Dialog Malam

Dialog Malam

By: SBB

Jika hati bisa dipesan, maka akan kupesan dari Batu Pualam yang kokoh dan keras, tak goyah dengan berbagai pukulan. Bukan yang terbuat dari keramik, yang mudah pecah berkeping-keping.

****

Pukul 20.15 waktu yang ditunjukkan jam di dinding. Ketika kulantunkan adzan di telinga kananmu dan iqomah di telinga kirimu.

Ardi datang membawa satu tas peralatan bayi yang telah kausiapkan Di kamar. Membawakan baju ganti dan membujuk Ibu untuk pulang beristirahat. Tapi Ibu menolak, tentu saja, si cantik berambut ikal telah memasung hatinya. Ardi mengalah, dia kembali pulang membawa ari-ari untuk dkuburkan di sisi depan rumah.

Aku merasa kau menahan sesuatu. Meski sudah berpindah ruangan, sebuah ruangan dengan bed dan box bayi tersanding. Sofa berwarna hijau tosca berada di samping dekat pintu. Televisi layar lebar tegak di atas rak. Disamping kiri kanannya, almari lebar lekat di dinding. Sebuah almari dua pintu ada di sebelahnya.

Kuperhatikan bed tempatmu berbaring, memastikan kau nyaman. Infus masih terpasang, oksigen masih tersedia. Kau masih dalam pengawasan ekstra. Perawat ruang baru saja memberikan injeksi pada selang infusmu.

Jam 10 malam ini.

Kau tak berhenti tersenyum memandangi wajah cantik putri kita. Rambutnya ikal seperti harapmu, lebat dan lembut. Bayi yang sehat dengan gerakan yang gesit. Kedua kaki dan tangannya aktif bergerak. Bahkan ia sudah minum ASI darimu.

Ibu meminta si kecil dari rengkuhanmu.

"Sini nduk, Ibu yang gendong,"

Kau biarkan Ibu meraih si kecil lalu kau rebahkan punggungmu.

"Kau terlihat sangat lelah, sayang tidurlah sejenak,"

Kau tersenyum.

"Apakah kau merasa sakit?"

"Cupikkk...."

"Ya?"

"Kau belum kasih nama anak kita,"

"Yang penting kau sehat dulu, lihatlah kau masih terlihat lemah, jangan mikir macam-macam dulu,"

Kau memejamkan mata, menghembuskan nafasmu dengan teratur. Tanganmu terasa hangat, kuraba dahimu.

"Kau demam, sayang"

Kubergegas mengambil air hangat yang tersedia, menyeduh susu hangat di sebuah mug kemudian membawanya kembali ke arah bedmu. Aku kembali duduk, mengulurkan ujung sedotan ke arahmu.

"Minumlah, kau harus segera sehat!"

Kau menurut, menyesap sedikit, kuminta untuk kembali menyesapnya, kau lakukan lagi hingga tinggal separo mug.

Ibu membaringkan si cantik berambut ikal yang telah terlelap, ke dalam box bayi di samping kiri tempatmu berbaring. Menyelimutinya dengan selimut motif bunga sakura. Membetulkan penutup kepala dengan motif yang sama, menyisakan segelombang rambut yang menyembul. Kau dan Ibu terkekeh pelan memperhatikan, ketika putri kecil kita mengkerucutkan mulut mungilnya yang merah.

"Hehehe ... Lucunya cucu Eyang ..."

Kulihat wajahmu dan wajah Ibu begitu suka. Akupun melebarkan senyumku, menjawil gadis kecil yang menjadi pusat perhatian.

"Ibu, Istirahat dulu saja, biar Gie yang menjaga."

"Iya Bu, nanti Ibu capek ...."

"Kamu juga. Cobalah untuk tidur ya, agar cepat pulih."

Ibu kembali mendekatimu dan mengelus kepalamu.

"Ibu tiduran dulu ya,"

Kau mengangguk

Keadaanmu kurasa sangat lemah, wajahmu begitu pucat. Aku mendekatkan tempat dudukku disamping bedmu dan box bayi. Ibu mencoba merebahkan tubuh paruh bayanya di sofa. Ayah telah tiada saat aku masih kuliah semester 3. Kedua kakakku berada di luar kota bersama keluarganya. Hanya Kau dan Aku yang sekarang di sampingnya, tentu saja dengan si kecil kita.

"Cupikkk.... "

Aku mendongak, sesaat tadi kepalaku kuletakkan di bed di samping lenganmu.

"Ya ... pingin apa sayang?"

"Nama anak kita..."

"Bagaimana kalau Aleema Ghafara?"

Sahutku cepat, menyebut nama yang lekat dalam ingatan. Salah satu nama yang pernah kausulkan dalam list nama untuk bayi perempuan, waktu itu.

"Hihihihi ...."

Kau tertawa kecil, kemudian meringis, wajahmu terlihat menahan sakit.

"Kau baik-baik saja kan, Laras? Aku panggil suster ya..."

Aku sudah beranjak dari dudukku, ketika tanganmu menawan.

"Cupikkk tak usah, dah malam,"

Jarum di jam dinding hampir menunjukkan pukul 12 malam tepat, bersamaan.

"Mereka selalu siap dalam keadaan emergency, sayang,"

"Aku baik-baik saja, Cupikk, Ghifa tenang sekali ..."

Aku menoleh ke arah si mungil, hembusan nafasnya terlihat lembut.

"Ia tahu ibundanya butuh istirahat, tidurlah,"

"Cupikkk.... "

"Ya?"

Kurasakan jantungku berdetak lebih cepat. Pendingin ruangan menghembuskan udara sejuk, tapi aku merasa sedikit gerah.

"Jika nanti Ghifa besar, apakah dia akan mengenal Ibunya?"

"Hahaha, apa maksudmu, sayang. Tentu saja Ghifa akan sangat mengenalmu, kau yang mengandungnya selama 9 bulan, mengajaknya selalu bersyukur memikmati alam, memberinys ASI Dan menyanyangi. Tidak ada alasan untuknya untuk melupakanmu,"

Kulihat senyummu pedih.

"Berjanjilah padaku Cupikk, kau akan membawanya bermain ke bangku taman, tempat kita biasa menatap senja,"

"Tentu saja, kita akan kembali mengajaknya berjalan-jalan, seperti yang kita impikan, mengajaknya menikmati siomay Bang Karyo,"

"Hehehe, dengan saus kacang yang banyak..."

Kuusap punggung tanganmu.

"Tidurlah, agar kembali sehat. Kita akan melewati hidup bahagia bersama Ghifa."

"Cupikk, apakah Ghifa akan menjadi gadis yang cantik?"

Tanganmu terayun, melewati batas boxbayi, dan membelai pipi Ghifa.

"Tentu saja, Ghifa akan menjadi gadis berambut ikal yang cantik, yang menutup auratnya sepertimu, menjadi gadis Sholehah yang membanggakan."

"Apakah cita-citanya besok, ya Cupikk?"

"Hahaha, dia bebas mengejar cita-citanya biarkan ia terbang setinggi langit, karena doa kita mendampingi,"

Kau tersenyum.

"Kira-kira apa makanan kesukaannya, selain siomay Bang Karyo?"

Aku kembali tergelak.

"Menurutmu apa?"

"Dia suka makan semua jenis buah, tapi dia paling suka dengan jus tomat."

"Yess! Lalu?"

"Dia suka semua jenis ikan kecuali Lele,"

"Ehemmm, akan kucatat ini, hahaha,"

"Lalu?"

"Dia suka nasi yang sedikit lembek, hingga kurang suka dengan nasi goreng. Tapi gadis kecilku menyukai sop berkuah dengan banyak sayur,"

Katamu begitu yakin, tetap sambil membelai pipi mungil si kecil berambut ikal yang cantik. Kau Ibunya, itukah yang membuatmu mampu membaca sifat dan karakternya yang akan datang?

"Dia akan sedikit tomboy, Cupikk. Suka bermain permainan anak laki-laki. Jangan marahi dia, jika pulang dengan penuh noda lumpur karena mencari belut di sawah."

"Hahaha, kau sungguh lucu, Laras,"

Kau melemparkan senyummu untukku.

"Tapi dia akan menjadi gadis yang sangat lembut, pada Ayah dan Eyangnya ... serta sangat sayang pada keluarganya,"

Aku mengangguk. Kuraih tanganmu, dan kutatap lekat matamu.

"Ya, sayang. Kita akan mendampinginya tumbuh dewasa, bersama. Berjanjilah padaku,"

Aku tak sadar kata-kata itu meluncur begitu saja, aku berharap sepenuh jiwa kita akan melalui semuanya bersama. Tapi mengapa satu sisi jiwaku merasa perih dan terluka? Namun kulihat kau mengangguk. Membalas tatapanku dengan yakin. Kemudian kulihat kau mencoba memejamkan mata. Hembusan nafasmu terlihat mulai teratur. Kuusap-usap punggung tanganmu hingga kuyakin kau telah tertidur. Hingga kurasakan, kelopak mataku pun berat, dan ikut terpejam.

next episode ....

Terpopuler

Comments

KIA Qirana

KIA Qirana

🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗

2021-09-04

1

🌈𝕻𝖊𝖑𝖆𝖓𝖌𝖎🥰

🌈𝕻𝖊𝖑𝖆𝖓𝖌𝖎🥰

bagus bnget ceritanya 👍
semangat nulisnya thor

2021-02-17

1

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

aleema ghafara namanya cantik kakak

laras kuat yahh😭

2020-12-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!