Siluet cahaya matahari pagi masuk melalui celah jendela memaksa seseorang dalam balutan selimut tebal menggeliat menggumam tidak jelas. Yura mengerjapkan kedua matanya ketika wajahnya silau oleh pancaran sinar sang Surya pagi.
Yura terbangun mendudukkan dirinya melihat kearah samping, dan tidak menemukan suaminya disana. Seketika bahu Yura luruh kebawah, entah kenapa Yura merasa kecewa kala melihat Leo ternyata terbaring disofa.
Sudah kuduga
Apa ini balasan untukku?
Masih jelas dalam ingatan Yura, saat Leo meminta tidur dikamarnya waktu itu, Yura malah memilih tidur di sofa, dan kini ia merasa seperti deja vu.
apakah aku sangat menyedihkan
sehingga ia tidak melihatku sama
sekali apakah aku tidak layak berada di sisimu tuan Leo.
Yura mendongakkan kepalanya, agar buliran bening dimatanya tidak meluncur begitu saja. Seperdetik kemudian Yura mendengar suara
ketukan pintu. Dengan segera Yura turun dari ranjangnya dan berjalan kearah pintu lalu membukanya.
ceklek
Sekertaris Hwang tercekat kala melihat wanita yang diketahui sebagai istri dari Tuannya ini membukakan pintu untuknya, sontak Sekretaris Hwang menundukkan kepalanya.
"Maaf Nyonya.. saya pikir tadi Tuan Muda yang membukakan pintu" ucapnya kikuk, "saya kemari hanya ingin mengantar baju ganti untuk Tuan dan Nyonya" lanjutnya gugup seraya memberikan dua buah paper bag berukuran besar dengan kepala masih menunduk. Sekertaris Hwang bahkan hampir saja menjatuhkan paperbagnya, saat berhadapan dengan Yura.
Bagaimana tidak ini pertama kalinya ia melihat Nyonya milik tuannya itu sedang memakai baju yang terlihat sangat minim. Lebih tepatnya kurang bahan, baju tidur berbahan sutra dan sedikit transparan, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Dan dengan raut wajah tak berdosa nya, istri Tuannya itu merasa biasa saja. Tapi sepertinya Yura belum menyadarinya, karena ia terbiasa menggunakan piyama saat tidur.
"Terimakasih Anthony" ucap Yura merasa
heran dengan sikap Sekretaris Hwang.
"Baik nyonya saya akan menunggu di lobi" dengan secepat kilat Sekretaris Hwang berjalan menjauhi Yura yang masih berdiri mematung diambang pintu.
Ada apa dengannya?
Apa dia kurang tidur?
Yura menggeleng-gelangkan kepalanya menatap punggung pria yang sudah menjauh.
Yura kembali menutup pintunya, dan masih melihat Leo belum bangun juga. Yura ingin sekali membangunkannya, tapi karena takut hingga ia memutuskan untuk mengurungkan niatnya, karena itu adalah hal yang biasa dilakukan Aeri, maka Yura merasa takut karena belum pernah membangun kan Leo sekalipun.
Yura meletakkan dua paperbag diatas nakas, ia meraih satu paper bag yang berisi pakaian, dan berniat memeriksa baju untuknya, saat ia menatap ke cermin Yura merasa terkejut saat melihat dirinya dari pantulan cermin. Seketika ia menutupi tubuh bagian depannya menggunakan kedua tangannya.
"Apa ini? jadi aku menemui Sekretaris Hwang tadi dengan baju ini" gumamnya tak percaya.
Seketika ingatannya melayang pada sosok Anthony Hwang dengan sikap anehnya.
"Pantas saja dia seperti itu, ish..memalukan sekali" gerutunya sembari menghentakkan kakinya dilantai. Tanpa ia sadari seseorang telah memperhatikan tingkahnya.
"Seperti apa?" suara bariton Leo tiba-tiba terdengar dan membuat Yura terlonjak kaget.
Yura segera membalikkan tubuhnya menghadap kearah Leo. Dapat ia lihat pria itu sedang berdiri menyilangkan kedua tangannya didada dan dengan tatapan yang entah...
Yura memejamkan matanya sejenak merutuki dirinya sendiri.
"Aa..em.. ini Sekretaris Hwang menitipkan ini untukmu, dan dia juga mengatakan telah menunggu di lobi" ucapnya gugup. Leo masih dengan tatapan menjurus kearah Yura.
"Lalu apa lagi?" Leo mulai perlahan melangkah maju mendekati Yura.
Yura pun mundur selangkah demi selangkah namun naas tubuhnya sudah terhalang oleh meja rias yang ada dibelakangnya. Sementara Leo semakin maju hingga tidak ada jarak sama sekali diantara mereka.
Seketika itu pula jantung Yura serasa melompat dari tempatnya, dapat ia rasakan deru nafas Leo menyapu lembut wajahnya. Ia semakin memundurkan wajahnya, saat pria itu semakin mendekatkan kepalanya, kini jarak keduanya hanya seutas tali benang. Bahkan ia dapat mencium aroma khas maskulin dari tubuh Leo.
Apa yang akan dia lakukan kenapa ia sedekat ini denganku, bukankah dia sangat membenciku. Batin Yura bergejolak. Ia semakin tak bisa menahan debaran dijantungnya yang bahkan akan meledak sekarang.
Sementara Leo entah apa yang membuatnya sangat ingin mendekati Yura, melihat nya setelah bangun pagi seperti ini, membuat Leo sangat penasaran dan ingin melihat Yura dengan muka bantalnya. Tapi reaksi yang dikeluarkan tubuhnya lebih dari itu. Desiran halus itu kembali mengusiknya.
"Katakan seperti apa reaksi Sekretaris.Hwang saat menemuimu" tanya Leo semakin mencondongkan tubuhnya kearah Yura. Sementara Yura semakin memundurkan wajahnya.
"Emm..itu.. emm.. " Yura nampak gugup. Nampak dari keringat dingin yang mengucur dari ujung pelipisnya.
"Katakan atau aku akan memecatnya" tekan Leo dengan nada lembut.
Yura terbelalak mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Leo. Yura mendongak, seketika itu tatapan mereka beradu.
degh..degh..degh...
Terdengar suara degup jantung yang saling bersahutan. Deru nafas yang saling bertukar, ternyata reaksi ditubuh Leo semalam belum hilang sepenuhnya. Semakin mendekati tubuh Yura Leo menjadi sangat gugup.
A**da apa denganku kenapa aku ingin
memakannya sekarang juga, tuhan
hentikan aku...
Jiwa Leo menolak tapi reaksi tubuh yang dikeluarkan Leo berkata lain. Desiran halus kini mulai merasuki kerja otaknya, dan juga mengaliri darahnya. Hingga ia tidak bisa berpikir dengan jernih. Sampai tiba-tiba saja
Leo mulai mengecup bibir Yura, seketika Yura pun terkejut dibuatnya, Leo semakin memperdalam pagutannya, membuat Yura memejamkan matanya dan mulai membalas ciuman dibibir Leo.
Tangan Leo mulai semakin intens menyentuh setiap inci bagian tubuh Yura. Akhirnya keduanya pun hanyut dalam gelombang lautan cinta mereka. Sepertinya Leo benar-benar menjilat ludahnya sendiri
sekarang, pertahanan yang ia bangun selama ini akhirnya runtuh hanya dengan satu malam bersama Yura.
Wanita yang sangat ia benci selama ini, entah sadar atau tidak kini Leo sudah benar-benar melakukannya. Itu artinya ia sudah menjadikan wanita itu menjadi miliknya seutuhnya.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Sekretaris Hwang mengesap kopinya sedangkan netranya menatap lurus kearah laptop yang ada dipangkuannya. Dengan sesekali ia mengintip jam yang melingkar ditangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 Ia sedang duduk dilobi menunggu Leo dan Yura untuk segera turun dan segera kembali ke kota Seoul. Hingga tanpa sadar ia telah menunggu selama dua jam lamanya.
Sekretaris Hwang berpikir pasti terjadi sesuatu karena tak biasa pria itu terlambat
seperti ini, Sekretaris Hwang menarik kembali menarik nafas beratnya, senyum kecil tersungging di bibir sensualnya.
"Akhirnya dia menyerah juga"
To be continued.
HAPPY READING 💜💜💜💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
ani nurhaeni
semoga ini awal yg baiik buat yura
2021-10-25
0
Jeje
aku tak bisa bayangkan dua wanita untuk satu pria .... pasti cemburunya mnta ampun 😭😭😭😭 pilih salah satu Leo. biarkan salah satunya menemukan yg lebih tepat. tapi susah juga klo dua-duanya pakai peletttttttt 😭😭😭 apa kelebihanmu Leo ?
2021-09-22
0
Nurrafifa Putry Adhy
🙈🙈🙈🙈🙈
2021-02-26
0