Persepsi Orang

Pagi ini mentari bersinar sangat cerah, tetesan embun nampak berkilau di terpa sinar mentari. Kicau burung saling bersautan di susul semilir angin nan sejuk.

Suasana di desa ini nampak begitu asri, gemericik air sungai bahkan masih dapat di dengar jelas di telinga. Aroma pagi begitu segar, jauh dari polusi seperti di kota-kota besar.

Semua warga desa nampak sibuk berlalu lalang untuk memulai aktivitas sehari-hari.

Begitupun para pegawai pemetik teh, sudah siap dengan caping dan bakul di punggung mereka.

Kinara nampak diam, fokus memperhatikan sesuatu. Tangannya setia menopang muka yang seolah enggan merubah posisi pandangannya.

Ia tersenyum.

"Aku cari kamu dari tadi Nara, nyatanya di sini toh"

Lastri mendekat kearah Kinara sambil memanggul bakul rotan yang masih kosong di punggungnya. Namun, sapaan Lastri nampak tak di gubris oleh Gadis cantik itu.

Di perhatikan oleh lastri, arah pandangan Kinara, ia mengarahkan pandangannya kearah fokus mata Kinara.

Terlihat seorang anak laki-laki yang masih balita, kurang lebih 3 tahun umurnya. Nampak bergelayut manja di kaki seorang wanita paruh baya yang sibuk memetik daun teh.

"Emak, gendong. Emak gendonggggg hiks.."

Anak itu nampak merengek

"Sabar ya tole, emak masih ada kerjaan. Sabar ya sayang" Ucap ibu dari anak tersebut.

Pandangan Lastri yang mengarah ke anak itu, kembali lagi beralih menatap Kinara.

"Lah kamu kenapa nangis"

Lastri cemas, tadi saat Lastri menghampiri Kinara nampak gadis itu termenung sambil tersenyum. Namun kini, sebentar saja ia beralih memandang tempat lain, Kinara sudah menitihkan air mata. Secepat mungkin lastri mengelus punggung temannya itu

Kinara terkejut, seketika ia sadar bahwa sedari tadi ada orang lain di dekatnya.

"Ohh Lastri, kapan kamu menghampiri aku ke sini?"

Tanya Kinara polos sambil menghapus bulir air mata di pipinya.

"Kamu tuh loh, tadi aku sapa. Kamu ndak gubris aku. Aku liat kamu lagi senyum natap Bu Mina sama anaknya, eh pas ak liat kamu udah nangis aja Ra. Kamu kenapa sih?" Tanya Lastri khawatir.

"Tak apa Las, aku hanya bahagia melihat betapa manja nya anak bu Mina itu"

Jawab Kinara.

"Ayo Las, kita mulai bekerja. Ga enak sama yang lain."

Kinara melepas rangkulan Lastri di pundaknya, kemudian berdiri dan bersiap memposisikan bakul bambu di pundaknya.

"Nara, aku ndak tau hal pribadi tentang mu. Tapi aku khawatir Ra. Kamu sering kali menangis diam-diam." Ucap Lastri tulus, ia belum beranjak dari posisi duduknya.

"Terimakasih Lastri, kamu telah mengkhawatirkan aku" Ucap Kinara sambil tersenyum, tak terasa bulir bening kembali mengalir di pipinya.

"Nara, mungkin sekarang kamu ndak mau cerita ke aku. Tapi, jikak nantinya kamu butuh tempat untuk cerita, aku senantiasa ada buat kamu. Aku janji Ra." Ucap Lastri tulus sembari berdiri dan memegang erat tangan Kinara

Tak bisa berucap apapun, Kinara langsung memeluk Lastri erat.

"Makasih Las, kamu teman ku yang benar benar baik. Makasih"

"Nanti, jika sudah waktunya aku akan ceritakan semua pada mu Las" batin kinara.

"Ya udah, ayo kita kerja. Jangan nangis lagi loh. Ntar cantik mu itu ilang" Guyon Lastri untuk menghibur Kinara

Sambil menghapus air mata Kinara berkata

"Siap Bu Bos"

Setelah itu disusul senyum manis dari kedua gadis belia itu.

................./////////////////////////////////.................

Siang itu, nampak amat terik dan panas.

Segerombolan wanita tengah duduk berkelompok sambil memakan bekal bawaan mereka, di tengah hamparan kebun teh seolah tak nampak orang di sana, namun dapat terdengar jelas suara gurau canda mereka.

"Ehemm...."

Samar samar terdengar seorang lelaki berdehem.

Semua orang yang sedang asik menyantap bekal makan siang mereka menoleh seketika.

"Tuan Danu, mari tuan ikut makan"

Tawar seorang pekerja pemetik teh dengan ramahnya, ketika menyadari Danu lah yang kini ada di hadapan mereka.

"Ah tidak, terimakasih" Ucap Danu ramah.

Sekali lagi ia berdehem, namun kali ini agak kuat.

"EHEMMM...!"

Untuk kedua kalinya para pekerja yang meneruskan makan mereka kembali tertanggu. Mereka saling melempar pandang satu sama lain. Tatapan mereka seolah penuh tanya.

Kesal dengan respon orang yang dituju tak menggubris keberadaannya, Danu akhirnya buka suara.

"Hemm, Nara... coba kesini sebentar" Ucap Danu

Semua mata pekerja Danu menatap intens ke arah Kinara.

Sejenak, Kinara berhenti menyuap nasi ke mulutnya. Bengong dan bingung, akhirnya Kinara menaruh nasi yang ia jumput kembali kedalam kotak bekal miliknya.

"Saya Den Danu?" Tanya Kinara lagi memastikan.

"Iya Nara kamu, sini sebentar" Perintah Danu

Kinara menuruti kehendak anak Juragan kebun teh tempat ia bekerja itu. Selain anak Juragan tersohor, Danu juga merupakan kepala Desa di Desa ini, walau terbilang masih sangat muda.

Kinara berjalan perlahan melewati sekumpulan pekerja lain yang masih sibuk dengan makan siang mereka.

"Maaf Aden ada apa?" Tanya Kinara bingung

"Ah tidak, aku hanya ingin memberi mu ini"

Sesuatu dalam bungkus kado nampak di sodorkan Danu

"Apa ini Den?" Tanya Kinara bertambah bingung.

"Nanti saja kamu buka di rumah biar tau"

Ucap Danu dengan senyum penuh harap, dan kembali menyodorkan kado itu kepada Kinara.

"Tidak Aden, saya tak mau terima ini. Maaf saya permisi dulu"

Balas Kinara, segera ia meninggalkan Danu yang masih setia berdiri mematung di tempat. Kinara kembali duduk di tengah kumpulan teman-temannya

Nampak muka Danu berubah menjadi sedih seketika, kado yang ia pegang ditatapnya dalam. Kemudian ia tersenyum tak enak hati.

"Okeh tak apa"

Ucapnya yang hanya mampu terdengar oleh dirinya sendiri.

Danu kembali menyimpan kado itu ke balik saku baju Dinas yang ia kenakan. Kemudian berbalik arah menjauh dari para pekerjanya. Menuju motor yang terparkir di pinggir jalan perkebunan.

Sedari tadi, mata para pekerja lain curi-curi pandang melihat Kinara dan Danu. Namun karna Danu adalah anak juragan pemilik kebun teh tempat mereka bekerja, sehingga para pekerja tak berani menatap terang terangan bahkan berkomentar tak sopan ke Danu.

"Eh Nara, pak Danu tadi mau kasih kamu apa?"

Tanya seseorang yang bernama Dini.

"Iya Nara apaan tadi itu"

Tambah seseorang lagi ikut bertanya penasaran.

"Hemm bukan apa-apa"

Ucap Kinara sembari cepat cepat kembali menoleh ke bekal miliknya.

Lastri tampak turut penasaran

"Nara, pak Danu tadi mau ngasih apa?" Tanya nya pada Kinara.

"Tidak tahu Las, kotak itu di bungkus kertas kado" jawab Kinara

"Lantas kenapa kau tolak? Kelihatannya pak Danu tulus bersikap baik ke kamu Ra. Lagian waktu itu juga pak Danu pernah kan menawarkanmu kerja dikelurahan? Kau juga menolaknya." Ucap Lastri mengingatkan

"Las kamu tau sendiri kan, apa nanti yang orang lain pikirkan tentang aku dan pak Danu. Aku akui dia begitu baik, tapi aku tetap harus jaga jarak. Aku takut istri pak Danu berfikir yang macam macam"

Jelas Kinara

"Hemm iya juga ya, ya udahlah ayo kita lanjut makan biar setelah ini dapat energi untuk nerusin metik teh" Ajak Lastri kepada Kinara

Dan benar saja, saat Kinara ingin meneruskan makan siangnya, kembali seseorang mengusik kenyamanan Kianara.

"Wajar ya pak Danu kepincut sama Neng Nara, cantik sih"

Ucap seseorang yang menatap Kinara dengan sorot yang sulit di artikan.

Kinara memilih diam, tak mau meladeni tingkah laku para pekerja lain terhadapnya.

"Iyalah siapa yang ndak suka sama Nara, semua juga bakal kepincut"

Ucap salah seorang lagi. Nampak Kinara mendengar jelas percakapan mereka, namun ia hanya memilih diam dan meneruskan makan siangnya.

..........................////////////////.................................

Tinnnnnn tinnnnnnnn...........!!!!!!

Suara klakson motor terdengar begitu menusuk telinga.

Ban motor yang tadinya bergulir begitu cepat berhenti seketika. Membuat seseorang yang mengendarai motor berjenis sport itu hampir terjatuh.

Dengan cepat orang itu turun dari motornya, melihat keadaan seorang bocah laki-laki yang tengah menangis segugukan terduduk di tanah.

Untunglah, anak bu Mina tersebut tak terluka sedikitpun. Ia menangis karna kaget.

"Adik kecil, kamu jangan nangis lagi ya. Cup cup" ucap Dimas sambil memeluk bocah lelaki tersebut.

Kinara yang melihat kejadian itu secepat mungkin melepas bakul di punggungnya dan berlari tanpa menghiraukan apapun lagi.

"Ya tuhan, Yusuf kamu tak apa nak?"

Segera ia mengambil alih Bocah lelaki itu dari gendongan Dimas.

Kinara nampak amat cemas sambil mengelus ngelus kepala Yusuf.

"Oh kamu ibunya? Punyak anak itu di jaga!"

Ucap laki laki yang bernama Dimas itu dengan kasar.

"Dasar, jaman sekarang banyak orang tua yang tak bisa melindungi anaknya" ucap Dimas kemudian berlalu ke motornya, meninggalkan Kinara dan bocah laki-laki yang ia gendong.

Seketika, air mata membasahi pipi Kinara

"Tak bisa melindungi anak katanya" gumam kinara

"Benar, aku bukanlah ibu yang baik. Karna aku tak bisa melindungi bayiku, akhirnya ia pergi meninggalkan ku sebelum sempat ku peluk"

Ucapan laki laki bernama Dimas itu sangat dalam menghujam hati Kinara. Kinara menatap Yusuf dalam, kemudian kembali memeluk bocah lelaki itu erat, seolah takut kehilangan.

"Ya tuhan ku, Yusufff, kamu ndak apa nak..."

Teriak bu Mina sambil berlari pontang panting menuruni kebun teh. Ia barulah memperlambat larinya ketika telah berada di pinggiran jalan perkebunan tersebut.

"Nara terimakasih ya Neng, ibu tadi menaruh bakul sebentar, Yusuf sudah ndak ada lagi di dekat ibu" Ucap bu Mina begitu cemas

"Iya bu, untunglah Yusuf tak kenapa napa"

Ucap Kinara

Sambil tersenyum, bu Mina mengambil Yusuf dari gendongan Kinara.

Sejenak kinara menahan Yusuf tetap pada pelukannya, seolah tak mau bocah itu pergi darinya, hal itu membuat bu Mina heran dan menatap dengan tanya kepada Kinara

Sadar dengan apa yang ia perbuat, segera Kinara mempersilahkan bu Mina mengambil Yusuf dari gendongannya.

Bu Mina pun tersenyum, kemudian memeluk Yusuf begitu erat.

Kembali, Kinara menitihkn air mata. Melihat betapa bahagianya ibu dan anak di hadapannya.

"Anakku, ibu rindu..." batin Kinara sendu...

.

.

.

.

.

Bersambung

Hayal ku terlalu tinggi, sampai kapan pun aku tak akan pernah mungkin bisa memeluk mu disana, anakku

-Kinara-

Andai engkau terlahir kedunia nak, mungkin ibu akan sama bahagia nya seperti ibu-ibu lainnya. Ibu sayang kamu, selalu anakku.

-Kinara-

Episodes
1 Pergi
2 Harus Mencari Kemana
3 Awal dari semuanya
4 Persepsi Orang
5 Bertemu
6 Lama Tak Jumpa
7 Nara
8 Aku Menemukannya
9 Akan Menikah
10 Siapa Kinara?
11 Jatuh Hati
12 Trauma
13 Menyelidiki
14 Salah Tingkah
15 Dewa Penolong
16 Menyalahkan Diri
17 Rasa Ini Begitu Aneh
18 Panggil Saja
19 Sudah Membaik
20 KI-RA-NA
21 Faktanya
22 Mencintai Kinara
23 Kedatangan Devan
24 Kisah Romansa Antar Desa
25 Orang di Balik Keracunan Kinara
26 Mati di Hadapanku
27 Tergulung Arus Sungai
28 Lebih Dulu dan Paling Akhir
29 Sidang Adat
30 Putusan Sidang Adat
31 Menyadari Cintanya
32 Rencana Dinner Oleh Devan
33 Briyan Menyatakan Cinta
34 Devan Menemukan Kinara
35 Nara adalah Kinara yang Aku Cari
36 PENGUMUMAN*
37 Takdir Kejam
38 Kepergian Briyan
39 Pertemuan Membawa Luka
40 Briyan Kecelakaan?
41 Korban Selamat
42 Devan Menyesal?
43 Keputusan di Tangan Kinara
44 Devan Membawa Kinara
45 Kinara Berada Di Kamar Vila
46 Flashback, Kinara Akhirnya Memutuskan
47 Dompet Coklat
48 Kinara Bertemu Devan Lagi
49 Devan Tampak Berbeda
50 Dia Tak Tahu Aku Marah
51 Tubuh Itu Semakin Dekat
52 Pipi Kinara Bersemu Merah
53 Kecupan Dimas
54 Aku Mantan Suami Kinara
55 Pemilik Chastino Company
56 Saran Danu
57 Pulang Sendirian
58 Kuarga Besar Dimas Bertamu
59 Maksud Kedatangan
60 Devan Mengetahui Lamaran Dimas
61 Lelaki yang Patah Hati
62 Datangnya Devan Di Waktu Malam
63 Dekapan Devan
64 Tanya Devan Ragu
65 Perpisahan, Terbaik Untuk Kita
66 Merenungi Nasib
67 Sedingin Pertama Bertemu
68 Membahayakan Diri
69 Mungkin Tak Akan Terulang Lagi
70 Jawaban Atas Lamaran Dimas
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Pergi
2
Harus Mencari Kemana
3
Awal dari semuanya
4
Persepsi Orang
5
Bertemu
6
Lama Tak Jumpa
7
Nara
8
Aku Menemukannya
9
Akan Menikah
10
Siapa Kinara?
11
Jatuh Hati
12
Trauma
13
Menyelidiki
14
Salah Tingkah
15
Dewa Penolong
16
Menyalahkan Diri
17
Rasa Ini Begitu Aneh
18
Panggil Saja
19
Sudah Membaik
20
KI-RA-NA
21
Faktanya
22
Mencintai Kinara
23
Kedatangan Devan
24
Kisah Romansa Antar Desa
25
Orang di Balik Keracunan Kinara
26
Mati di Hadapanku
27
Tergulung Arus Sungai
28
Lebih Dulu dan Paling Akhir
29
Sidang Adat
30
Putusan Sidang Adat
31
Menyadari Cintanya
32
Rencana Dinner Oleh Devan
33
Briyan Menyatakan Cinta
34
Devan Menemukan Kinara
35
Nara adalah Kinara yang Aku Cari
36
PENGUMUMAN*
37
Takdir Kejam
38
Kepergian Briyan
39
Pertemuan Membawa Luka
40
Briyan Kecelakaan?
41
Korban Selamat
42
Devan Menyesal?
43
Keputusan di Tangan Kinara
44
Devan Membawa Kinara
45
Kinara Berada Di Kamar Vila
46
Flashback, Kinara Akhirnya Memutuskan
47
Dompet Coklat
48
Kinara Bertemu Devan Lagi
49
Devan Tampak Berbeda
50
Dia Tak Tahu Aku Marah
51
Tubuh Itu Semakin Dekat
52
Pipi Kinara Bersemu Merah
53
Kecupan Dimas
54
Aku Mantan Suami Kinara
55
Pemilik Chastino Company
56
Saran Danu
57
Pulang Sendirian
58
Kuarga Besar Dimas Bertamu
59
Maksud Kedatangan
60
Devan Mengetahui Lamaran Dimas
61
Lelaki yang Patah Hati
62
Datangnya Devan Di Waktu Malam
63
Dekapan Devan
64
Tanya Devan Ragu
65
Perpisahan, Terbaik Untuk Kita
66
Merenungi Nasib
67
Sedingin Pertama Bertemu
68
Membahayakan Diri
69
Mungkin Tak Akan Terulang Lagi
70
Jawaban Atas Lamaran Dimas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!