Bakti Sosial 2

Sore itu para panitia bakti sosial dari Madrasah Aliyah sudah berkumpul di mushola tempat adik-adik TPQ belajar hari ini.

"Maryam, nanti kamu aja ya yang ngisi acara." kata Ugi sambil mendekati gadis yang bertanggungjawab disetiap agenda acara Bakti sosial ini.

"Eh,kok aku sih Gi. Yang lain aja lah. Kan hasil rapat kemarin yg ngisi acara TPQ, Syamil. Kenapa jadi aku?" protes Maryam.

"Syamil ada kepentingan sama mas ketua pemuda. Mas Amar tadi mengajak Syamil untuk menemui pak Mahmud, ketua Takmir Masjid, karena besok Syamil yang bertanggung jawab di lokasi penyembelihan hewan Qurban." Jelas Ugi.

"Yang lain?" tawar Maryam masih mencoba mencari pengganti.

"Aku ga percaya sama temen yang lain. Aku percayanya sama kamu. Kan kamu terbiasa ngajar TPQ di desamu. Ayolah,plis..." Ugi memohon sambil menelungkupkan kedua tangannya didada. Karena Ugi tau, Maryam tidak seperti teman perempuannya yang lain, yang bisa seenaknya memegang tangan. Maryam sangat berbeda dengan gadis lain yang Ugi kenal. Itulah salah satu alasan, Ugi senang berkegiatan, karena dia akan selalu bersama dengan gadis unik yang sejak mereka kenal saat sekelas di kelas IPA, Ugi jadi lebih suka dekat dengan gadis unik ini.

"Hem... ya udah. Okeylah. Ini udah jam 5, kita harus segera isi acaranya. Ayo." Jawab Maryam pasrah sambil berjalan menuju teras mushola untul bersua adik-adik TPQ, dengan meninggalkan Ugi yang masih berdiri ditempat yang sama. Ugi pun tersenyum sendiri dengam sikap teman baiknya itu. Itu juga yang dia suka dari Maryam, dia punya banyak kemampuan, apalagi jika hal kepepet seperti ini, Maryam tidak akan tinggal diam. Ugi pun berlari kecil menyusul Maryam yang sudah sampai diteras mushola.

Dengan semangat Maryam lihai mengisi acara TPQ, setelah sesi perkenalan antara panitia dengan adik-adik TPQ dan pengampu TPQ. Ugi yang duduk dibagian putra hanya mampu senyum senyu sendiri melihat Gadis idolanya itu mengisi acara. Bahkan dia tak berkedip menatap Gadis Ayu itu dengan balutan gamis dan jilbab lebarnya.

"Mas Amar mana sih? Katanya mas Amar juga ada disini." bisik Laili pada Novi yang duduk disampingnya.

"Ehm, mungkin mas Amar lagi ada keperluan. Syamil juga tidak ada lho. sadar ga kamu?" jawab Novi sambil mencari sosok Syamil menoleh ke kanan kiri depan belakang.

Acara perkenalan dan belajar bersama adik-adik TPQ sudah selesai, selanjutnya mereka kembali ke posko, untuk mandi dan bersiap-siap untuk acara nanti malam.

Seusai sholat isya' semua panitia baksos sudah siap di dalam masjid tempat mereka melakukan berbagai kegiatan. Termasuk Maryam yang juga sudah membawa beberapa lembar jadwal serta notulensi. Selain sebagai devisi Acara, Maryam juga menjadi seorang Sekretaris OSIS yang harus mencatat beberapa hasil kegiatan bakti sosial. Untuk dia laporkan pada sekretaris satu, yang lebih tepatnya kakak kelasnya.

Semua tokoh Masyarakat yang diundang melalui mas Ma'ruf selaku ketua pemuda sangat antusias untuk memenuhi undangan mereka. Acara sarasehan ini dipimpin oleh Amar selaku ketua pemuda dan juga perantara antara pihak Madrasah dengan pihak Masyarakat.

Hingga jam 10 malam acara itu berlangsung. Semua panitia baksos sudah kembali ke ruangan tempat mereka beristirahat.

"Dek Maryam." panggil Amar sang ketua pemuda pada Gadis yang bertugas mengatur setiap agenda dikegiatan baksos ini.

"Ya kak?" jawab Maryam dan berbalik pada sumber suara.

"Besok pagi agendanya apa?" tanya Amar.

"Ehm... besok ya. sebentar kak." Maryam membuka buku agenda dan selembar jadwal yang sebenarnya sudah dibagikan pada seluruh panitia, juga ketua pemuda itu. Namun, entah ada apa, ketua Pemuda itu masih memanggilnya.

"Besok itu agendanya... pagi mengikuti penyembelihan hewan Qurban bersama warga, sampai pembagiannya, Siangnya acara lomba bersama adik-adik TPQ, dan anak-anak warga sekitar, dan sorenya persiapan untuk pengajian akbar nanti malam." Jawab Maryam menjelaskan pada laki-laki tampan di depannya. Namun Maryam yang tak pernah menganggap lebih pada laki-laki dewasa yang lebih tua darinya. Karena bagi Maryam, laki-laki dewasa yang ada dihadapannya ini sama dengan kakaknya. Dia hanya menganggap kakak. dan tidak lebih dari itu, Sehingga dia tidak menyadari bahwa itu hanyalah siasat Ketua Pemuda itu untuk mendekatinya.

Sedangkan diruangan sebelah selatan masjid, ada sepasang mata yang tak suka melihat kedekatan temannya dengan laki-laki pujaan hatinya.

"Iih,,,Maryam. Kenapa sih harus kamu yang selalu sering berkomunikasi dengan ketua pemuda itu?" gerutu Laili yang terlanjur jatuh cinta pada laki-laki tampan yang menjadi perantara antara panitia baksos dengan masyarakat. Amar.

Setelah melihat Maryam dan Amar sudah tampak selesai urusannya, Laili segera kembali duduk ditempatnya beristirahat. Mereka tidur hanya beralaskan tikar.

***

Pagi harinya semua siswa Madrasah Aliyah yang menjadi panitia diacara bakti sosial itu melangkah ke lokasi penyembelihan hewan Qurban. Tak terkecuali Maryam, yang sudah siap membawa sebilah pisau dapur yang dia pinjam dari ibunya. Dia dan juga teman-tema putri turut serta membantu ibu-ibu warga kampung untuk memotong-motong daging kurban yang sudah dikuliti oleh bapak-bapak.

Namun tidak semua panitia putri yang mau terjun ke kegiatan ini, karena kegiatan ini membutuhkan kekuatan hidung agar tidak membuat perut mereka bermasalah. Termasuk Laili yang tak suka dengan pemandangan itu Laili hanya berjalan-jalan sambil mengikuti Dian yang membawa kamera untuk mengambil gambar disetiap kegiatan. Laili adalah sekretaris di kegiatan ini, tetapi dia jarang bertugas, karena tugas sekretaris sudah diselesaikan sebelum kegiatan dimulai, dan juga setelah kegiatan selesai.

Setelah selesai prosesi penyembelihan hewan Qurban, dan pembagian daging Qurban, Semua panitia segera kembali ke posko untuk membersihkan diri dari aroma tak sedap. Setelah sholat Dzuhur, beberapa panitia putra turut serta membantu membagikan daging Qurban dan sebagian kecil lainnya membantu panitia putri untuk menyiapkan tempat dan barang-barang untuk lomba adik-adik TPQ.

Jam 2 siang, para anak-anak sekitar dan juga adik-adik TPQ sudah berku pul di halaman masjid, tempat mereka berkegiatan.

Setelah semua sudah siap, semua panitia mendapatkan jobdes masing-masing.

Keseruan disiang itu membuat semua panitia totalitas dalam menyelesaikan agenda lomba hari ini. Tawa anak-anak dan keriuhan yang terjadi menambah semangat pada diri setiap panitia yang ada di lokasi bakti sosial itu.

Hingga tiba waktu Ashar, Acara lomba sudah selesai, dan semua anak sudah kembali pulang denvan pakaian yang basah dan kotor.

Sedangkan semua panitia baksos segera menunaikan ibadah sholat ashar secara berjama'ah. Karena setelah itu, mereka harus menyiapkan hadiah untuk para pemenang lomba, dan menyiapkan snack untuk tamu pengajian nanti malam.

Namun betapa terkejutnya mereka, saat hendak menyiapkan snack untuk pengajian, ternyata persiapan snack nanti malam masih Nihil. Ketua konsumsi, Fitri dia baru saja melihat Handphonnya yang tersimpan di dalam tas. Dia berfikir bahwa snacknya sudah beres, tinggal ambil ke tempat pesanan. Bahkan kata pemilik catringnya bilang, bahwa siap mengantar ke lokasi.

Ternyata sedari siang ada telfon dan pesan dari pemilik Catering, bahwa dia berhalangan untuk membuat snack, karena keluarganya baru saja mengalami musibah. Kabar duka menimpa keluarganya, sehingga dia tidak bisa membuatkan pesanan.

Akhirnya Ugi selaku ketua panitia langsung menghubungi Amar, selaku ketua pemuda di kampung ini, untuk membantu memecahkan masalah ini.

"Bagaiaman, ada yang bisa saya bantu?" tanya Amar pada semua panitia yang terduduk lemas di teras masjid.

"Snack untuk nanti malam masih Nihil mas. Kerena catering yang kita pesan mengalami musibah, sehingga mereka tidak bisa membuatkan pesanan kami. Kami butuh bantuan mas Amar. Dimana biasanya mas Amar memesan snack disekitar sini, yang sudah siap saja?" tanya Syamil selaku ketua ROHIS yang berfikir berat atas masalah ini.

"Ehm, di desa sebelah ada pabrik roti. kita ke sana saja. Untuk air mineralnya bisa beli di toko grosir di kampung seberang sungai. Dan untuk snack lainnya juga bisa sekalian beli di toko grosir. Sebaiknya snacknya apa adanya saja. Kecuali untuk pembicara, dan tamu undangan, nanti bisa saya antar untuk membeli ke suatu tempat. Kita bagi tugas saja." Jelas Amar yang juga ikut panik atas permasalahan ini. Amar tau, mereka hanyalah anak SMA yang belum tau tentang bagaimana menjamu tamu dengan baik. Dan di mana tempat-tempat yang menyediakan makanan dan cemilan siap saji untuk acara nanti malam di daerah tersebut.

Panitia pun dibagi menjadi 4 kelompok. 1 kelompok tetap di posko sambil membungkus hadiah, 1 kelompok ikut Amar utk membeli snack pembicara dan tamu undangan, sedangkan 1 kelompok mengambil roti ke pabrik roti dan 1 kelompok lagi membeli air mineral dan beberapa makanan ringan ke toko grosir.

Hingga tiba waktu maghrib, akhirnya semua keperluan snack sudah terkumpul, mereka bergotong royong untuk membungkus snack untuk para tamu pengajian, dan tamu undangan serta pembicara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!