gerbang yang tak menerima cahaya

Lian hua
Lian hua
Fajar menyapu langit Istana Utara dengan semburat jingga pucat. Lian Hua berdiri di depan sebuah gerbang batu hitam besar yang separuh terkubur dalam kabut. Tak ada penjaga, hanya keheningan… dan hawa dingin yang menusuk. Lian Hua: (berbisik pada dirinya sendiri) “Ini... Gerbang Bayangan?”
???
???
(Suara berat muncul dari balik kabut, namun tak ada sosok yang terlihat) Suara Misterius: “Gerbang ini bukan tempat untuk mereka yang mencari jawaban. Tapi untuk mereka yang siap kehilangan segalanya.”
Lian hua
Lian hua
Lian Hua: (mengangkat dagu, suaranya tegas) “Kalau memang harus kehilangan segalanya… maka biar aku yang memilih apa yang patut ditinggalkan.”
penjaga gerbang
penjaga gerbang
(Kabut di depan gerbang mulai berputar, membentuk pusaran gelap. Perlahan, sesosok pria bertudung keluar dari bayang-bayang, mengenakan jubah hitam dengan simbol bulan sabit terbalik di dadanya.) Penjaga Gerbang: “Berani, tapi sombong. Banyak yang masuk dengan kata-kata seperti itu… dan tak pernah kembali.”
Lian hua
Lian hua
Lian Hua: (melangkah maju tanpa ragu, menatap lurus ke mata pria itu) “Mungkin mereka tersesat karena tak tahu arah. Tapi aku datang bukan untuk mencari arah… aku datang untuk menciptakannya.”
penjaga gerbang
penjaga gerbang
Penjaga Gerbang: (menyipitkan mata, lalu perlahan membuka gerbang batu hitam) “Kalau begitu, masuklah. Tapi ingat… di dalam, cahaya tak akan menjawabmu. Hanya bayangan yang bicara.”
Lian hua
Lian hua
Lian Hua melangkah masuk. Begitu melewati ambang, cahaya dari luar seolah tertelan, dan dunia di balik gerbang berubah menjadi lorong panjang tanpa ujung, penuh gema dan bisikan asing. Lian Hua: (dalam hati) “Tenang... Ini bukan mimpi. Ini jalan yang kupilih sendiri.”
suara bayangan
suara bayangan
(Suara lain muncul dari dinding lorong, kali ini terdengar seperti dirinya sendiri—namun lebih dingin dan penuh ejekan.) Suara Bayangan: “Kau pikir kau istimewa? Hanya karena mereka takut pada cahaya yang bahkan kau sendiri tak mengerti?”
Lian hua
Lian hua
Lian Hua: (berhenti melangkah, suaranya tenang tapi tajam) “Aku tak pernah mengaku istimewa. Tapi aku tak akan biarkan diriku dihancurkan oleh suara yang bahkan tak punya wujud.”
suara bayangan
suara bayangan
Suara Bayangan: (tawa pelan, seperti gema dari dalam jiwa) “Bukan aku yang akan menghancurkanmu… tapi keraguanmu sendiri. Dan di tempat ini, keraguan lebih tajam dari pedang.”
Lian hua
Lian hua
Lian Hua: (berjalan lagi, kali ini lebih mantap) “Kalau keraguan adalah pedangnya… maka keyakinanku akan menjadi tamengnya.”
Lian hua
Lian hua
Langkah demi langkah membawa Lian Hua ke ujung lorong, di mana sebuah cermin besar berdiri sendiri—tinggi, berdebu, dan retak di beberapa sisi. Namun bayangannya di dalam... tersenyum sinis. **Bayangan Lian Hua (
Lian hua
Lian hua
Lian Hua: (berdiri di depan cermin, menatap matanya sendiri) “Aku bukan takut… aku hanya belum selesai mengenal diriku. Dan kalau kau bagian dariku—maka mari kita kenalan.”
bayangan Lin hua
bayangan Lin hua
(Bayangan dalam cermin menyeringai, lalu merentangkan tangan seolah mengundang masuk.) Bayangan Lian Hua: “Kalau begitu, masuklah. Lihat sendiri apa yang tersembunyi di balik matamu—dan tentukan sendiri, apakah kau masih ingin berjalan ke depan.”
Lian hua
Lian hua
Lian Hua mengulurkan tangan… dan menyentuh permukaan cermin. Kilatan cahaya gelap menyelubungi tubuhnya, lalu menariknya masuk. Saat matanya terbuka, ia telah berada di tempat lain—sebuah padang hitam dengan langit berwarna darah. Lian Hua: (berbisik) “Ini... adalah jiwaku?”
suara ayah
suara ayah
(Suara tiba-tiba menggema dari segala arah—suara yang dalam, namun familiar. Suara sang ayah.) Suara Ayah (dalam bayangan): “Kau tak bisa menyelamatkanku, Hua… kau hanya anak kecil waktu itu. Tapi tetap saja, kau lari.”
Lian hua
Lian hua
Lian Hua: (tangannya mengepal, air mata menggenang) “Aku bukan anak kecil lagi… Aku di sini bukan untuk lari, tapi untuk menghadapi semuanya.”
suara ayah
suara ayah
Suara Ayah: (suara penuh penyesalan) “Berani. Tapi ingat, luka lama tidak sembuh hanya dengan keberanian.”
Lian hua
Lian hua
Lian Hua: (dengan suara penuh tekad) “Aku tahu. Tapi aku akan belajar menyembuhkannya... satu langkah demi satu langkah.”
author???
author???
end episode 4 Di dunia bayangan itu, Lian Hua berdiri sendiri, dikelilingi kenangan dan luka yang lama tersembunyi. Gerbang Bayangan telah membawanya pada pertarungan terbesar: bukan melawan musuh, tapi melawan dirinya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!