Chapter 5

Lima belas menit kemudian, dia sampai di komplek apartemen tua yang hanya memiliki satu tower. Setelah memarkir motor dan turun dari motor, dia berjalan ke lobby kemudian berdiri di depan lift untuk menunggu lift terbuka. Kemudian dia masuk ke dalam lift setelah terbuka dan menekan tombol lantai tujuannya. “Ting,” setelah sampai, dia berjalan ke apartemen nya dan menyiapkan kunci nya. Setelah membuka pintu unit nya dan masuk ke dalam, Eric menyalakan lampu dan melihat sekitarnya. Unit apartemen nya adalah sebuah unit dengan satu kamar dan satu kamar mandi, perabot di dalamnya seperti sofa, meja makan dan kursinya, dapur, kulkas dan ranjangnya, semua sesuai dengan kemauan dirinya sendiri.

Eric menaruh kunci motor nya di meja makan kemudian berjalan masuk menuju sofa, “blugh,” dia langsung duduk dengan kencang dan bersandar santai untuk melepas lelah. Kepalanya menempel di sandaran dan menengadah ke atas melihat langit langit unit nya.

“Haaaah....capenya, banyak yang terjadi hari ini,” gumam nya dalam hati.

“Dling....dling....dling,” beberapa notifikasi pesan masuk ke dalam smartphone nya, dia mengambil smartphone dari kantung kemudian mengangkat ke wajahnya agar bisa melihat layarnya, ada 20 pesan masuk dari keluarga jauh nya seperti paman yang sudah lama tidak bertemu dengannya, bibi yang suka ikut campur bahkan sampai nenek dari pihak mamanya yang masih ada. Tanpa membukanya apalagi membacanya, Eric langsung menghapus nya, kemudian dia bangun duduk dan berdiri, dia berjalan ke jendela kemudian membuka tirainya, “klek,” dia membuka pintu balkon dan melangkah keluar.

Suara ramai langsung terdengar, dia bisa melihat suasana kota menjelang malam dari ketinggian. Eric bertengger di railing untuk menikmati matahari terbenam yang sudah hampir tenggelam seluruhnya.

“Huh,”

Mendengar suara di sebelahnya, Eric menoleh ke balkon tetangga, dia kaget melihat seorang gadis cantik, berkacamata, berambut panjang yang berkibar karena terkena angin. Memakai tank top, celana pendek dan jubah tidur, tangannya memegang cangkir berisi kopi dan dia menoleh melihat Eric dengan wajah kaget,

“Oh...halo tetangga,” sapa Eric.

“Iya halo, Ethan,” balas sang tetangga.

“Kok tumben kamu sudah pulang, Elena ?” tanya Eric.

“Iya, aku dapat shift siang tadi, kamu baru pulang ya,” jawab Elena.

“Iya, hari ini cukup melelahkan karena aku harus keluar kota dan bengkel sepi (hmm ? kok wajah Elena mirip dengan wajah Emily yang ku temui di kantor tadi ya ? apa perasaan ku saja ? ah mungkin aku salah, nama nya berbeda, dia Elena Brown bukan Emily West dan lagipula, dia perawat, bukan CEO),” balas Eric.

“Oh ada customer bengkel dari luar kota ?” tanya Elena.

“Ada urusan pribadi,” jawab Eric sambil menatap ke arah kota dan memegang rambut nya.

Elena memperhatikan wajah Eric dari samping, kemudian dia berbalik berjalan ke arah balkon Eric yang berada tepat di sebelahnya namun tidak menempel.

“Hmm...dia kok sama dengan pak Eric yang tadi ku temui ya....masa sih ? namanya jelas beda kan...dia Ethan Norton bukan Eric Reed dan dia montir...mungkin aja dia bekerja sama pak Eric,” gumam Elena di dalam hati.

Karena merasa di perhatikan, Eric menoleh dan melihat Elena berdiri di dekat nya, kemudian dia berbalik dan bergeser berdiri di dekat Elena, keduanya kembali melihat matahari yang sekarang hanya terlihat ujungnya saja tanpa berbicara apa apa. Beberapa menit setelah matahari tenggelam dan lampu lampu mulai menerangi kota,

“Baiklah Elena, aku masuk dulu, mau mandi,” ujar Eric.

“Iya, kamu ada makanan ?” tanya Elena.

“Um...belum beli sih,” jawab Eric.

“Ok, nanti kalau sudah mandi keluar sini ya, panggil aku,” balas Elena.

“Baiklah, aku masuk dulu,” balas Eric.

Eric berbalik kemudian berjalan masuk ke dalam, Elena masih berada di balkon, dia kembali melihat ke arah kota sambil meminum kopinya. “Driiiing,” tiba tiba smartphone miliknya yang berada di meja balkon berbunyi, dia berjalan mengambilnya kemudian melihat nama penelpon nya.

“Halo Lily,” sapa nya.

“Emily, baru saja adik mu telepon, dia minta tolong supaya menghubungi kamu, katanya dia mau bicara,” balas Lily.

“Dia telepon kamu ?” balas Emily.

“Iya, kelihatannya dia menangis, mengenai papa mama mu atau apalah, aku hanya bilang aku akan menyampaikan kepada mu sebagai pengacara mu dan mengingatkan dia kalau dia tidak boleh menelpon mu secara langsung,” jawab Lily.

“Bilang dia, aku sudah tidak mau lagi bicara dengan dia, papa dan mama ku,” ujar Emily.

“Baiklah, aku akan kirim pesan kepada dia, sori ganggu ya,” balas Lily.

“Ga apa apa, makasih info nya,” balas Emily.

Telepon pun di tutup, Emily atau Elena menaruh kembali smartphone nya di meja, kemudian dia duduk di kursi balkon dan menaruh cangkir kopinya di meja. “Dling,” sebuah pesan masuk, dia melihat nya, pesan itu ternyata dari pengacara bisnis nya, draft surat perjanjian kerja sama sudah di email kepada dirinya. Emily membuka galeri di smartphone nya, dia melihat foto dirinya bersama adiknya Clara ketika mereka sedang berlibur di pegunungan.

Wajah kedua anak kecil di foto yang merupakan dirinya dan adik nya, terlihat ceria sampai membuat Emily tersenyum tipis, tapi ingatannya kembali ke peristiwa sebelas tahun lalu, ketika dirinya masih berusia 16 tahun dan Clara berusia 15 tahun.

******

Sejak kecil, Clara selalu di anggap sebagai golden child dan di elu elukan oleh kedua orang tuanya sedangkan Elena hanya dia anggap hadir di rumahnya sampai tidak terlihat sama sekali. Sikap Clara berubah ketika dia mengetahui kalau dirinya lebih di sayang oleh kedua orang tuanya di banding Elena. Jika Elena sedang bicara kepada orang tuanya mengenai sekolah, keperluannya atau hal apapun, Clara langsung menarik perhatian orang tuanya yang langsung berbalik menyanjungnya dan mengacuhkan Elena.

Elena tetap bersikap biasa saja dan tetap menyayangi Clara karena Clara tetap bersikap baik kepada Elena, sampai ketika dia pulang sekolah, dia merasa ada yang tidak beres di rumah, ketika masuk, dia melihat Clara sedang menangis di ruang tengah dan kedua orang tuanya menghiburnya. Ketika ayah Elena yang bernama Jacob Brown melihat Elena berdiri di depan pintu ruang tengah, dia langsung berdiri dan dia mendekati Elena kemudian, “plak,” Jacob menampar Elena dengan keras tanpa aba aba sampai membuat Elena jatuh tersungkur.

“Ke..kenapa pah ?” tanya Elena.

“Pergi....kamu bukan anak ku,” teriak Jacob dengan wajah merah.

“Ada apa ini sebenarnya, kenapa papa tiba tiba menampar ku, sakit pah,” teriak Elena sambil berusaha berdiri.

Tiba tiba sang ibu yang bernama Hannah Brown, berdiri menghampiri Elena sambil membawa smartphone nya, tanpa bicara dia langsung memperlihatkan layarnya ke wajah Elena, tentu saja Elena kaget karena melihat profil di sebuah aplikasi kencan. Profil itu adalah profil dirinya yang menggunakan foto foto yang sangat eksplisit mengundang dan di ambil di dalam kamarnya. Elena ingat foto yang berada di profil karena dia sendiri yang mengambil foto itu. Selama sma, Elena bekerja dan ketika dia memiliki uang lebih, dia suka membeli pakaian pakaian yang dia suka dan ketika di rumah dia mencobanya sambil mengambil foto selfie dirinya sendiri.

Ketika Elena mau berbicara membantah kalau profil itu miliknya, tiba tiba wajahnya menjadi pucat seketika ketika dia membaca perkenalan dirinya di profil, perkenalannya kira kira seperti ini,

“Halo semua, namaku Elena Brown, aku berusia 16 tahun dan sangat seksi, aku mencari laki laki yang bisa membelikan ku barang mewah dan sebagai gantinya, aku memberikan tubuh ku, bagaimana ? bukan kesepakatan yang buruk kan ? aku tunggu panggilan nya ya, mwah mwah,”

“A..apa ini,” ujar Elena terbata.

“Kenapa kamu berbuat seperti itu Elena, mama tidak pernah mengajari dan mendidik mu seperti itu,” ujar Hannah sambil menangis histeris dan nampak sangat kecewa.

“Tapi ini bukan aku, aku tidak pernah membuat profil seperti ini di aplikasi kencan,” teriak Elena membela dirinya sendiri.

“Jangan bohong, papa pernah lihat kamu pakai baju baju di foto itu keluar rumah, jangan menyangkal lagi,” teriak Jacob sambil mengangkat tangannya dengan wajah merah.

“Be..benar pah, itu bukan aku,” teriak Elena histeris membela dirinya dengan air mata bercucuran.

“Mama ga pernah menyangka kamu seperti itu Elena, mama benar benar kecewa...sebagai mama dan sebagai seorang wanita...kamu di urus di sini, semua yang kamu perlu ada di sini dan kami ada untuk mu, kenapa kamu malah membalasnya dengan menjadi seperti ini,” ujar Hannah.

“Aku tidak berbuat seperti itu...profil itu bukan aku,” teriak Elena.

“Lihat ini (menunjukkan profil di depan wajah Elena) namanya Elena Brown, siapa lagi yang bernama Elena Brown selain kamu hah, sekarang kemas barang barang mu, masukkan ke dalam tas mu dan pergi dari rumah ku,” teriak Jacob.

“A...apa ? ti..tidak pah, aku tidak salah, aku berani sumpah itu bukan aku,” ujar Elena ketakutan.

“Cepat pergi, kamu bukan anak ku lagi,” teriak Jacob yang semakin emosi.

“Ma..mama tidak percaya kan...mama...itu bukan aku mah,” ujar Elena menangis sambil memohon pada mama nya.

Tapi Hannah diam saja dan hanya menggelengkan kepalanya, kemudian dia menatap Elena dengan tatapan yang dingin dan berbalik berjalan kemudian duduk di sebelah Clara yang menangis. Ketika Elena melihat Clara yang menunduk sambil menutup kedua matanya, Elena menyadari kalau Clara tersenyum, tanpa pikir panjang dia langsung menghampiri Clara,

“Kamu kan yang buat profil itu, kamu yang mengambil foto foto ku dari kamera....jawab Clara,” teriak Elena emosi dengan air mata bercucuran.

“Plak,” Jacob kembali menampar Elena dengan kencang sampai Elena jatuh, kemudian dia berdiri di depan Clara seakan akan melindungi Clara. Hati Elena pun hancur, keluarganya tidak percaya kepada dirinya sama sekali walau dia mengatakan dia tidak bersalah. Akhirnya tanpa bicara apa apa, dia pergi ke kamarnya, mengepak tas nya dan pergi dari rumah. Setelah pergi, selagi berjalan, “dling....dling....dling,” dia membuka smartphone nya dan melihat grup chat keluarganya menjadi ramai.

Rupanya profil nya di sebar di dalam grup sehingga saudara saudara jauh dan relatif melihat nya, tapi yang menyakitkan adalah yang menyebarkan profilnya adalah ayah nya sendiri. Elena hanya bisa duduk di tepi jalan dan menangis. Tak lama kemudian ada notifikasi email masuk ke dalam smartphone nya, ketika di buka ternyata dari pihak sekolah yang mengatakan kalau dirinya di skors selama penyelidikan terhadap profil itu di lakukan dan yang memberi info pada pihak sekolah adalah ibunya. Saat ini, Elena benar benar merasa hidupnya hancur dan masa depannya mendadak menjadi gelap, tapi tiba tiba “driiing,” smartphone nya berbunyi.

Ketika dia melihat layarnya, matanya membulat, yang menelponnya ternyata kakek nya, akhirnya dia mengangkatnya,

“Halo Elena,” sapa kakek nya.

“Kek...aku....hik....hik,”

“Sudah jangan bicara, aku mengerti, kamu sekarang dimana ? kakek akan minta orang jemput kamu, kirim lokasi kamu dan mulai sekarang kamu tinggal sama kakek,” ujar sang kakek.

“I...iya kek,” balas Elena.

Elena mengirim lokasi kepada kakeknya. Satu jam kemudian, seorang wanita paruh baya cantik yang berwajah oriental, mengenakan busana dari negara matahari di timur, datang menjemput nya.

“Kamu pasti Elena,” ujarnya ketika berdiri di depan Elena.

“I..iya, tante siapa ?” tanya Elena sambil berdiri.

“Namaku Kyoko Tendo, aku penjaga toko barang antik kakek mu, mari kita ke rumah kakek mu,” ajak Kyoko sambil menjulurkan tangannya.

Elena mengangguk dan memegang tangan Kyoko tanpa menyadari kalau hidupnya baru di mulai saat itu.

Terpopuler

Comments

Eka suci

Eka suci

aku sering baca anak/ keluarga angkat yg ngga tau diri tapi disini benar benar keluarga asli yg menyebalkan

2025-06-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!