Hutang Apa?

"Ayah..."

"Ibu..."

"Gimana kabar kalian?..."

Airin menarik nafas panjang, kedua kakinya pun turut bersila diatas tempat tidurnya

"Airin mau cerita, Yah, Bu..."

"Hari ini Airin capek...banget..."

"Resto lagi banyak orderan, banyak yang makan di tempat juga..."

"Kuliah sambil kerja bener-bener menguras tenaga..."

"Tapi mau gimana lagi, Airin harus jalanin ini kan?..."

"Maafin Airin ya, Ayah, Ibu, kalo Airin ngeluh terus..."

"Entah kapan Airin bisa ceritain hal yang bahagia ke kalian."

Airin menaruh bingkai foto yang ada ditangannya. Matanya menatap jam dinding sambil menutupi tubuhnya dengan selimut

"Jam sebelas..."

"Aku harus tidur..."

"Karena besok tanggal merah, jadi aku ke resto pagi-pagi..."

"Biar pulang gak terlalu malam..."

"Semangat Airin."

Hendak mematikan lampu tidur disebelahnya, Airin dikejutkan dengan suara gebrakan pintu kamarnya. Suara keras terdengar dari luar, suara Susan, bibinya, melengking hebat memanggil namanya. Airin bergegas, ia ketakutan dengan apa yang terjadi disana.

"Tante?..."

"Ada apa, Tante?."

"ADA APA?! ADA APA?!."

"KAMU KENAPA NGGAK DATANG KERUMAH PAK BENNY, SIH?."

"BOHONGIN TANTE, LAGI."

"KAMU SENGAJA YA MAU BIKIN TANTE MALU?!." 

Airin mematung mendengar ucapan Susan. Ia sadar telah membuat kesalahan dengan berbohong dan ingkar janji. Tentu ada alasan dibaliknya mengapa Airin melakukan itu semua.

"Maafin Airin, Tante..."

"Iya, sebenarnya Airin gak datang kerumah Pak Benny..."

"Airin cuma gak mau dipaksa terus sama Tante..."

"Airin pengen bebas, pengen tentuin hidup Airin sendiri."

"ENAK AJA!..."

"TANTE DAN OM YANG BIAYAI HIDUP KAMU DARI KECIL..."

"KALO BUKAN KARENA KAMI, KAMU NGGAK BISA SEKOLAH SAMPAI SETINGGI INI..."

"DAN CUMA TANTE YANG BERHAK NGATUR HIDUP KAMU..."

"MINIMAL KAMU TAU ARTI BALAS BUDI. PAHAM?!..."

Susan melenggang setelah puas berteriak, membuat Airin menghela nafas panjang sambil memijat keningnya 

"Kenapa sih Tante ngotot banget pengen nikahin aku sama Pak Benny?."

•••

Restoran tempat Airin bekerja masih ramai oleh pengunjung. Adanya beberapa menu baru menjadi daya tarik dari restoran yang perlahan-lahan terkenal di kalangan dari berbagai generasi saat ini. Airin mengencangkan tali apron dipinggangnya sebelum mengantarkan menu selanjutnya.

"Silahkan." Ucap Airin sambil tersenyum setelah menyajikan makanan diatas meja. Namun senyumnya semakin lebar setelah seorang wanita paruh baya memasukkan beberapa lembar uang kedalam saku apronnya.

"Untuk kamu..."

"Semangat kerjanya ya, Nak."

"Wah, terimakasih banyak, Oma."

Sambil memeluk nampan ditangannya, tidak henti-hentinya Airin tersenyum sambil terus bersyukur. Memang rezeki tidak akan kemana dan tidak akan tertukar, Airin selalu menerima berapa pun "tips" dari pengunjung restoran yang membuatnya semakin semangat untuk bekerja.

Beberapa jam telah berlalu, Airin sedang bersiap untuk pulang kerumah. Teman yang akan melanjutkan pekerjaannya pun sudah datang dan bersiap. Lega rasanya setelah melewati jam kerja yang terasa panjang dan melelahkan. Tidak sabar rasanya bagi Airin untuk segera membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur.

"Akhirnya pulang juga..."

"Gak sabar nyampe rumah. Capek banget."

TIN TIN TIN TIN 

Suara ribut klakson mobil menghentikan langkah Airin yang hendak mencari angkutan umum disisi jalan. Airin berbalik ke sumber suara, menatap sosok dibalik kemudi mobil mewah berwarna hitam yang perlahan berjalan kearahnya.

"Itu kan?..."

"Pak Benny?..."

Airin terkesiap, ia panik seketika, "Duh, aku kabur kemana nih."

Airin bergegas pergi, berlari sekencang mungkin menghindari mobil Benny yang terus membuntutinya. Namun sayang, usahanya gagal karena mobil itu berhasil menghadang, membuat si pemilik turun dan menghampirinya tanpa jarak.

"Hey, Airin..."

"Mau kemana lagi kamu?."

"Pak? Saya-"

"Diam! Kamu jangan banyak bicara..."

"Bisa-bisanya semalam kamu nggak datang kerumah, saya..."

"Kamu dengar, ya. Om kamu itu, si Pandu, dia sudah memberikan kamu ke saya..."

"Karena apa? Karena dia tidak bisa membayar hutang-hutangnya pada saya."

"Hutang? Hutang apa?."

"Bapak ngomong apa? Maksudnya-"

"Kamu bisa tanya Pandu nanti. Sekarang kamu ikut saya."

"ENGGAK!." Airin berteriak sambil menghempas tangan Benny yang hendak menyentuhnya

"Jangan melawan saya, Airin!."

"Saya nggak mau ikut Bapak!."

•••

Gimana gimana?????

Siapa yang makin penasaran sama ceritanya? jangan lupa tinggalin jejak ya biar aku Makin semangat up chapter baru...

Terimakasih Banyak guyysss ♥️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!