Bab 4. Arlena

...~°Happy Reading°~...

Keesokan harinya, Arlena tidak bangun hingga hampir lewat waktu sarapan. Hal itu menimbulkan kepanikan di antara para pelayan. Mereka yang sudah tunggu di ruang makan saling melihat satu dengan yang lain. Rasa cemas dan khawatir tergambar jelas di wajah mereka.

"Mbak Tari, lebih baik bangunin Ibu saja. Jangan sampai terjadi sesuatu dengan Ibu." Saran seorang pelayan kepada Tari yang terus mondar mandir di ruang makan sambil menunggu dan berpikir. Tindakan apa yang akan diambil jika nyonya mereka belum turun untuk sarapan.

"Iya, Mbak. Ibu menangis sepanjang malam, jangan sampai Ibu sakit." Salah satu pelayan memberikan saran.

"Apa Ibu sudah tahu, Mbak?" Tanya pelayan lain, yang lebih muda.

"Huuusss....! Jaga bicaramu...! Jangan bicara apa pun di depan Ibu." Bentak Tari, galak.

"Iya. Jangan menyiram air cabe ke luka Ibu. Ingat itu...!!" Para pelayan yang sedang menunggu saling mengingatkan.

Tari sebagai kepala pelayan mengangkat tangan untuk menghentikan perbincangan, lalu memutuskan. "Baik. Jangan sajikan sarapan dulu... Salah satu dari kalian ikut saya ke atas." Tari berkata demikian, karena ada 4 (empat) orang pelayan dalam rumah, selain tukang taman dan 2 (dua) sopir.

Sebagai kepala pelayan, Tari mengajak salah seorang pelayan bersamanya, agar bisa jadi saksi jika terjadi sesuatu dengan nyonya mereka. Hal itu dilakukan, karena kondisi rumah tidak seperti biasanya, tenang dan aman, tanpa gejolak.

Tari khawatir terjadi sesuatu yang buruk dengan nyonyanya, karena mereka mendengar suara teriakan dan tangisan sejak malam. Sedangkan majikan mereka sudah sarapan sendiri dan keluar dari rumah.

Tari berjalan cepat diikuti pelayan yang lain. Mereka berdua segera naik ke kamar utama lalu mengetuk pintu. Ketika tidak ada respon dari dalam kamar, Tari memberanikan diri untuk masuk.

"Ibuuu, banguuunn..." Tari langsung memegang kaki nyonyanya yang diselimuti bad cover tebal.

Arlena membuka mata perlahan, karena merasa ada yang menggoyang kakinya. Setelah matanya mulai fokus, dia melihat kepala pelayan. "Tari, sudah jam berapa?" Tanya Arlena pelan dan parau.

"Sudah hampir jam sembilan, Bu. Mari bangun dan sarapan dulu." Tari bernafas lega melihat nyonyanya tidak apa-apa. Tapi dia sangat terenyuh melihat kondisi mata nyonyanya hampir segaris, karena bengkak.

"Tolong bawakan sarapan saya ke sini, ya." Arlena bangun perlahan, lalu duduk untuk mengumpulkan kesadaran dan tenaga. Jantungnya berdetak tidak teratur mengingat apa yang terjadi semalaman. Secara refleks dia memegang perut untuk memastikan bahwa tidak terjadi sesuatu yang buruk dengan calon bayinya.

Tari memperhatikan gerakan nyonyanya yang memegang perut dan mengelus sambil mengeryit. "Baik, Bu. Kami siapkan..." Tari berkata sopan lalu mundur. Dia segera keluar diikuti pelayan yang bersamanya untuk menyiapkan sarapan.

Perlahan Arlena turun dari tempat tidur lalu berjalan ke kamar mandi. Dia sangat terkejut melihat wajah dan matanya yang bengkak di cermin. 'Arlenaaa..." Dia memanggil namanya, sambil melihat wajah yang hampir tidak dikenalnya di dalam cermin.

"Berhenti menangis...." Bentaknya pada wajah di dalam cermin, karena hatinya penuh dan mata mulai tergenang.

Arlena membersihkan wajah dan menyiram dengan air dingin sambil menepuk pipinya berulang kali. Agar dia bisa fokus pada bayi yang dikandung. Dia segera sikat gigi, karena tiba-tiba terasa sangat lapar.

Setelah keluar dari kamar mandi, Arlena melihat para pelayan sedang menata sarapan di meja kecil yang dibawa untuknya. "Letakan saja di situ. T'rima kasih." Ucap Arlena, karena pelayan mau pindahkan meja ke atas tempat tidur.

Arlena ingin duduk sarapan di atas karpet tebal dan lembut dekat tempat tidur. Karena dia ingin bersandar di pinggir tempat tidur, jika diperlukan.

"Tolong tinggalkan saya dengan Tari." Ucap Arlena sambil berjalan mendekat.

Jantung Tari berdegup kuat, mendengar permintaan nyonyanya yang meminta dia tinggal tanpa pelayan lainnya.

Pelayan lain yang mendengar permintaan nyonya mereka, segera keluar dari kamar setelah menata menu sarapan di atas meja.

Arlena mendekati meja sarapan, lalu duduk. Tari tetap berdiri menunggu. "Tari, bapak ke mana?" Tanya Arlena, pelan.

"Tadi habis sarapan langsung pergi, Bu. Tapi tidak bilang mau ke mana." Tari menjawab hati-hati.

"Mungkin ke kantor. Saya tertidur sudah Subuh, jadi tidak bisa bangun." Arlena berkata pelan, seakan pada dirinya.

"Tari, tolong ingatkan yang lain, tidak usah dibahas yang kalian dengar dalam rumah ini." Arlena yakin, para pelayan mendengar yang terjadi tadi malam, karena sepi. Dia tidak bertanya lagi, tapi hanya mengingatkan Tari sebagai kepala pelayan.

"Iya, Bu... Kami tertidur." Tari mengerti maksud nyonyanya. "T'rima kasih....." Arlena tidak melanjutkan bertanya atau membahas yang terjadi dengannya dan Dominus.

Arlena membuka tutup wadah untuk melihat menu sarapan yang disajikan. Tari beranjak membantu dan menunggu perintah selanjutnya.

"Hari ini saya mau istirahat. Saya tidak mau diganggu, ya." Ucap Arlena setelah Tari mengangkat semua tutup wadah.

"Baik, Bu. Kalau perlu sesuatu, atau mau makan sesuatu, Ibu kasih tahu saja. Nanti kami antar ke sini." Tari berkata sopan dan merasa lega, tidak ditanyakan hal lain, tentang majikannya.Tapi dia tidak bisa menyembunyikan rasa sedih melihat kondisi nyonyanya.

"Tolong antarkan buah-buahan ke sini. Saya mau makan buah agak lebih." Arlena merasa agak mual, jadi dia ingin lebih banyak makan buah, kalau tidak bisa banyak makan yang disediakan.

"Baik, Bu. Ibu habiskan sarapan ini. Nanti saya tambahkan buah lagi." Tari menunjuk meja berisi sarapan dan potongan buah pier. Arlena mengangguk lalu memindahkan menu yang bisa dimakan ke piring.

Setelah Tari keluar dari kamar, Arlena berusaha menghabiskan sarapan di piring. 'Jadi tadi malam Dom tidak pergi dari rumah. Apa yang sedang terjadi? Mengapa dia tiba-tiba berubah padaku? Apa dia cemburu? Ataukah....?!' Arlena menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran negatif tentang Dominus.

Selesai sarapan, Arlena hanya duduk di atas tempat tidur sambil berpikir tentang yang dikatakan Dominus. Dia sangat khawatir jika itu benar-benar terjadi. 'Kalau Dom benar-benar tidak terima bayi ini, apa yang harus aku lakukan? Aborsi...?! Tuhan, ampuni pikiranku.'

'Atau berikan kepada orang lain, demi kebaikan rumah tangga ini? Oh, Baby.' Arlena merasa kepala dan dadanya mau meledak.

Arlena memegang perutnya. 'Oh, Tuhan... Tolong aku..' Arlena memohon dan kembali menangis sambil menengadah dan memegang dadanya yang tiba-tiba terasa nyeri dan sakit.

'Mana mungkin aku berikan kepada orang lain, hanya karena Dom tidak terima? Lalu bagaimana dengan rumah tanggaku, kalau aku tetap pertahankan janin ini?' Arlena terus bertanya dan berpikir. Dia benar-benar berada di persimpangan dan harus memilih.

Janin yang telah dinyatakan hidup dalam rahimnya membangkitkan naluri keibuan, kehangatan rasa sayang. Calon bayi telah membuat dia jatuh cinta padanya.

Arlena merasa janin yang memasuki usia 5 (lima) minggu telah menyatu dengan dirinya. 'Bagaimana ini?' Arlena tidak siap.

...~*~...

...~▪︎○♡○▪︎~...

Terpopuler

Comments

🍁apple💋🅈🅄🄻🄸🄰🄽🅃🅈👻ᴸᴷ

🍁apple💋🅈🅄🄻🄸🄰🄽🅃🅈👻ᴸᴷ

napa para pelayan nya pada tutup mulut ya🤔🤔🤔
apa jangan² Dominus udah pernah bawa cingkuhan nya ke rumah tu ya🤔🤔🤔🤔
and para pelayan tau tentang cingkuhan Dominus🤔🤔🤔😳😳😳😳

2025-06-18

33

🍁HER❣️💋🅈🅄🄻🄸🄰🄽🅃🅈👻ᴸᴷ

🍁HER❣️💋🅈🅄🄻🄸🄰🄽🅃🅈👻ᴸᴷ

jadi curiga nih sama para pelayan. jangan2 mereka tahu dominus mulai miring 🙊

2025-06-18

11

🍁Naura❣️💋👻ᴸᴷ

🍁Naura❣️💋👻ᴸᴷ

tuh kan kaya nya bener Dom punya yg lain lagi dan parahnya kayanya di bawa kerumah itu mangkanya pembantunya pada tau

2025-06-18

7

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Arlena - Dominus
2 Bab 2. Arlena - Dominus 2
3 Bab 3. Arlena - Dominus 3
4 Bab 4. Arlena
5 Bab 5. Arlena - Calista
6 Bab 6. Arlena - Calista 2
7 Bab 7. Arlena - Calista 3
8 Bab 8. Arlena 2
9 Bab 9. Arlena - Dominus - Selina
10 Bab 10. Arlena 3
11 Bab 11. Arlena 4
12 Bab 12. Arlena 5
13 Bab 13. Arlena 6
14 Bab 14. Arlena - Dominus 4
15 Bab 15. Arlena CS
16 Bab 16. Arlena CS 2
17 Bab 17. Arlena CS 3
18 Bab 18. Arlena CS 4
19 Bab 19. Proses
20 Bab 20. Proses 2
21 Bab 21. Cerai
22 Bab 22. Kualitas Mantan (K M)
23 Bab 23. Kualitas Mantan 2
24 Bab 24. Kualitas Mantan 3
25 Bab 25. Kualitas Mantan 4
26 Bab 26. Kualitas Mantan 5.
27 Bab 27. Kualitas Mantan 6
28 Bab 28. Kualitas Mantan 7
29 Bab 29. Kualitas Mantan 8
30 Bab 30. Kualitas Mantan 9
31 Bab 31. Kualitas Mantan 10.
32 Bab 32. Kualitas Mantan 11
33 Bab 33. Kualitas Mantan 12
34 Bab 34. Kualitas Mantan 13
35 Bab 35. Kualitas Mantan 14
36 Bab 36. Kualitas Mantan 15
37 Bab 37. Kualitas Mantan 16
38 Bab 38. Kualitas Mantan 17
39 Bab 39. Kualitas Mantan 18
40 Bab 40. Kualitas Mantan 19
41 Bab 41. Kualitas Mantan 20
42 Bab 42. Kualitas Mantan 21
43 Bab 43. Kuslitas Mantan 22
44 Bab 44. Kualitas Mantan 23
45 Bab 45. Kualitas Mantan 24
46 Bab 46. Kualitas Mantan 25
47 Bab 47. Kualitas Mantan 26
48 Bab 48. Kualitas Mantan 27
49 Bab 49. Kualitas Mantan 28
50 Bab 50. Kualitas Mantan 29
51 Bab 51. Kualitas Mantan 30
52 Bab 52. Kualitas Mantan 31
53 Bab 53. Kualitas Mantan 32
54 Bab 54. Kualitas Mantan 33
55 Bab 55. Kualitas Mantan 34
56 Bab 56. Kualitas Mantan 35
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1. Arlena - Dominus
2
Bab 2. Arlena - Dominus 2
3
Bab 3. Arlena - Dominus 3
4
Bab 4. Arlena
5
Bab 5. Arlena - Calista
6
Bab 6. Arlena - Calista 2
7
Bab 7. Arlena - Calista 3
8
Bab 8. Arlena 2
9
Bab 9. Arlena - Dominus - Selina
10
Bab 10. Arlena 3
11
Bab 11. Arlena 4
12
Bab 12. Arlena 5
13
Bab 13. Arlena 6
14
Bab 14. Arlena - Dominus 4
15
Bab 15. Arlena CS
16
Bab 16. Arlena CS 2
17
Bab 17. Arlena CS 3
18
Bab 18. Arlena CS 4
19
Bab 19. Proses
20
Bab 20. Proses 2
21
Bab 21. Cerai
22
Bab 22. Kualitas Mantan (K M)
23
Bab 23. Kualitas Mantan 2
24
Bab 24. Kualitas Mantan 3
25
Bab 25. Kualitas Mantan 4
26
Bab 26. Kualitas Mantan 5.
27
Bab 27. Kualitas Mantan 6
28
Bab 28. Kualitas Mantan 7
29
Bab 29. Kualitas Mantan 8
30
Bab 30. Kualitas Mantan 9
31
Bab 31. Kualitas Mantan 10.
32
Bab 32. Kualitas Mantan 11
33
Bab 33. Kualitas Mantan 12
34
Bab 34. Kualitas Mantan 13
35
Bab 35. Kualitas Mantan 14
36
Bab 36. Kualitas Mantan 15
37
Bab 37. Kualitas Mantan 16
38
Bab 38. Kualitas Mantan 17
39
Bab 39. Kualitas Mantan 18
40
Bab 40. Kualitas Mantan 19
41
Bab 41. Kualitas Mantan 20
42
Bab 42. Kualitas Mantan 21
43
Bab 43. Kuslitas Mantan 22
44
Bab 44. Kualitas Mantan 23
45
Bab 45. Kualitas Mantan 24
46
Bab 46. Kualitas Mantan 25
47
Bab 47. Kualitas Mantan 26
48
Bab 48. Kualitas Mantan 27
49
Bab 49. Kualitas Mantan 28
50
Bab 50. Kualitas Mantan 29
51
Bab 51. Kualitas Mantan 30
52
Bab 52. Kualitas Mantan 31
53
Bab 53. Kualitas Mantan 32
54
Bab 54. Kualitas Mantan 33
55
Bab 55. Kualitas Mantan 34
56
Bab 56. Kualitas Mantan 35

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!