BAB 4 : Teror

Berita tentang pembobolan di apartemen salah satu penyanyi terkenal Valeri Evania sudah tersebar di media sosial juga televisi. Jadilah pagi ini ponsel Valeri sudah berdering meski si cantik itu belum membuka matanya.

Dia mengulurkan tangannya dan meraba nakas di sampingnya. Dia mengambil ponselnya dan langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelponnya.

“Hallo?” sapanya dengan suara serak bangun tidur

“Val, apakah berita itu benar? Bagimana keadaanmu sayang?” tanya ayahnya beruntun di telpon.

Valeri langsung melompat bangun dan duduk di ranjangnya, “Daddy?!” tanyanya kaget

“Valeri sayang, jawab Daddy, apakah yang diberitakan di televisi benar? Apartemenmu di bobol?” ulang ayahnya

Valeri menghembuskan nafasnya, dia lupa memberikan kabar pada orang tuanya di Selandia Baru tentang kejadian semalam. Jadi sudah pasti saat orang tuanya melihat kabar itu dia sosial media dia pasti kaget.

“Iya dad. Tapi kebetulan aku sedang tak di rumah. Aku baik-baik saja dad” jawab Valeri menenangkan

“Lalu semalam kamu tidur dimana nak?” Ayahnya sungguh khawatir dengan keadaan puterinya yang tinggal jauh darinya dan isteri demi karir dan cita-citanya.

“Aku tidur di hotel dad. Frank dan yang lain juga tidur disini bersamaku . Jangan khawatir. Polisi dan tim keamanan apartemen sudah mengatasinya” jawab Valeri

“Siapa yang melakukannya Val? Apakah kamu memiliki musuh?”

“Entah Dad. Aku mencoba mengingat siapa yang sudah ku singgung, tapi aku tak bisa mengingatnya. Kita tunggu saja hasil penyelidikan dari kantor polisi”

Valeri memilih bangun dan berjalan pelan menuju kamar mandi. Dia menghidupkan air di bathup dan meninggalkan kembali ke kamar.

“Valeri, ini mommy sayang. Bagaimana kondisimu?” ucap seorang wanita paruh baya di seberang telpon

“Val baik mom. Jangan khawatir ya.” Jawab Valeri lembut

“Kamu yakin? Perlu kami terbang ke London sekarang?” tanya ibunya lembut

“Enggak perlu mom. Semua sudah di atasi polisi setempat kok. Lagian Frank juga berada di sekitarku terus kan.” Jawab Valeri

“Lalu bagaimana dengan Arthur? Apakah dia juga menemanimu sayang?”

“Ehm, Arthur sedang ada pekerjaan di luar negeri mom. Tapi aku sudah memberitahunya, dan dia berjanji akan segera kembali. Jadi mommy tenang saja ya. Aku baik-baik saja.” Jawab Valeri yang tentu saja berbohong.

Arthur kekasihnya bahkan tak bisa dihubungi sejak semalam. Valeri bahkan semalam harus menangis seorang diri karena kecewa dengan kondisinya. Baru kali ini ada ketakutan, cemas, kecewa dia rasakan bersamaan. Selalu saja Arthur Calvin menjadi sangat susah dihubungi jika sudah pamit ada pekerjaan di luar negeri. Biasanya Valeri akan bisa memahami, namun sekarang disaat kondisinya benar-benar membutuhkan dukungan seorang kekasih, lagi-lagi Arthur Calvin tak muncul. Bahkan sampai pagi ini Arthur belum menghubungi Valeri. Bukankah seharusnya dunia maya sudah gempar dengan berita itu?!

“Mom, sudah ya? Aku sudah harus mandi dan bersiap. Aku ada pemotretan siang ini” jawab Valeri menyudahi telpon itu.

“Baiklah. Hati-hati sayang. Selalu hubungi mommy dan daddy ya nak”

“Pasti mom. I love you mom”

“I love you more baby girl”

Valeri memutuskan sambungan telponnya. Dan dia mencoba peruntungannya dengan menghubungi Arthur lagi, namun nihil. Ponsel Arthur Calvin belum juga aktif. Jadilah Valeri menghembuskan nafasnya lelah dan dia meletakkan begitu saja ponselnya. Valeri masuk ke kamar mandi dan dia mulai bersiap untuk melakukan pekerjaannya hari ini.

***

Valeri sudah duduk di restaurant hotel untuk sarapan, ditemani oleh asistennya Frisca juga manajernya Frank. Dia sengaja memilih sarapan di restaurant karena dia ingin suasana yang berbeda. Dia tak ingin berdiam diri di kamar dan justru membuat pikirannya melanglang buana memikirkan kasusnya dan Arthur Calvin kekasihnya.

“Boleh aku bergabung?” tanya suara baritone

Valeri yang sedang menyendokkan makannya mendongak dan tersenyum, “Silahkan tuan” jawabnya manis

Lelaki yang adalah Jeriko Sky itu duduk di kursi kosong tepat di samping Valeri. Dia meletakkan sarapannya dan mulai makan. Dia memang juga menginap di hotel yang sama dengan acara Robert Davidson diadakan. Dan tanpa sengaja dia melihat sosok Valeri saat memasuki restaurant, sehingga dia memilih untuk bergabung dengan penyanyi cantik itu.

“Aku sudah melihat beritanya, apakah kamu baik-baik saja?” tanya Jeriko

Valeri tersenyum dan mengangguk pelan, “Ya, terima kasih atas perhatiannya tuan”

Jeriko mengangguk pelan, “Apakah kamu membutuhkan perlindungan?”

Valeri menaikkan alisnya menatap lelaki di sampingnya itu, “Maksud anda?”

Jeriko mengedikkan bahunya, “Semacam pengawal”

Valeri mengerutkan keningnya, “Maksud anda, anda menawarkan saya jasa pengawalan? Kenapa menurutmu aku memerlukannya?”

Jeriko menaikkan sudut bibirnya, dia menghentikan makannya dan meletakkan sendoknya sebelum dia menjawab pertanyaan Valeri.

“Karena menurutku yang dilakukan semalam itu salah satu bentuk terror.” Jawab Jeriko santai

Valeri menaikkan alisnya, mulai tertarik dengan percakapan ini. “Boleh aku memanggil namamu saja tuan?”

Jeriko mengangguk sekali, “Silahkan. Maka aku akan memanggil namamu. Zoe?”

Valeri mengerutkan keningnya, “Zoe? Kenapa memanggilku Zoe?”

“Bukankah namamu Valeri Evania Zoe?” tanya Jeriko

Valeri mengangguk, “Tapi aku biasa dipanggil Val atau Valeri”

Jeriko mengangguk, “Kamu tidak suka dipanggi Zoe. Oke”

Valeri menggeleng cepat, “Bukan – bukan! Aku hanya tidak biasa”

Jeriko tersenyum tipis, “Berarti boleh aku memanggilmu Zoe?”

Valeri mengangguk, “Terserah kamu saja. Boleh kita kembali ke topik Iko?”

Jeriko tersenyum semakin lebar, “Iko, manis juga. Oke, kembali ke topik. Menurutku itu adalah suatu terror, dan untuk itu aku menyarankan kamu memiliki pengawal”

“Apakah ini karena kamu sedang memasarkan perusahaanmu?” tanya Valeri curiga

Jeriko terkekeh mendengar ucapan Valeri, dia mengelap bibirnya karena dia sudah menyelesaikan makannya, “Aku tak perlu melakukan pemasaran apapun untuk jasaku. Bahkan banyak orang mencariku tapi aku menolak mereka. Jadi seharusnya kamu bahagia karena aku yang menawarimu jasaku.”

Valeri mengerucutkan bibirnya, belum berniat menjawab ucapan Jeriko. Tapi Jeriko sudah bangkit berdiri. Dia merogoh jas yang dia gunakan lalu mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam sana. Dia meletakkannya di meja dekat gelas minuman Valeri.

“Hubungi aku jika kau membutuhkan bantuanku Zoe.” Ucapnya sebelum dia beranjak dari tempatnya

Valeri menatap kepergian Jeriko dengan diam. Dia belum bisa memutuskan apapun karena seujujurnya dia buta dengan hukum dan segala pelanggarannya. Dia belum memiliki ide harus melakukan apa.

Valeri menoleh pada Frank yang duduk di sampingnya, “Bagaimana menurutmu Frank?”

Frank menyeruput kopinya sebelum dia menatap Valeri, “Aku sudah dihubungi pihak kepolisian yang menangani kasusmu semalam. Dan mereka tak menemukan bukti apapun. Semua bersih. Bahkan pintu unitmu tidak di bobol, tak ada kerusakan sama sekali. Artinya penyusup itu tau password pintumu.”

Valeri mengurut keningnya, “Lalu apa kata manajemen?”

“Pihak label sudah mengirimkan pengacara untuk mewakilimu. Dan kita akan mendapatkan perkembangan kasusnya nanti.” Jawab Frank

Valeri menghembuskan nafasnya, dia mengambil kartu nama milik Jeriko dan memberikannya pada Frank. Lalu dia bangkit berdiri dan mengajak kedua orang yang ikut makan dengannya untuk pergi juga karena dia harus segera bekerja.

Valeri masih memikirkan seluruh kejadian itu di mobil van yang membawanya ke sebuah studio foto yang ada di London. Dia harus melakukan pemotretan siang ini dan malamnya dia harus mengisi di sebuah radio untuk menyanyi sekaligus promosi lagu barunya.

Ponselnya berdering dan Valeri mengambilnya dengan malas, dia melihat dan nama Arthur tertera di layar ponselnya. Valeri langsung menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponselnya ke telinganya.

“Halo?” sapanya

“Halo sayang? Aku baru saja mendapatkan beritanya, apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arthur dengan nada panik

Senyum tipis menyembang di bibir Valeri, “Hmm, aku baik. Apakah kamu sangat sibuk sampai ponselmu baru aktif sekarang?”

“Ah maafkan aku sayang. Semalam setelah meeting ponselku low batt dan aku baru mencharge nya pagi ini. Sayang, semalam kamu tidur dimana?” tanya Arthur

“Di hotel. Apakah kamu bisa segera pulang Arthur?”

“Ehm aku usahakan ya sayang. Apakah kamu mau menginap di apartemenku saja? Daripada berbahaya tinggal disana?”

Valeri menghembuskan nafasnya, “Nanti ya aku pikirkan”

“Kita bisa bertukar tempat sayang jika kamu enggan serumah denganku.” Usulnya

Valeri mengernyit, “Maksud kamu? Kita bertukar tempat?”

“Ya, jika kamu keberatan serumah denganku. Kita bisa melakukan itu sayang.” Jawab Arthur.

Frank yang duduk di samping Valeri langsung menggeleng cepat saat mendengar ucapan Valeri tentang ide bertukar tempat tinggal dengan Arthur. Gila saja, apartemen yang sekarang ditempati Valeri memiliki kelas jauh di atas yang ditempati Arthur. Lalu dengan gampangnya dia meminta Valeri bertukar apartemen dengannya.

Valeri menghembuskan nafasnya, “Aku akan pikirkan nanti Arthur. Aku harus melanjutkan pekerjaanku dulu”

“Kamu bekerja sayang? Bukankah seharusnya kamu beristirahat?” tanya Arthur

“Aku ada pemotretan dengan Arion. Tidak bisa diundur juga. Lagipula aku sudah tidak apa-apa”

“Baiklah. Aku akan segera menyelesaikan pekerjaanku dan pulang secepatnya” janji Arthur

“Hmm, kutunggu” balas Valeri

Valeri memutuskan sambungan telponnya. Lalu dia bangkit berdiri dan langsung meninggalkan Frank. Dia sedang tak ingin mendengarkan semua ocehan manajernya itu. Dia harus bekerja dan berhenti berpikir tentang semua kekacauan terakhir.

Dia memanggil Frisca untuk membantunya bersiap untuk pemotretan. Dia saat ini sedang melakukan pemotretan untuk memasarkan sebuah brand sehingga semua konsep sudah diatur dan dia hanya perlu menjalankannya saja.

Tak lama Valeri sudah masuk ke dalam studio foto dan mulai melakukan pekerjaannya. Dia sudah cukup sering bekerja sama dengan Arion Steiner jadi tak butuh waktu lama untuk Valeri mulai menyamankan diri dan berhasil mengambil pose-pose sesuai arahan Arion Steiner.

Setelah satu jam dia berpose, Valeri mendapatkan waktu istirahatnya hingga satu jam kemudian mereka akan mengganti konsep dan pakaiannya. Valeri baru saja duduk dan berbicara sedikit dengan orang wardrobe, asistennya datang dengan membawa sebuah kotak.

“Val, ada yang mengirimkan hadiah untukmu. Bagaimana fansmu tau kau akan ada pemotretan disini hari ini!” gerutu Frisca

Valeri menoleh dan mengucapkan terimakasih untuk pihak wardrobe, baru dia berjalan mendekati asistennya.

“Dari siapa sih? Ya udah tolong bukain dong” ucap Valeri yang kembali mengambil botol air mineral dan meminumnya.

Frisca mengangguk dan dengan santai membuka kotak kado yang memang tidak dibungkus terlalu ribet. Frisca bahkan cukup menarik pitanya dan membuka penutupnya. Tapi jeritan Frisca menarik perhatian banyak pihak.

“AARRGGHHH!” Frisca melemparkan kotak yang dia pegang

Valeri langsung ikut melemparkan minumannya dan hendak menghampiri asistennya sampai matanya memandang kotak yang terlempar tadi. Bangkai ayam berhamburan masih dengan darah segar. Dan ada kertas bertuliskan, “TUTUP MULUTMU ATAU MATI!”

Terpopuler

Comments

Nyaim

Nyaim

parah kali ini kayaknya cowok nya valerie de

2025-06-26

0

Nyaim

Nyaim

ckckckckk siapa yg teror cobak...

2025-06-26

0

Mưa bong bóng

Mưa bong bóng

Got me hooked, dari awal sampe akhir!

2025-06-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!