Rama sampai menelan ludah berkali-kali, ia masih tidak percaya atas permintaan dari Tuannya tersebut.
Sambil duduk bersandar di atas kursi Sofa ruang Tamu, Tuan Mahesa menunggu jawaban dari Rama.
"Tapi maaf Tuan, apa alasan Tuan ingin menikahkan putrinya Tuan dengan Saya, bukankah Tuan telah tahu kalau saya sudah menikah dan memiliki satu anak!" tegasnya untuk mengingatkan.
Lalu Tuan Mahesa menghela napasnya sejenak."Ya, aku tahu hal itu Rama, aku menerima mu bekerja di sini karena untuk menggantikan posisi pak Syarif, Pamanmu! Mengingat beliau sakit terkena diabetes, Pak Syarif dan dirimu sama-sama memiliki sifat yang baik dan menjunjung tinggi sikap disiplin, sejak pertama kali aku bertemu denganmu, aku langsung suka, dan kau lihat kan sampai sekarang dirimu masih tetap menjadi pegawai ku!" ujarnya berusaha menjelaskan asal muasal dirinya bisa bekerja dengan Tuan Mahesa.
"Tapi maaf Tuan, mengapa anda ingin menikahkan putri anda dengan saya? Saya benar-benar tidak mengerti dengan maksud dan tujuan anda ini!" Rama berusaha mencari jawaban yang logis dari Tuan Mahesa
Akhirnya Tuan Mahesa menceritakan peristiwa naas yang telah menimpa putrinya selama kuliah di luar Negeri, dan saat ini Mayang baru dua minggu menetap di tanah air, Rama sendiri belum pernah berpapasan langsung dengan putrinya Tuan Mahesa, karena keseharian Rama lebih sering berada di perusahaan milik Tuannya.
Rama terkejut tidak percaya dengan musibah yang telah menimpa putri dari Tuannya yang selalu ia anggap baik dan bak dewa penolongnya.
"Kamu cukup memberikan identitas untuk calon cucuku, dan menikah selama dua tahun dengan putriku, setelah itu kau boleh menceraikan Mayang, dan bisa kembali hidup bersama dengan istrimu!" perkataan dari Tuan Mahesa begitu entengnya, sehingga membuat Rama sedikit kesal padanya, baginya suatu pernikahan bukanlah hal yang main-main, pernikahan merupakan suatu ibadah dan itu sangatlah sakral karena berurusan langsung dengan sang Maha pencipta.
"Maaf Tuan, sepertinya saya tidak bisa melakukan hal itu, saya tidak bisa menyakiti Jihan Istriku, selama ini ia selalu setia menemaniku hidup dalam suka dan duka!"
Mendengar Rama berkata seperti itu, Tuan Mahesa sempat kecewa di buatnya, lalu ia mencoba mencari cara lain agar Rama mau menerima tawarannya.
"Aku akan memberikanmu imbalan sebesar 10 M jika kamu mau mengabulkan permintaanku, Rama! Menurutku kamu adalah pria yang pantas dan bisa aku harapkan saat ini, apalagi ini menyangkut nama baik keluarga Lesmana." Tuan Mahesa terus berupaya membujuk Rama agar mau menyetujuinya.
Rama malah terdiam sejenak, saat ia mendengar Tuannya akan memberikan imbalan dengan jumlah yang fantastis, kini ia mencoba untuk memikirkannya kembali, selain itu saat ini ia dan istrinya sangat membutuhkan biaya untuk putra mereka berobat, dan berharap bisa segera di sembuhkan.
"Kalau begitu beri saya waktu, Tuan. Saya tidak bisa memutuskan masalah ini seorang diri, walau bagaimanapun istriku berhak tahu!" jawabnya dengan penuh ketegasan.
Seketika senyum cerah terbit di bibir Tuan Mahesa
'Itu sebabnya aku memilihmu Ramadhan, kau begitu menyayangi keluargamu dan sangat bertanggung jawab, apalagi masalah pekerjaan, kau sangat berdedikasi dan juga ulet, aku suka type pria sepertimu, harusnya Mayang mencari calon suami seperti dirimu, bukannya si brengsek itu!' keluhnya dalam hati.
Menjelang malam, setelah selesai mengantarkan Tuan Mahesa sampai di rumahnya, akhirnya Rama bergegas pergi menuju Rumah Sakit, dimana istri dan Putranya masih berada di sana.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam." jawab Jihan berbarengan dengan Adnan, putra semata wayang mereka.
Kemudian keduanya mencium punggung tangan Rama secara takzim.
"Bagaimana keadaan Adnan hari ini, Jihan?" tanyanya sembari mengusap kepala putranya dimana rambutnya kian menipis, sampai terlihat kulit kepalanya yang samar, kali ini sekujur tubuh putranya terdapat ruam berwarna merah dan cukup banyak.
Tiba-tiba Adnan mengalami gatal-gatal kembali di sekujur tubuhnya.
"Jangan di garuk nak, ingat apa kata pak Dokter tadi!" Jihan mencoba memperingatkan putranya
"Tapi ini gatal sekali Bun!" jawabnya yang terus saja menggaruk-garuk di sekitar area tangan dan sekujur tubuhnya, tak lama Adnan mengalami sesak nafas, Jihan dan Rama menjadi panik di buatnya dan Rama bergegas pergi memanggil Dokter.
Tak lama Dokter datang dan langsung melakukan tindakan terhadap putra mereka
Jihan kembali menangis saat menyaksikan putranya tersiksa seperti itu, pikirnya mengapa dunia begitu tidak adil terhadap seorang anak kecil yang tak berdosa, rasanya ia ingin sekali yang menggantikan posisi putranya.
Setelah mendapatkan penanganan dari tim medis, akhirnya kondisi Adnan bisa kembali normal dan ia langsung tertidur dengan pulas karena telah di bantu oleh ventilator, yakni alat bantu napas.
Lalu Jihan serta Rama diminta untuk segera menghadap Dokter Jonathan, Dokter spesialis Reumatologi yakni spesialis alergi dan imunologi.
"Dok, bagaimana dengan keadaan putra kami?" Rama bertanya dengan raut wajahnya yang panik, sedangkan Jihan terus menggenggam tangan suaminya, hanya suaminya lah yang bisa membuatnya untuk selalu tegar.
"Jadi begini Pak Ramadhan dan juga Ibu Jihan, kondisi pasien saat ini sudah memasuki tahap kronis, jika tidak segera ditangani lebih intensif, maka penyakit ini akan semakin terus menggerogoti organ vital lainnya, saat ini saja pasien sudah terserang di bagian paru-paru, atau biasa di sebut Rheumatoid Arthirtis yakni pasien mengalami sesak napas disertai gatal-gatal di kulit dan juga terdapat ruam, alangkah baiknya kalian selaku orang tuanya pasien mengikuti saran yang pernah saya katakan tempo hari, karena sudah banyak pasien Auto imun yang berhasil selamat dan sembuh, kenapa saya sampai menyarankan hal ini, itu semua karena keponakan saya juga salah satu pasien di rumah sakit tersebut, meskipun memang tidak bisa menggunakan jaminan asuransi kesehatan apapun baik swasta ataupun Negeri, tapi sistem pengobatan di rumah sakit Edelweis memang sudah tidak diragukan lagi!" tuturnya.
Akhirnya setelah selesai mendapatkan penjelasan serta diagnosa dari Dokter Jonathan, Rama kembali teringat akan tawaran dari Tuan Mahesa, dan ia cukup ragu membicarakan masalah ini terhadap Jihan sang istri.
Kini keduanya duduk di kursi ruang tunggu pasien, tak lupa Jihan menanyakan soal pinjaman dana terhadap suaminya.
"Jadi bagaimana Mas, apakah Mas Rama sudah mendapatkan pinjaman dari Tuan Mahesa?" Jihan terlihat antusias menanyakan hal tersebut.
Kemudian Rama malah diam mematung, entah kenapa lidahnya terasa kelu untuk mengatakan syarat yang telah diajukan oleh Tuan Mahesa, ditambah jumlah imbalan yang sangat fantastis dan tentunya bisa merubah kehidupan keluarga kecilnya serta membawa putranya berobat di Rumah Sakit Edelweis, sesuai rekomendasi dari Dokter Jonathan.
Rama sempat menghela napas sampai berkali-kali, dadanya bergemuruh ia takut seandainya Jihan mengetahui syarat yang pastinya akan menghancurkan perasaanya.
"Mas, kok malah diam sih? Bagaimana mengenai pinjaman dana kepada Tuan Mahesa? Apakah beliau mau membantu kita? Aku butuh jawabanmu sekarang Mas, sudah tidak ada waktu lagi untuk kesembuhan putra kita, Mas dengar sendiri kan tadi Dokter Jonathan memberikan diagnosa dan saran seperti apa?" Jihan seolah mendesak suaminya akibat keputusasaan yang kian menguasai dirinya. Rasa takut kehilangan akan sosok putranya semakin menghantui pikirannya.
Akhirnya Rama dengan mantapnya mengatakan kepada sang istri atas syarat yang telah diajukan oleh Tuan Mahesa.
Sambil mencengkram kuat kedua bahu istrinya, akhirnya Rama mulai mengatakannya.
"Tuan Mahesa akan membantu semua biaya pengobatan putra kita dan memberikan kehidupan yang layak untuk kita, asalkan aku mau menyanggupi syarat darinya, yakni...!" seketika perkataannya melayang di udara, dan tentunya membuat Jihan semakin di selimuti rasa penasarannya
"Apa syaratnya Mas, ayo cepat katakan?" pintanya sudah tidak sabar.
Kemudian Rama kembali menghela napasnya."Syaratnya aku harus mau menikah dengan putrinya Tuan Mahesa, karena ia telah hamil di luar nikah dan kekasihnya tidak mau bertanggung jawab!"
Deg!
Sontak perkataan dari Rama bagaikan petir yang telah menyambar dirinya, sakit itu sudah pasti, Jihan pun langsung terdiam tak bergeming, air matanya jatuh semakin deras, tangisnya pecah tanpa bisa ia tahan.
'Yaa Rabb...cobaan apalagi ini? Mengapa semuanya begitu berat!' jeritnya dalam hati.
Bersambung...
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
꧁♥𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
ujian yg berat utk jihan
2025-06-07
1
Nar Sih
hadir kak
2025-06-06
1