Chapter 2

Di sebuah kamar yang kecil tapi terlihat begitu rapi dan nyaman. Seorang gadis sedang tersenyum manis menatap ponselnya.

"Ganteng banget," gumamnya sambil tersenyum.

Riris terus men scroll, saat ini dirinya sedang melihat-lihat akun instagram milik seseorang. Siapa lagi kalau bukan Alkantara, dirinya semakin penasaran dengannya. Ia sengaja mencari tau akun sosmednya.

Riris masih setia menatap foto-fotonya dan menyimpannya ke galeri. Baru kali ini ia mengagumi seseorang hingga penasaran ingin mencari taunya lebih dalam. Apakah ia menyukainya?

Pandangannya beralih melihat sebuah foto seseorang di atas nakas. Di raihnya foto tersebut, dan di elusnya perlahan. Matanya berkaca-kaca dan tak sadar buliran bening mulai menetes.

"Abang, Yumi kangen," lirihnya.

Di peluknya foto lelaki tersebut, matanya mulai terpejam. Bayangan masa lalu mulai terlintas di benaknya.

Pyar!

Sebuah bingkai foto yang di pegangnya terjatuh. Tangannya gemetar, nafasnya mulai sesak, keringat dingin membasahi wajahnya. Riris mulai membuka matanya dan dengan tertatih ia meraih laci mencari sebuah obat. Dadanya semakin sesak membuat ia kesulitan bernafas, matanya sudah memerah.

Di genggamnya botol kecil berisi obat, dengan tangan yang masih bergetar ia berusaha meminumnya.

"Huhh ... Huhh ..." gadis itu mencoba mengatur nafasnya.

Ia menyenderkan tubuhnya ke belakang memejamkan matanya kembali, sesekali menghela nafas panjang.

                       ***

Siang menjelang sore, di sebuah sekolah. Seluruh siswa-siswi SMA Bintang Alam berhamburan keluar gerbang karena sudah waktunya pulang. Sebagian masih betah diam di sekolah, ada yang ikut eskul juga.

Kedua gadis berjalan beriringan keluar dari gerbang sambil sesekali bercanda. Setelah sampai di luar sekolah, tepat sekali sebuah mobil putih berhenti  tidak jauh dari mereka.

"Riris kamu pulang naik apa?" tanya Aira pada Riris.

"Naik bis paling, aku lagi males bawa motor," jawabnya.

"Bareng aku aja, itu mobil mas Alkan," ajaknya sambil menunjuk mobil di depannya.

Riris menoleh melihat mobil tersebut, tepat sekali Alkan membuka jendelanya. Lelaki itu menatap Aira seperti memberi isyarat untuk segera masuk.

"Em aku naik bis aja deh, ga enak sama mas mu," tolak Riris merasa tidak enak.

"Gapapa, ayo!" Aira menarik tangan Riris untuk mendekati mobil mas nya.

"Mas, Riris ikut ya."

Alkan hanya diam tidak menjawab, tanpa memperdulikan Aira langsung membuka pintu dan mendorong Riris duduk di kursi depan.

"Kamu di depan aja, aku ingin tidur di belakang," ucapnya langsung menutup pintu.

Alkan mulai mengemudikan mobilnya setelah melihat Aira sudah berada di kursi belakang. Selama perjalanan hanya ada keheningan di antara mereka, suasana sangat canggung.

Riris melirik kaca yang memperlihatkan Aira sudah tertidur. Ia diam-diam mencuri pandang pada lelaki di sebelahnya.

Ia terus memperhatikan Alkan yang fokus menyetir. Sontak pandangannya langsung beralih ke samping saat lelaki itu meliriknya sekilas dengan wajah masih sama seperti biasa, datar.

"Dimana rumahmu?" tanya Alkan tanpa menoleh.

Riris kembali menoleh menatap lelaki itu. Kemudian ia melihat ke depan yang kebetulan sudah dekat dengan gang rumahnya.

"Turunin di gang depan aja, Mas," jawabnya sambil tersenyum.

Suasana kembali hening, Alkan sedari tadi fokus ke depan. Tak ada niat sedikitpun untuk mengajak ngobrol gadis di sampingnya. Sedangkan Riris sebenarnya sangat ingin mengajaknya ngobrol. Namun, ia bingung harus bertanya apa.

"Di sini aja, Mas," ucap Riris saat tersadar ternyata bukannya menurunkannya di depan gang, Alkan malah membelokkan mobilnya masuk ke dalam gang.

Lelaki itu hanya terdiam, ia tahu jika gang itu masih jauh dari area rumah warga. Jadi kemungkinan lumayan cape jika harus berjalan kaki.

"Yang mana?" tanya Alkan singkat.

Riris yang mengerti langsung menunjuk sebuah rumah yang tidak terlalu mewah, tapi terlihat elegan.

"Yang itu, Mas."

Alkan menghentikan mobilnya tepat di rumah yang Riris tunjukkan.

"Terimakasih Mas, maaf udah ngerepotin," ucapnya merasa tidak enak.

"Hm," Alkan hanya berdehem pelan dengan masih setia menatap ke depan.

Riris yang berniat untuk menyalami nya, ia urungkan. Gadis itu menoleh ke belakang menatap Aira yang masih tertidur. Kemudian ia beranjak dari duduknya keluar dari mobil.

"Sekali lagi terimakasih, Mas. Tolong sampaikan tanda makasi pada Aira, "ucapnya sambil tersenyum.

Alkan diam, ia kembali menjalankan mobilnya ketika gadis itu sudah turun.

Riris masih berdiri di depan gerbang rumahnya memastikan mobil itu menjauh. Setelah kepergiannya, Riris berjalan masuk dan terlihat mobil ortunya sudah terparkir di garasi.

Keningnya berkerut heran, tumben orang tuanya ada di rumah. Biasanya mereka selalu sibuk berangkat subuh, pulang tengah malam. Terkadang tidak pulang karena ada bisnis keluar kota. Seperti kemarin tidak pulang berhari-hari dan mungkin hari ini mereka baru saja sampai.

"Assalamualaikum," ucapnya sambil berjalan masuk ke dalam rumah yang tidak di kunci.

Di ruang tamu, terlihat orang tuanya sedang berada di sana. Senyuman mengembang di sudut bibirnya, ia benar-benar sangat rindu dengan mereka.

"Mama, Papa, udah pulang?" tanyanya basa basi sambil tersenyum mengalami mereka.

"Hm," hanya deheman singkat yang ia terima.

Senyuman manisnya memudar, ia menatap keduanya sendu. Papanya masih fokus menatap laptopnya. Sedangkan Mamanya juga fokus menatap ponselnya. Ia tahu mereka pasti sedang mengerjakan pekerjaan.

Apakah pekerjaan lebih penting dari nya? Bisakah mereka melihatnya sekali saja. Riris juga ingin di perhatikan, ingin mendapatkan kasih sayang dari mereka seperti dulu.

"Riris ke dalam dulu ya," ucapnya pelan lalu melangkahkan kakinya dengan cepat masuk ke dalam kamar.

Ia mendongakkan kepalanya, matanya berkedip menahan tangisnya. Riris sangat kangen masa kecilnya yang di manja oleh orang tuanya. Semuanya berubah setelah kepergian seseorang.

Pintu kamar tertutup dengan pelan, gadis itu mulai merosotkan tubuhnya terduduk menyender di pintu. Hidupnya sangat hampa, mengapa dunia sangat membosankan.

Berbeda dengan Riris yang sedang sedih. Di sebuah rumah, Alkan baru saja sampai. Ia menoleh ke belakang melihat adik kesayangannya masih terlelap.

Senyuman tipis mengembang di sudut bibirnya, membuatnya terlihat sangat manis. Hanya orang terdekatnya yang bisa melihat senyuman itu. Alkan sangat menyayangi Aira, adik perempuan satu-satunya.

Lelaki itu beranjak turun, lalu membuka pintu belakang. Bukannya membangunkan, ia malah menggendong adiknya tidak ingin gadis itu terbangun. Mungkin ia sangat lelah hingga tertidur senyenyak itu.

Alkan mulai melangkahkan kakinya berjalan masuk menuju kamar Aira. Di rebahkan tubuhnya dengan pelan, lalu ia membuka sepatu adiknya dan menarik selimut hingga menutupi dada.

"Bocah tengil, udah gede aja," kekehnya sambil mencubit hidung Aira.

Tiba-tiba dirinya teringat dengan teman adiknya yang ia antarkan tadi. Gadis lugu dengan pipi chubby, wajah malu-malunya membuatnya gemas. Tanpa sadar Alkan tersenyum tipis. Namun, ia segera menepis pikirannya dan wajahnya kembali datar.

                       ***

...Terkadang rumah tidak selalu menjadi tempat ternyaman untuk pulang....

...-Riris...

Terpopuler

Comments

Meysa🌹

Meysa🌹

kiw kiww

2025-07-09

1

ChanJi🌻🪐

ChanJi🌻🪐

ohohoho><

2025-07-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!