Tommy?

Airin tiba dirumah. Dengan cepat kakinya melangkah menghampiri sang Paman dan Bibi yang sedang asik menyeruput teh hangat di meja makan. Raut wajah Airin yang terlihat emosi, menimbulkan tanda tanya dari Susan, sang Bibi

"Kamu kenapa?."

"Sekarang Airin tau Tante, kenapa Tante ngotot minta Airin nikah sama Pak Benny..."

"Karena kalian punya hutang kan? Iya?."

"Kamu udah tau?."

"Iya! Airin tau dari Pak Benny sendiri! Tadi dia ngikutin Airin, maksa Airin buat ikut sama dia!..."

"Sebenarnya Om dan Tante punya hutang apa sih? Kenapa sampai Airin harus nikah sama orang itu?."

"Itu semua kami lakukan dengan terpaksa, demi kamu, buat kamu..."

"Memangnya kamu fikir, kamu bisa hidup berkecukupan dan sekolah sampai setinggi ini karena siapa? Karena kami."

"Oh ya? Demi Airin, Tante? Dan sekarang Airin yang harus bayar semuanya?."

"Bagus kalau kamu paham arti balas budi."

"Enggak! Pokoknya Airin nggak mau nikah sama orang itu."

"Jangan membantah!..."

"AIRIN!!!."

Susan berteriak kesal, cangkir teh miliknya ia banting sampai tidak berbentuk, "Anak ini, gak tau terima kasih..."

"Sudah bagus kita rawat dia dari kecil sampai sekarang..."

"Berani-beraninya dia membangkang."

•••

"Apa, Rin? Jadi kemarin bapak-bapak itu dateng ke restoran?." Pertanyaan Vina dibalas anggukan Airin 

"Dia nggak masuk sih, tapi diluar, terus ngikutin aku."

"Ih, creepy bgt. Itu orang udah gila kali, ya?."

"Entah lah, gak ngerti aku."

"Ya, aku bingung aja sih, Rin. Kamu sering cerita katanya orang itu berusaha deketin kamu terus, tapi kenapa, ya?."

"Hutang. Karena hutang."

Airin terdiam, ia enggan menjawab pertanyaan sahabatnya itu. Tidak mungkin ia memberitahu alasan Benny mendekatinya.

Sambil bersandar dan menyeruput minumannya, kedua mata Airin menatap sosok laki-laki yang baru saja keluar dari mobilnya. Ia adalah Tommy, mantan kekasihnya saat SMA. Laki-laki yang sempat mengisi hatinya selama dua tahun, namun harus pergi karena satu kesalahan fatal yang dibuat oleh laki-laki itu.

Vina melirik Airin sejenak sebelum menyadari sesuatu hal. Hal yang membuat Airin tidak mengalihkan tatapannya sedikit pun dari Tommy.

"Cieee." Vina mulai menggoda Airin 

"Ngeliatin siapa, tuh...?"

"Mantan terindah, ya? Hehehe."

"Ck, nggak ada yang namanya mantan terindah..."

"Karena kalo terindah, nggak bakal jadi mantan."

"Ya, ya juga, sih..."

"Terus kenapa ngeliatin Tommy sampe lupa kedip begitu?."

"Nggak apa-apa. Cuma..."

"Luka yang dia kasih masih belum bisa aku lupain."

"Udah ah. Jangan dibahas."

Keduanya kembali fokus pada ponsel masing-masing. Cukup lama, sampai mereka tidak menyadari sosok Tommy sudah duduk pada kursi dihadapan mereka. Lebih tepatnya, di depan Airin yang seketika terkesiap dengan kedatangan laki-laki itu.

"Tommy? Kamu ngapain?." Airin bangun dari duduknya. Sungguh, ia malas berurusan lagi dengan laki-laki itu. Entah apa yang membuatnya datang menghampiri.

"Rin? Duduk dulu." Vina menahan tangannya, namun Airin tetap melenggang meninggalkan kantin. Di susul Tommy yang berlari dibelakangnya

"Rin, tunggu." Tommy berhasil menahan tas nya, membuat Airin kesal

"Apa lagi, Tom?."

"Kamu jangan salah paham dulu..."

"Ada yang mau aku omongin ke kamu."

"Apa?."

"Aku ngundang kamu ke pernikahan aku sama Bella."

"Oh? Pernikahan ya? Jadi Bella udah lahiran?."

"Ya." Suara Tommy berubah pelan, namun nada penyesalannya terdengar jelas. Tentu saja, karena ia sudah menghianati gadis setulus Airin dengan berselingkuh dengan wanita lain sampai menghasilkan seorang bayi.

"Maafin aku, Rin. Aku tau kamu nggak akan pernah bisa maafin aku."

"Terus? Kenapa kamu undang aku ke acara itu? Nggak cukup udah nyakitin aku?".

"Ini permintaan Bella, Rin. Dia mau ketemu sama kamu."

"Buat apa? Buat ngejek aku? Karena dia berhasil rebut kamu dari aku? Begitu?."

"Enggak, Rin-"

"Stop. Aku kasih tau dari sekarang kalo aku nggak akan datang."

Airin pergi begitu saja. Tidak peduli Tommy meneriakkan namanya berkali-kali,

"Udah gila, dia. Sengaja banget mau nyakitin aku lagi."

BRUK

"Adrian?!." Airin panik seketika. Karena emosi yang meledak, ia berjalan sangat cepat tanpa memperdulikan sekitar. Ia tidak sengaja menabrak Adrian di tikungan koridor, membuat dahi laki-laki itu memar karena terbentur tembok

"Ya Tuhan, ini gimana?." Airin bergumam, ia semakin panik, "Adrian? Maaf ya. Aku nggak sengaja..."

"Sakit, ya?."

"Nggak apa-apa, Rin. It's ok."

"Maafin aku." Ucap Airin penuh penyesalan. Karena dirinya Adrian terluka

"Nggak perlu minta maaf, cuma luka kecil..."

"Lo mau kemana buru-buru gitu?."

"Eum, nggak kemana-mana, tapi..."

"Gara-gara Tommy, jadi begini."

"Oh iya, aku baru inget, aku harus pulang sekarang..."

"Adrian? Aku pergi dulu."

"Sekali lagi aku minta maaf." Dan lagi, Airin melesat dengan cepat

"Ya, ok."

"Entah siapa yang ketabrak lagi kalo lari-larian begitu." Adrian bergumam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya

•••

Yuk yuk, seperti biasa jangan lupa tinggalkan jejak

Terimakasih dukungannya♥️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!