Andai bukan bujukan sang Mama Ana tidak mungkin menikah dengan Kevin yang merupakan kekasih Elen. Sayangnya, Ana bahkan baru tau fakta itu setelah pernikahan menginjak satu bulan.
Meski begitu semua orang tetap memaksanya untuk bertahan termasuk Elen sendiri. Dengan tidak tahu malu pasangan itu bermesraan di hadapan Ana tanpa memikirkan perasaan Ana. Bahkan Kevin meminta Ana mengaku hamil di tahun pertama pernikahannya padahal yang hamil adalah Elen.
Kevin ingin menjaga nama baik dirinya dan juga kekasihnya dengan menggunakan Ana sebagai tameng.
"Kamu harus umumin kalau kamu sudah hamil Ana." Ucap Kevin.
"Kenapa harus aku? Sedangkan yang hamil selingkuhan kamu Mas." Jawab Ana lantang.
PLAK
"Jaga bicara kamu Ana! Yang salah di sini itu kamu seharusnya kamu sadar diri." Ucap Elen yang tidak terima di sebut sebagai selingkuhan.
"Terserah kamu mau bicara apa Ana tapi yang jelas kamu harus umumin masalah kehamilan kamu itu dan setelah anak Elen lahir kamu akui sebagai anak kamu. Aku tidak menerima penolakan Ana." Tegas Kevin.
"Sampai kapanpun aku tidak setuju Mas." Jawab Ana.
"Baik kalau kamu tidak setuju tapi jangan salahkan aku kalau aku berhenti memberi uang bulanan sama Mama kamu." Ucap Kevin santai.
Jika uang bulanan di hentikan maka sang Mama akan marah besar dan sudah pasti Ana akan di siksa oleh Mamanya. Telapak tangan Ana mengepal dengan kuat karena sudah pasti dia akan jadi sasaran empuk kemarahan sang Mama. Ana tidak terima itu, mau tak mau di akhirnya menerima dan lagi-lagi Ana bertindak seperti orang bodoh karena Kevin tahu titik kelemahan Ana yaitu Mamanya.
Kini pintu gudang kembali tertutup setelah sang Mama kembali menyiksanya, Ana segera memohon untuk tidak di kurung kepada ibunya alih-alih merasa kasihan justru ibunya menendangnya.
"Ma aku mohon jangan tinggalkan aku di sini, aku tidak salah Ma." Mohon Ana.
"Mama akan kurung di sini sampai kamu mengakui kesalahan kamu! Selama kamu gak mau mengaku kamu akan tetap di sini." Jawab Sang Mama.
"Ma jangan Ana mohon! Mama kenapa tidak bisa percaya sama aku padahal aku anak kandung Mama, tolong jangan perlakukan aku seperti ini Ma." Mohon Ana dengan tangis pilu.
"Mama tidak sudi mengakui perempuan jahat seperti kamu sebagai anak." Jawab sang Mama.
Suara langkah sang Mama sudah meninggalkan gudang itu. Cahaya yang tadinya masuk ke dalam gudang kini sudah hilang berubah menjadi gelap. Ana merasa ketakutan apalagi di dalam gudang itu sangat kotor dan juga bau apalagi banyak sekali tikus dan kecoa yang bersarang di sana.
Sedangkan di dalam rumah Elen menunggu di ruang tamu menunggu kedatangan ibu tirinya.
"Ma...." Panggil Elen saat melihat sang Mama sudah kembali dari gudang.
"Gimana sama Ana Ma?" tanya Elen.
"Kamu tenang saja sayang Mama sudah kasih dia pelajaran. Selama dia tidak mau mengaku maka Mama tidak akan pernah melepaskannya." Jawab sang Mama.
"Tapi Ma Ana kan takut gelap bagaimana kalau dia ketakutan di gudang?" Tanya Elen lagi.
"Biarkan saja itu hukuman untuk dia. Siapa suruh dia buat cucu pertama Mama cacat." Jawab sang Mama.
Elen memeluk sang ibu sambung, diam-diam dia tersenyum miring.
"Dasar perempuan bodoh mau saja aku manfaatin, padahal aku cumi bilang kalau ada orang tidak sengaja mendorong ku sehingga anak yang aku lahirkan cacat. Tapi dengan bodohnya dia malah menyalahkan anak kandungnya sendiri sebagai pelakunya." Batin Elen.
"Elen." Panggil Kevin.
Pelukan keduanya sontak terurai dan keduanya reflek menoleh ke arah laki-laki yang selama satu minggu ini berada di luar kota karena pekerjaan.
"Bagaimana keadaan kamu dan anak kita? Maaf aku tidak ada di samping kamu saat kamu melahirkan." Ucap Kevin sambil memeluk pujaan hatinya.
"Aku baik-baik saja Vin. Tapi, hiks hiks anak kita." Elen tiba-tiba menangis di pelukan Kevin.
"Ada apa dengan anak kita?" Tanya Kevin.
"Lebih baik kamu lihat sendiri saja." Tunjuk Elen ke arah box bayi yang ada di ruang tamu.
Kevin menelan ludahnya kasar, tak lama kemudian dia berjalan mendekati box bayi berwarna biru itu.
Degh
Kevin sangat terkejut saat melihat kondisi anaknya. Salah satu mata anaknya tidak terbuka dan bibir anaknya sumbing.
"Ba.... bagaimana mungkin!" Lirih Kevin syok. Ia nyaris kehilangan keseimbangan tubuhnya.
"Aku juga gak tau Vin padahal selama ini aku sudah memberi yang terbaik untuk nya saat dalam kandungan. Tapi tetap saja anak kita....." Lirih Elen.
Kembali Elen menangis tersedu-sedu, Kevin segera menghampiri Elen dan kembali memeluknya untuk memberinya kekuatan.
"Jangan menangis sayang kamu gak salah." Hibur Kevin. Padahal dalam hatinya dia sendiri berpikir bagaimana cara dia menjelaskan kondisi bayinya kepada kedua orang tuanya yang masih di luar negeri. Pastinya kedua orang tuanya keberatan dengan kondisi cucu nya yang terlahir cacat padahal ini adalah cucu pertama di keluarganya.
"Semua ini gara-gara Ana Vin! Dia yang sudah mencelakakan anakmu dan Elen." Ucap Lastri yang merupakan ibu kandung Ana dan ibu sambung Elen.
"Apa? Bagaimana bisa?" Kaget Kevin.
"Selama Elen hamil Ana tidak benar-benar merawatnya bahkan dia sengaja menumpahkan air ketika Elen lagi jalan dan Ana mendorong Elen hingga terjatuh." Ucap Lastri.
Amarah Kevin seketika memuncak kala mendengar Ana penyebab anaknya terlahir cacat.
"Keterlaluan! Ana benar-benar kurang ajar dia harus di beri hukuman karena sudah berani mencelakakan anakku." Emosi Kevin.
"Tahan Vin! Mama sudah memberikan Ana hukuman. Mama sudah kurung Ana di gudang." Jawab Lastri.
"Mama benar Vin, Ana sudah di hukum. Jadi kamu gak perlu ikut turun tangan. Lagipula kamu baru pulang dari luar kota, kamu pasti capek. Sebaiknya kamu istirahat saja di kamar." Bujuk Elen.
Kevin berusaha untuk meredakan emosinya dia sangat mendengar kata-kata Elen. Bahkan dia bersedia menikah dengan Ana karena bujukan Elen.
"Kalau kamu menikah dengan Ana, maka perusahaan kamu kemungkinan akan maju pesat Vin. Ana itu pinter dan otaknya brilian, kamu bisa memanfaatkan untuk menaikkan tangga kesuksesan." Rayu Elen kala itu saat masih berpacaran dengan Kevin.
"Tapi bagaimana dengan kamu sayang, kamu kan tau sendiri kalau aku sangat mencintai kamu dan aku gak ingin kamu sakit hati karena permintaan konyol kamu." Jawab Kevin kala itu.
"Aku siap menunggu hingga kamu mencapai puncak kesuksesan Vin." Ucap Elen tersenyum.
Dan pertunangan pun terjadi hingga lanjut ke pernikahan. Selama dua tahun menikah Ana hanya di anggap sapi perah oleh Kevin dan juga keluarganya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments