Keluarga Monta tidak mendengar tentang perjodohan Arleta. Tidak enak juga jika mereka sampai tau.
"Ma sudah dengar kabar Kevin?". tanya Arleta ingin tau.
"Loh justru mama mau tanya kamu". Riana menarik Arleta ke ruang keluarga.
"Katanya sih lagi sibuk, tapi nanti mau ketemu Leta". jelas Arleta tapi tetap tidak mengatakan kapan terakhir bicara dengan Kevin.
"Bagus deh. Ah anak itu bikin bingung saja, sibuk terus. Kamu sudah makan sayang?". Arleta menggangguk.
"Revi mana ma?". rumah itu terlihat sepi.
"Ada di kamarnya, dari tadi ga turun-turun. Ke sana lihat, dia pasti seneng kamu Dateng". Riana menunjuk ke atas, kamar Revita memang di lantai dua rumah itu.
"Leta liat Revi dulu ya ma". Arleta langsung menuju kamar Revita. Riana menatap Arleta pergi. Sebenarnya dia masih rindu pada Arleta, tapi dia memahami hubungan akrab Arleta dan Revita. Arleta memasuki kamar Revita tanpa mengetuk pintu. Tentu saja Revita terkejut.
"Hai ngapain?". tanya Arleta. Revita sedang memilih gaun-gaun miliknya.
"Bikin kaget saja. Lagi pilih gaun buat pestanya sepupu Arlan". jelas Revita. Arlan kekasih Revita yang di pacarinya tiga bulan yang lalu. Wajah Revita berseri-seri.
"Undangan untuk apa nih?". Arleta penasaran ikut melihat-lihat gaun Revita.
"Pernikahan". jawab Revita.
"Hm...yang ini saja". Arleta menarik gaun warna kuning gading dengan model yang sederhana namun terlihat anggun. Revita mengambil gaun itu memperhatikannya sejenak lalu mengangguk setuju. Gaun itu di gantung ya di belakang pintu kamarnya, setelah itu dia membereskan gaun-gaun yang lain.
"Ada apa nih tumben ninggalin klinik. Bukannya sekarang lagi sibuk?". Revita menatap Arleta yang duduk di sofa single miliknya. Sedangkan dia sendiri duduk di tempat tidur dengan menyilangkan kaki.
"Iseng saja. Sudah lama juga kan kita ga ngobrol bareng". Arleta tidak dapat membayangkan bagaimana reaksi Revita jika tau dia di jodohkan.
"Iya sih. Tadinya aku mau main ke klinik tapi belum sempat. Aku lagi interviuw kerja di tempat Arlan. Kalau di terima kita bisa berangkat kerja bareng ". Revita bercerita sambil tertawa. Arleta jadi merasa iri.
"Kevin telpon ga?". tanya Arleta tepat pada tujuannya. Dia ingin tau apakah Kevin memberi kabar pada Revita. Ternyata gadis itu malah menggeleng.
"Kirain dia asik-asikan sama kamu? sudah lama juga dia ga pulang. Apa Kevin ga menghubungi kamu sama sekali?". tanya Revita terkejut. Gila juga ya abangnya, gadis yang dia kejar-kejar dulu diabaikan begitu saja.
"Ada sih tapi ga bisa ngobrol banyak". Arleta tidak bilang kalau dia yang selalu menghubungi Kevin. Jawaban itu sepertinya membuat Revita puas.
"Aku ambilin minum dulu ya!". Revita beranjak keluar. Arleta juga keluar tapi dia masuk ke kamar Kevin. Kamar itu bersih tapi terkesan dingin karena penghuninya lama tidak ada. Arleta memandang sekeliling kamar dengan perasaan galau. Matanya terpaku pada foto-foto yang Kevin pajang. Arleta pun menghampiri dan memperhatikan, sebagian besar foto dirinya dan Kevin. Tiba-tiba Revita masuk.
"Kamu kangen sama Kevin ya?". tanya Revita lembut. Dia melihat wajah sendu sahabatnya. Arleta hanya tersenyum malas.
"Sabar ya, nanti aku bilang papa bang Kevin suruh pulang. Biar bang Rangga yang kerja di sana, dia kan ga punya pacar". Revita menghibur , Rangga abang nomer duanya memang sampai saat ini belum punya gandengan. Menurut Revita tidak masalah kerja di mana saja tidak ada kekasihnya.
"Masa sih?". tanya Arleta penasaran. Ganteng begitu ga punya pacar.
"Jual mahal sih dia. Nih mama buatin air jeruk buat calon menantunya tersayang". Revita menyodorkan gelas minuman pada Arleta. Mereka keluar menuju kamar Revita lagi. Perkataan Revita malah membuat Arleta tidak nyaman. Tapi Arleta sudah bertekad tidak akan bicara dulu tentang perjodohannya sebelum bicara dengan Kevin. Termasuk keberangkatannya ke Singapore nanti. Dia ingat pesan Restandi untuk merahasiakan kepergian mereka. Duduk di kamar Revita yang mereka bicarakan hanya hubungan Revita dan Arlan. Sejauh Arleta bertanya ternyata tidak ada kabar dari Kevin ke keluarganya. Arleta merasa cukup mencari tau. Tiba-tiba dia merasa sangat jauh dengan Kevin. Ada apa dengan perasaannya ini? Ternyata keanehan Kevin bukan hanya pada dirinya, tapi juga pada keluarganya. Arleta jadi merasa kalau Kevin benar-benar sibuk di sana.
Restandi sudah menentukan waktu keberangkatan mereka. Arleta berterus terang pada Armando tentang rencananya dan Restandi. Semula Arleta bingung alasan apa yang akan dia katakan pada orangtuanya. Tapi Armando menyuruhnya pergi saja, aladannya nanti menjadi urusannya. Maka Arleta pun berangkat bersama Restandi. Pergi bersama pria itu Arleta jadi tertarik ingin tau seperti apa Restandi. Sambil mengobrol dia memperhatikannya. Restandi seusia dengan Kevin tapi pembawaannya lebih tenang. Dia lebih dewasa dan jelas terlihat apa yang dilakukannya di putuskan dengan hati-hati. Sepertinya tipe anak yang berbakti, tidak ingin membuat orangtuanya malu atau susah. Arleta masih bingung melihat pria ini perduli padanya. Memang Arleta akan jadi tunangannya tapi kan harusnya Arleta bisa pergi sendiri ke Singaore. Tidak jau juga, dan harusnya dia dari waktu yang lalu melakukannya. Hingga tidak galau begini.
"Kamu kenapa pingin jadi dokter?". tanya Arleta ingin tau. Mereka duduk berdampingan di pesawat.
"Bukan aku yang pingin tapi papaku". jawab Restandi terus terang. Mata Arleta membesar, baru tau menjadi dokter bukan keinginan Restandi.
"Maksud aku papa yang ingin aku jadi dokter, tapi ahli jantung itu pilihan aku sendiri". jelasnya sambil tersenyum. Dia merasa reaksi Arleta itu lucu.
"Ko kamu mau aja jadi dokter? terus kenapa jantung?". tanya Arleta lagi.
"Ya selama otakku masih bisa terima kenapa engga? aku pilih jantung karena aku sedang mencari jantung hatiku. Aku penasaran nih apa detak jantungmu seirama dengan detak jantungku?". Restandi menatapnya menggoda. Arleta langsung memalingkan wajahnya. Jawaban konyol pikirnya. Tapi mungkin itu di butuhkan agar mereka tidak bosan.
"Kalau kita benar jadi menikah, kita kan ga saling cinta apa akan berhasil?". Arleta mencoba lagi, ingin tau pemikiran Restandi.
"Arleta, walau aku tidak punya perasaan cinta padamu tapi kalau aku bersedia menikah denganmu aku akan berkomitmen. Aku bertanggung jawab untuk menjagamu karena kamu istriku. Aku juga akan memperlakukanmu dengan baik karena aku sudah memutuskan untuk menikah denganmu. Aku harap kamu juga bisa seperti itu , jalannya akan mudah bagi kita nanti". jelas Restandi serius. Arleta menganggukan kepala.
"Aku akan belajar mencintaimu bukan dengan otakku tapi hatiku. Aku janji akan selalu ada untukmu". Restandi tersenyum manis. Arleta tidak tau harus berkata apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Tiur Tamba
kevin pasti selingkuh disingapur.
2021-03-09
1
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-09
1