BAB 3

Helena hanya bisa menghela nafasnya dan memegang dadanya yang terasa doain, air mata nya seakan tidak pernah bisa dia ajak kompromi, mengalir sendiri tanpa bisa dia tahan.

"Apakah aku ini anak angkat sampai ayah memperlakukanku seperti ini, apa aku hanya anak yang tidak diinginkan sampai ayah tak pernah percaya padaku?? ". Tanya dalam hati.

Dia mendongakkan kepalanya menatap langit-langit berharap dia bisa mencari kepingan hatinya yang hancur lebur selama ini.

"Aku harus kuat, aku harus bertahan disini, aku adalah anak kandung ayah, setidaknya jika aku tidak bisa memiliki ayah, aku harus tetap mempertahankan diriku sebagai ahli waris ayah dan juga ibu. walau harus terus-menerus tersiksa seperti ini".

Benar, dia bertahan dirumah ini sampai dia dijadikan ahli waris sah, dia mendapatkan saham dari ibunya dan juga perusahaan keluarga ibunya, usianya yang belum legal untuk mendapatkan apa yang menjadi haknya, dia akan mendapatkan semua itu ketika dia berusia 22 tahun.

Dia menghapus air mata nya dengan kasar, dan melangkah menuju meja belajarnya untuk membuat karya karena akan dipresentasikan, jika sampai kakak tirinya melihat pekerjaannya dia yakin, dia akan membuat dirinya dalam masalah, dia akan mengambil pekerjaannya dan akan dibawah ke kampus.

"Aku beruntung karena aku sudah mengganti kunci kamarku, mereka tidak akan bisa masuk kedalam tanpa kunci dariku".

Dia mengobati luka-luka ditangannya dan juga di lututnya, pertengkaran nya dengan ayahnya tadi membuatnya lupa jika dirinya tengah terluka.

Sore harinya, dia keluar dari kamarnya setelah dia mengunci kamarnya, karena dia tahu kakak tirinya itu akan berusaha masuk kedalam kamarnya mengambil pekerjaannya itu.

Dia mengambil makanan karena dia belum makan siang dan dia akan makan tapi acara makan siang nikmat yang ingin dia rasakan akhirnya berakhir karena orang yang yang paling dia benci mendekati nya.

"Enak banget tuan putri kalau lapar tinggal makan saja, kau pikir ini hotel?? ". Soraya kini mendekati dirinya yang kini tengah makan.

"Tentu, ini rumahku, semua yang ada disini milik ibu dan ayahku, mau aku hancurkan pun tidak ada yang bisa melarangku, benalu itu harus tahu diri, siapa itu??, Pasti tahulah". Ucapnya dengan acuh dan juga santai

"Dasar anak kurang ajar, kau menghina ku dan menyebut ku benalu?? ". Soraya kini berang dan mendekati anak tirinya itu dan hendak menamparnya.

Helena menangkap tangan itu dan menghempaskan nya dengan kasar, selama ini dia diam karena ibunya selalu mengajarinya untuk menghormati yang lebih tua, tapi dia sudah lelah dan akan melawan setelah ini.

"Yang kukatakan benar, aku putri kandung disini, rumah ini adalah rumah tempat tinggal ayah dan ibuku sebelum kalian datang dibawah ayahku, ingat anakmu itu bukan apa-apa dan siapa-siapa disini, jadi jangan besar kepala apalagi berharap jika anakmu yang akan jadi pewaris, jangan mimpi!! ". Ucapnya menatap ibu tirinya dengan tatapan mengejek.

"Jangan kurang ajar pada mamamu Helena, dia itu mamamu sekarang, dia istri ayah". Wahyu menatap tajam anaknya yang kini berani.

Dia turun dari kamarnya dan melihat keributan sehingga dia menghampiri keduanya yang bersitegang. Dia tidak tahu sejak kapan anaknya ini berani melawan orangtua seperti ini, bahkan berkata kasar pada orang lebih tua padahal dia tak pernah melakukannya.

"Yang saya katakan itu kebenaran tuan Wahyu yang terhormat, saya diam ketika dia menghina ibu, saya diam ketika dia memukul ku dengan alasan mendidik, aku diam saat anaknya menghancurkan semua pekerjaan rumahku dan merebutnya, kenapa??, itu karena saya menghormati anda, tapi pernah anda melakukannya pada saya??".

Helena menggeleng dan menatap nanar sang ayah dan juga tatapan tajam membalas tatapan ayahnya itu.

"Ingat tuan Wahyu, saya anak kandung anda, sekalipun anda memberikan seluruh warisan anda kepada anak perempuan ini, saya tidak akan kehilangan banyak, silahkan saja!!, tapi anda harus ingat, rumah ini adalah rumah yang diwariskan almarhumah ibuku untukku, jika anda punya malu sedikit anda pasti tidak akan mau tinggal disini setelah apa yang anda lakukan padanya selama ini".

Wahyu menatap anaknya dengan tidak percaya, bagaimana bisa anaknya mengusirnya secara halus dari rumah ini, apa dia tahu sesuatu?? ". Pikirnya.

"Jangan kurang ajar, rumah ini, rumah ayah!!, kau tidak berhak melakukan apapun disini, aku ini ayahmu!! ". Wahyu menghampiri sang anak dan menggebrak meja dengan penuh emosi.

"Ayah lupa, jika usiaku sudah 18 tahun??, Ayah tidak lupakan, jika pembacaan wasiat ibu sudah dilakukan, ayah pikir aku tidak tahu isinya?? ". Helena menatap ayahnya dengan tatapan mengejek.

Deg.. Perasaan Wahyu mulai tidak enak, pantas saja anaknya kini mulai berani, dia rupanya sudah tahu dan membaca salinan wasiat itu.

" Apa maksudmu?? ". Tanyanya dengan bibir bergetar menahan emosi.

"Aku sudah berusia 18 tahun ayah, dulu saat aku masih kecil wasiat itu dibacakan tanpa aku tahu dan setelah usiaku 18 tahun , sesuai wasiat ibu, salinan wasiat itu diberikan kepadaku agar aku tahu, apa yang menjadi hakku dan juga milikku".

Helena menatap sinis sang ayah yang menelan salivanya menatapnya tanpa berkedip. Dia yakin ayahnya tidak akan menyangka anaknya yang lugu dan pemaaf kini berubah jadi anak pembangkang

"Anak kecil yang selalu ayah tindas ini sudah dewasa ayah, dia sudah bisa membela dirinya sendiri, aku tidak melawan ayah karena pesan ibuku, tapi tidak dengan kedua benalu itu, aku tidak akan tinggal diam ketika dia menghinaku, apalagi menghina ibuku".

Helena bangkit dari duduknya, selera makannya mendadak hilang karena pertengkaran ini.

Tapi saat dia melangkah tangan ayahnya mencekalnya dan dia bisa melihat rahang ayahnya mengeras tanda siap untuk memberinya pelajaran.

"Silahkan pukul aku ayah, setelah ini, akan ku pastikan ayah menyesal karena memukul ku, ingat, aku masih dilindungi undang-undang perlindungan anak dibawah umur, aku sudah bisa melaporkan perbuatan ayah".

Helena menepis tangan ayahnya kemudian berlalu dari hadapan mereka yang melihatnya dengan penuh emosi.

"Kenapa papah diam saja??, anak itu semakin kurang ajar dan keterlaluan pah, dia sudah menginjak-injak harga diri kita sebagai orangtua". Sungut Soraya dengan sangat kesal.

Dia menatap tajam suaminya dengan nafas memburu, dia tidak terima dihina dan direndahkan seperti itu.

"Diamlah, jangan membuat pertengkaran dengannya, dia bisa mengusir mu dari sini". Ucap Wahyu dengan helaan nafas panjang.

"Apa maksud papa bicara begitu??, bagaimana bisa aku diam saja??, dia menghina ku dan juga anakku". Soraya menatap tajam suaminya dengan penuh emosi.

"Kamu yang selalu melakukannya padanya, dia hanya belajar dari caramu memperlakukan nya, dia sudah besar dan dewasa, bukan lagi anak kecil yang bisa kita perintah dan perlakuan seenaknya, aku akan membuat dia patuh tanpa harus mengasarinya, dan kau jangan ganggu rencanaku, bersikaplah baik padanya ". Wahyu pergi dari hadapan istrinya.

"Dasar sialan, kau pikir akan akan tinggal diam dia memperlakukan ku seperti ini, tidak akan, akan ku pastikan dia menyesal karena berani memperlakukan ku seperti ini". Geramnya sambil melempar semua piring yang ada .

"Aku harus bisa membuat Wahyu menyerahkan warisannya kepada Sintia anakku, tidak akan kubiarkan diriku dan anakku tidak mendapatkan apapun

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!