita gugup ya,,,, tangannya dingin banget. Kayak habis pegang es", senyum Naura menggoda Tita sambil membantunya menuruni tangga.
Titapun hanya tersenyum simpul, sambil menunduk. Merona.
Itulah yang dirasakannya, entah karena malu ataupun gugup, entahlah... dia hanya merasa canggung.
Mereka berjalan pelan, melangkahkan kaki dengan hati - hati.
...🍭🍭🍭🍭...
Di sebuah ruang tamu yang luas dan didekor sederhana beberapa pasang mata menatap kagum dan juga penasaran, mungkin.
Pada dua orang gadis yang sedang menuruni tangga.
Seorang gadis yang memakai dress biru muda selutut dengan rambut digerai dan tak berhenti tersenyum ceria. Sambil menggandeng seorang gadis berkebaya putih dengan kerudung putih dan memakai jarit motif kawung yang hanya menunduk seperti takut menampakkan wajahnya.
"Ehh...Tita sini, duduk dekat suamimu". Bunda tersenyum, merentangkan tangan untuk menempatkannya duduk dekat seorang laki - laki yang sepertinya enggan untuk melihatnya.
"Duduk....sekarang kalian sudah sah menjadi suami isteri. Cium tangan suamimu untuk tanda baktimu, karena surga isteri ada di tangan suami." oceh bunda sambil mengelus lenganku dengan pelan tak lupa senyumnya yang selalu meneduhkan hatiku.
Akupun duduk disamping laki - laki itu dengan tetap menunduk, entahlah aku takut untuk menunjukan wajahku ataupun melihat wajahnya.
Set.....
Sebuah tangan kokoh menjulur di depan wajahku yang mau tak mau, aku harus mendongakkan wajahku dengan sedikit kaget.
"Ganteng...." desisku tanpa terdengar orang sekitar.
Ups, kenapa aku bisa menatap wajah itu tanpa takut dosa. Bagaimanapun di dalam agamaku haram hukumnya untuk menatap bukan mahram apalagi mengaguminya.
Eehhh... kita kan suami isteri.
Lelaki itu melotot memberi tanda padaku agar mencium punggung tangannya. Akupun dengan canggung mencium tangannya.
Tapp.....
tak lupa diapun mencium keningku agak lama karena beberapa orang berkata,
"Tunggu...."
"Difoto dulu, untuk dokumentasi..."
"Jangan dilepas nan...."
"Sabar nikmati aja, sudah sah juga..."
Beberapa ada yang menggoda untuk menciumku lebih lama bahkan ada yang menyarankan untuk mencium bibirku...ohhhhhww
"Siapa itu yang beraninya mengatakannya, tak taukah bagaimana rasa jantungku yang berlompatan kesana kemari........", begitu rasa di benakku.
Ceklek...ceklekk....ceklekk....
Setelah beberapa sudah mengambil gambar yang katanya untuk dokumentasi akhirnya Kennan melepaskan ciumannya.
Akupun merasa lega, entahlah bukan karena aku tidak bersyukur mendapatkan suami yang ganteng bin cakep. Hanya saja aku masih belom bisa menguasai hatiku yang berdebar kencang. Entah karena bahagia, seneng, takjub atau apapun itu yang dirasakan orang - orang yang akhirnya bisa menikahi ataupun dinikahi oleh orang yang saling mencintai.
Tidak ada yang istimewa dari pernikahanku, itulah yang aku rasakan saat ini. Aku hanya bisa memandang sekeliling yang banyak tersenyum, berbicara, bahkan tidak sedikit yang bercerita dengan sesekali tertawa. Karena para tamu hanya terdiri dari keluarga Bunda Vida dan mungkin saudara - saudaranya, mengingat kondisiku yang yatim piatu dan mungkin usiaku yang masih dalam usia sekolah. Jadi tidak banyak tamu undangannya. Bahkan Bik Marsih dan Pak Udin selaku walikupun tidak dapat hadir.
Bukan karena mereka tidak mau hadir ataupun keluarga bunda melarang kehadirannaya, akan tetapi Bik Marsih dan Pak Udin sedang mengurusi anak - anak panti asuhan karena hari ini berbarengan dengan adanya kunjungan donatur baru yang akan menjadi donatur di sana.
Aku tidak boleh egois bukan,,,, walupun aku merasa ada yang kurang dan sendirian karena bagaimanapun merekalah orang yang merawatku dan sudah mengganggapku seperti anak sendiri, mengingat mereka berdua tidak mempunyai anak. Dan itulah yang melatar belakangi mereka untuk membuat panti setelah mereka tiada lagi pekerjaan karena orang tuaku meninggal.
Setidaknya mereka bahagia, seakan mereka ikut bahagia atas pernikahanku, itu yang ada di benakku.
Akupun hanya melihat sekeliling dengan kedua bola mataku tanpa berniat beranjak dari tempat dudukku. Penat juga rasanya duduk tanpa ada aktivitas berarti. Maklum aku itu orangnya tidak mau diam, aku lebih suka beraktivitas apapun itu walaupun hanya sesuatu yang ringan. Mungkin ini adalah kebiasaan yang terbentuk selama aku hidup di panti. Karena bagaimanapun kehidupan di panti tidak seperti kita hidup di rumah sendiri.
Ku gerakkan punggungku untuk menghilangkan penat karena terlalu lama duduk, sambil menghembuskan nafas dan sedikit menggeser posisi dudukku.
Begg....
Tanpa sengaja lenganku menyenggol seseorang di sebelahku, aku pun menoleh kesamping dan mendapati suamiku yang seakan tidak peduli aku sudah menyenggolnya.
Heeemmmm suamiku....
Ehhh....
Dia masih asyik dengan HPnya, entahlah mungkin dia asyik chat dengan temannya ato mungkin berselancar ke dunia maya untuk menghilangkan rasa bosannya.
Aku meliriknya.... ternyata dia tidak bereaksi, sepertinya dia sudah asyik dengan dunianya.
Sengaja kusenggol lengannya, " Mau makan sesuatu ?" aku bertanya.
Namun dia hanya menggeleng tanpa mengalihkan tatapannya ke layar HP yang dipegangnya.
"Minum, mungkin...." aku masih mencoba untuk mengakrabkan diri.
"Gak.... lo aja...." diapun menjawab tanpa ada keinginan untuk menatap ataupun sekedar berbasa basi denganku.
"Kuatkan aku ya Allah", jerit batinku.
Sepertinya aku akan menapaki kerikil tajam kedepannya. Siapkan sabar yang luebbarrrr ya Allah.
🍨🍨🍨🍨
nok \= panggilan atau sebutan untuk anak perempuan di Yogyakarta.
seperti "neng" di daerah Jakarta atau "ning" untuk daerah jawa timur
Like
Vote
Komen
Tambahkan favorit❤
Tengyu so much sudah mau mampir😍😍😍
Gambar ilustrasi Bae Suzy as Tita Andriana Nugraha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments
Manoy Cagar
nyimak thorr,, kaya y seru nih
2023-04-05
2
Nur fadillah
Salam kenal Thor serta semuanya...baru baca sudah sedih Thor kisah Tita dan suaminya...sukses selalu...🙏🙏💪🏻💪🏻🔥🔥
2023-02-20
1
Tata
ini suara buka pintu apa suara potret sih ..
biasanya kan kalo potret tuh..
cekrek bukan ceklek🙏🙏😂
2023-01-30
1