Di lapangan yang sangat luas banyak pemain sedang berburu kelinci bertanduk yang menjadi monster mob di daerah ini.
Walaupun seharusnya kelinci bertanduk adalah monster kedua terlemah setelah slime di game, tapi para pemain yang sebagian besar berlevel 1-5 masih sangat kesulitan dengan kelinci level 2-4.
“Di sini sangat ramai, lebih baik aku mencari tempat yang agak sepi”
Aku berjalan melewati para pemain lain yang tengah melakukan grinding. Melihat aku yang pergi ketempat perburuan tanpa senjata, beberapa pemain menertawakan ku.
“Oy nona apa kau baru pertama kali bermain game vr, kau terlihat seperti….”
Tanpa memperdulikan perkataannya aku terus berjalan. Menyadari jika telah diabaikan pemain itu menjadi geram, dengan penuh emosi dia berusaha menyerang ku.
“Dasar noob, dengarkan kalo orang berbicara”
Aku segera bergerak kesamping untuk menghindari sabetan pedang pemain itu.
[Pemain stevan telah melakukan serangan, kau diijinkan untuk melawan untuk membela diri]
Senyum lebar terbentuk di wajahku saat melihat nama pemain yang telah menyerang ku. Di kehidupanku yang sebelumnya dia Adah salah satu pemain guild kami yang menjadi penghianat. Aku tidak menyadarinya karena penampilannya berbeda dengan yang aku ingat.
Aku tidak akan pernah melupakan tawanya saat dia mendengar Miki telah meninggal ketika semua anggota guild mengadakan reuni di dunia nyata.
‘Ah, beraninya kotoran seperti dia muncul lagi di depanku’
Kemarahan mulai menguasai ku, saat melihat Stevan mencoba menyerang ku lagi. Tapi dengan cepat aku memakai [soul scratch gauntlet] yang langsung terpakai di lengan kiri.
Triiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing
Suara benturan terdengar saat aku menahan pedang Stevan dengan lengan yang sudah terlindungi oleh gauntlet.
“Apa!”
Stevan terlihat terkejut saat tiba-tiba dia melihat gauntlet di lengan kiriku. Tapi beberapa saat kemudian wajahnya berubah menjadi penuh keserakahan.
“Kau menginginkan ini bukan? Ambillah jika bisa” dengan cepat aku menendang perut stevan yang langsung terpental mundur.
-10
Sebuah damage serangan mengurangi kesehatan Stevan.
“Hahaha, teman-teman cepat bunuh wanita sialan ini dia memiliki barang bagus di tangannya”
Mendengar perkataan Stevan, 4 orang yang merupakan anggota party dengannya mengepungku.
“Hehe, nona gauntlet mu terlihat bagus bolehkah aku pinham” ucap seorang pemain yang memiliki tubuh kekar
“Hey, jangan seperti itu aku yang pertama melihatnya” Stevan terlihat khawatir jika dia tidak mendapatkan bagian.
“Diam kau brengsek, kau masih berhutang padaku”
“cih”
Seperti hewan kelaparan, mereka terus menatap gauntlet ku dengan air liur yang menetes. Mereka merasa sangat yakin jika aku tidak akan bisa melawan.
“Sebaiknya kau cepat serahkan seluruh perlengkapan mu sebelum kami bertindak kasar”
Pria kekar itu mengulurkan tangannya berniat untuk meraih pundakku, tapi dengan cepat aku mencakar lengannya.
Sraaak
-61
-61
-61
-73 critical
-61
“Brengs…..”
[Level up]
Lima kerusakan sekaligus muncul di atas kepalanya saat cakar di setiap jariku menggores lengan pria kekar itu. Kesehatannya langsung terkuras habis membuatnya tewas seketika.
“Uwaaa, aku tidak menyangka jika setiap cakar akan menghasilkan damage tersendiri. Kupikir hanya akan di hitung satu serangan”
Levelku juga naik, tapi aku tidak pernah mengira jika naik level pertamaku akan disebabkan oleh membunuh pemain lain.
Aku terus memperhatikan lengan kiriku yang terdapat noda darah. sementara itu Stevan dan 3 anggota partainya menjadi sangat waspada saat melihat aku membunuh temannya dengan sekali serangan.
“Sial, serang dia bersama-sama”
“Mati kau j*lang”
Stevan dan 3 orang yang tersisa bergegas menuju ke arahku sambil bersiap menebas pedang mereka. Serangan dari semua sisi, aku tidak akan bisa menghindari Semua.
Terang
Jraaaas
Jraaaas
Jraaaas
-23
-20
-17
Aku hanya bisa menangkis satu serangan dari orang yang terlihat paling kuat sedangkan yang lain berhasil melukaiku dan memotong kesehatanku hingga tersisa 60%. Mencoba melawan balik aku mencakar dada pemain yang serangannya telah aku tahan.
-61
-76 critical
-68 critical
-61
-61
“Gyaaa, f*CK kenapa harus aku…..”
+9
+11
+10
+9
+9
Satu lagi lawan berhasil ku bunuh, dan berkat dari efek lifesteal kesehatanku kembali hingga 85%.
“F*ck, itu item lifesteal”
“Item itu milikku”
“………”
Tanpa menghiraukan temannya yang terbunuh, dua orang semakin bersemangat saat melihat efek lifesteal dari gauntlet ku. Sementara Stevan terlihat masih berpikir jernih dan mencoba untuk menyelamatkan diri.
“Sudah aku bilang, jika kau menginginkannya ambil jika bisa”
Kembali aku melakukan serangan, tapi kali ini hanya 2 orang yang berbalik menyerang ku. Stevan memanfaatkan celah untuk lari karena dia merasa percuma melawan tanpa kesempatan untuk menang.
“Brengsek dia ka…gyaaa”
“Tunggu saja kau”
[Level up]
Mereka perlahan menjadi partikel cahaya saat cakarku membunuh keduanya. Kesehatan ku kembali naik saat menyerang mereka hingga 90%.
“Tsk, sayang sekali dia berhasil lolos. Yah, lagi pula masih ada lain waktu” aku hanya menatap Stevan yang berlari dengan putus asa menuju desa.
Kemudian aku melihat barang yang dijatuhkan 4 pemain yang sudah aku bunuh. Hanya 2 pedang normal yang menambah serangan 2-3 dan beberapa koin tembaga.
“Aku memang tidak begitu berharap dengan apa yang para pemula jatuhkan, tapi naik 2 level sekaligus itu cukup lezat”
Aku merasa puas karena waktu yang harus aku lalui untuk menaikan level menjadi lebih sedikit. Setelah itu aku mulai berburu kelinci bertanduk untuk beberapa saat hingga aku memutuskan untuk mencari tempat berburu lain karena kelinci memberi XP yang sangat sedikit untukku.
“Kurasa sudah waktunya untuk masuk kedalam hutan”
Hutan memiliki beberapa monster dengan level 5-10. Aku kembali teringat saat dikejar oleh 10 serigala sekaligus.
“Jika aku bertemu mereka lagi. Huhuhu, akan aku buat mantel dari kulit mereka”
Dengan dendam pada para serigala, aku mulai berjalan memasuki hutan.
.
.
[Jangan lupa like dan komen guys]
.
.
Dikarenakan monster di hutan memiliki level yang lebih tinggi dari monster disekitar desa membuat banyak pemain yang belum berani memasuki area ini. Jika pun ada itu adalah sebuah party yang biasa terdiri dari 3-6 pemain dengan level 3 ke atas.
“Serang sekarang” seorang pemain yang merupakan pemimpin dari grup party 5 orang memberikan perintah pada anggotanya.
“““Haaaaa”””
3 pemain dengan tombak menyerang seekor goblin secara bersamaan.
“Guyaaaa” goblin itu menjerit kesakitan saat tubuhnya ditusuk dan ditebas hingga akhirnya goblin tidak mampu melawan kematian.
“Kerja bagus semuanya” pemain itu memberikan selamat pada para pemain yang sudah berkerja keras untuk membunuh goblin.
“Aaaarg, game ini sangat pelit bukan? kita sudah berburu 2 jam tapi tapi hanya 1 level saja yang berhasil kita naikkan”
Seorang dengan senjata kapak mengeluh karena levelnya hanya naik sedikit Setelah berburu begitu lama.
“Mau bagaimana lagi seluruh poin XP dibagi rata untuk setiap anggota party, jadi jika kau ingin cepat naik level maka lakukan solo”
Bentak seorang perempuan dengan job mage.
“Tsk, jadi Priest tak berguna ini juga ikut memperoleh XP Walaupun tidak bertempur”
Pemain itu melirik ke arah seorang gadis dengan job Priest yang selalu mendapat perlakuan kasar dari anggota kelompoknya. Sebenarnya bukanya dia tidak berguna, dia selalu melakukan tugasnya menyembuhkan anggota party dengan baik, tapi karena serangan yang dia miliki oleh seorang Priest terlalu sedikit menyebabkan dia tidak terlalu baik saat melawan monster.
“Sudah cukup aku tidak tahan lagi. Aku keluar”
Tidak tahan dengan sikap anggota yang lain akhirnya Priest itu keluar dari pesrty.
“Sialan, setelah mendapat beberapa level kau mau pergi begitu saja” dengan penuh amarah pemain itu menyerang Priest.
“Hahaha, kau ingin keluar? Kau harus menunjukkan tubuh telanj*ng dulu sebagai kenang kenangan” dengan ganas dia berusaha melepaskan baju si Priest.
“Hahaha, benar ambil gambarnya dan sebar ke internet” gadis mage itu menambahkan.
Walaupun si Priest sudah teriak meminta tolong tapi pemain yang lain hanya diam saja, bahkan pemimpin party juga terlihat tidak peduli pada nasib si Priest.
Si Priest berusaha terus melawan tapi sia-sia karena kekuatan pemain itu lebih kuat darinya. Dia mulai menangis saat Paju pemula mulai di rusak.
Wuuuusssss
Braaak
“Guaaaaaak”
-25
Sebuah tendangan meluncur tepat mengenai wajah pemain yang menyerang si Priest.
“Brengsek, siapa itu” teriak pemain itu membuat seluruh party melihat kearah penyerang.
Seorang pemain berambut merah, tanpa membawa senjata hanya sebuah gauntlet melindungi lengan kirinya.
“MATI BRENGSEK, KALIAN SEMUA AKAN MATI”
Teriakkan wanita itu menggetarkan area sekitar, mata tajamnya membuat setiap pemain bergidik ngeri seakan ditatap oleh binatang buas.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Nur Halimah Halimah
ceritaya bagi 🙂🙂🙂🙂🙂
2022-11-20
0
Alreia
.... h
2022-10-12
0
Coka
health lebih simpel dari kesehatan wkwk
2022-07-07
0