Diantar 2 Cahaya: Terang Dan Gelap
pelatihan dibalik bayangan
Lian hua
Tiga hari telah berlalu sejak Lian Hua pertama kali melangkah ke Aula Pendeta Langit. Kini ia tinggal di bagian timur kompleks istana—tempat murid-murid pilihan dipersiapkan dalam pelatihan rahasia.
Pagi ini, angin membawa kabut tipis ke halaman latihan. Di tengahnya berdiri seorang pemuda berjubah biru tua, wajahnya dingin, sorot matanya tajam seperti bilah pedang.
???
???
“Kau Lian Hua? Gadis yang disebut-sebut bisa melihat dua cahaya?”
Lian hua
Lian Hua:
(berdiri tenang, menatap pemuda itu tanpa gentar)
“Kalau kau sudah tahu namaku, mungkin sebaiknya kau beri tahu namamu juga… sebelum menilainya dari kabar burung.”
qi yanzhao
Pemuda:
(senyum tipis, tapi matanya tetap tajam)
“Namaku Qi Yanzhao. Murid utama Pendeta Langit. Dan hari ini… aku yang akan mengujimu.”
Lian hua
Lian Hua:
(mengangkat alis, suara dingin)
“Menguji? Maksudmu kau akan menyerangku, lalu lihat apakah aku bertahan hidup?”
qi yanzhao
Qi Yanzhao:
(berjalan pelan mengelilingi Lian Hua)
“Bertahan hidup adalah dasar. Tapi yang akan kutahu… adalah apakah kau bisa memilih saat berada di ambang kehancuran.”
Lian hua
Lian Hua:
(mengatupkan tangan, bersiap siaga)
“Kalau begitu, jangan buang waktu. Aku juga ingin tahu… sejauh apa batasanku hari ini.”
qi yanzhao
Angin tiba-tiba berputar. Qi Yanzhao mengangkat satu jari, dan dalam sekejap—bayangannya sendiri terlepas dari tubuh dan menyerang Lian Hua dari samping.
Qi Yanzhao:
“Pertama… lawan dirimu sendiri.”
Lian hua
Lian Hua:
(terkejut, melompat mundur, lalu bergumam)
“Bayangannya hidup...? Ini bukan teknik biasa…”
qi yanzhao
Qi Yanzhao:
(tegas, tak memberi celah)
“Bayanganmu tahu apa yang kau takutkan. Ia juga tahu apa yang ingin kau sembunyikan. Jadi, hadapilah… atau tenggelam dalamnya!”
Lian hua
Bayangan Lian Hua menyerang cepat, meniru semua gerakannya—namun dengan kekuatan yang lebih tajam, lebih tanpa ragu. Setiap langkah yang ia ambil, bayangan menandingi, bahkan menekan balik.
Lian Hua:
(bernapas cepat, bertahan sambil berpikir)
“Kalau aku menyerangnya seperti musuh biasa… aku akan kalah. Ini bukan tentang kekuatan.”
Lian hua
Lian Hua:
(menutup mata sejenak, lalu membuka perlahan)
“Kalau dia adalah diriku… maka aku harus menerima dia, bukan melawannya.”
Alih-alih menyerang, Lian Hua menurunkan kedua tangannya. Bayangan berhenti, bingung. Mereka saling menatap—dan untuk pertama kalinya, bayangan itu bergerak tanpa niat membunuh.
qi yanzhao
Qi Yanzhao:
(suara datar tapi terlihat heran)
“Kau... merangkul bayanganmu? Bahkan murid-murid lama pun belum tentu bisa sampai pada tahap itu.”
Lian hua
Lian Hua:
(menatap bayangannya yang perlahan kembali menyatu)
“Aku tak sempurna. Tapi aku tak akan menyangkal bagian gelap dalam diriku. Kalau aku ingin berjalan menuju cahaya… maka bayanganku harus ikut.”
qi yanzhao
Qi Yanzhao:
(berdiri tegak, menatap Lian Hua dengan lebih serius)
“Jawabanmu... lebih dewasa dari usiamu. Tapi jangan salah—ini baru permulaan. Ujian berikutnya... tidak akan memberi waktu untuk berpikir.”
Lian hua
Lian Hua:
(tersenyum tipis, napasnya masih berat)
“Bagus. Karena aku juga tidak berniat hidup santai di istana ini.”
qi yanzhao
(Narasi)
Qi Yanzhao mengangguk pelan, lalu berbalik meninggalkan arena latihan.
Namun sebelum benar-benar pergi, ia menoleh sebentar.
Qi Yanzhao:
“Besok fajar, datang ke Gerbang Bayangan. Di sanalah pelatihan sebenarnya dimulai.”
Lian hua
Lian Hua:
(berdiri diam, menatap punggung Qi Yanzhao yang menjauh)
“Gerbang Bayangan, ya...? Sepertinya dunia mulai membuka pintunya sedikit demi sedikit padaku.”
author???
End episode 3
Saat senja turun, langit di atas Istana Utara tampak terbelah oleh cahaya keemasan dan bayangan ungu kelam.
Di kedalaman kompleks, simbol kuno perlahan menyala di bawah tanah, seolah merespons keberadaan Lian Hua.
Tak ada jalan kembali. Dan dalam diam, takdir terus menuliskan kisahnya.
Comments