Chapter 1.3

Perjalanan kembali berlanjut. Karena status kami sebagai budak, kami dipisahkan dari para pedagang dan ditempatkan di kereta yang berbeda — kereta barang yang sempit dan gerah. Di dalamnya, ada enam orang termasuk aku.

Di antara kami ada seorang anak laki-laki seumuranku, dua pria dewasa, serta dua goblin — satu wanita dan satu pria. Kami duduk berdesakan di antara peti-peti kayu yang berisi barang dagangan. Udara di dalam terasa berat, bercampur bau keringat dan kayu lapuk.

Salah satu pria dewasa, yang bernama Lumin, membuka percakapan.

“Kota mana arah tujuan kita kali ini?” tanyanya dengan suara berat.

Zephyr, yang baru saja masuk ke dalam kereta, menjawab, “Kita akan berlayar menyeberangi Wilayah Barat.”

Aku mengangkat alis. “Tunggu… itu berarti kita akan menuju Pelabuhan Perhubungan kak?”

Salah satu goblin yang duduk di sudut ikut menimpali, “Bukankah wilayah di sana melarang perbudakan?, kenapa kita harus kesana”

Zephyr mengangguk. “Benar. Tapi kita hanya akan mengantarkan barang dagangan ini, lalu kita kembali lagi ke Timur.”

Sejenak, harapan kecil muncul di wajah beberapa orang di dalam kereta ini. Namun, Zephyr segera melanjutkan dengan nada yang lebih dingin, “Jangan berharap kalau mereka dengan mudah melepaskan kita.”

Suasana di dalam kereta langsung berubah muram. Tidak ada yang berkata apa-apa lagi dan semuanya langsung terdiam.

Aku menyandarkan kepalaku ke dinding kayu yang keras dan lapuk mencoba mengatur pikiranku kembali tenang. Pelabuhan Penghubung… jika di Wilayah Barat perbudakan itu ilegal, mungkinkah ada kemungkinan kecil bagi kami untuk melarikan diri?

Tapi sebelum aku bisa berpikir lebih jauh, suara roda kereta yang berderak di atas tanah berbatu mengingatkanku pada kenyataan.

Tentu saja itu tidak mudah, selagi kutukan ini masih ada pada kami. Yang ada kematian lah yang akan kami semua alami bagaimana caranya. Kecuali sang majikan membatalkan kutukannya.

Satu bulan berlalu. Kota demi kota telah kami lewati dan akhirnya kami tiba di Pelabuhan Penghubung satu-satunya pelabuhan yang menghubungkan dua benua, menghubungkan wilayah Timur dan Barat.

Begitu tiba, aku langsung merasakan betapa sesaknya tempat ini. Para pedagang, migran, dan awak kapal berdesakan, masing-masing sibuk dengan urusan mereka. Teriakan tawar-menawar terdengar di segala penjuru, bercampur dengan deru ombak dan derak kapal yang bersandar.

Aku mengamati keadaan sekitar. Kenapa mereka tidak membangun pelabuhan di tempat lain? Dengan kondisi sepadat ini, jelas sekali bahwa tempat ini sudah melebihi kapasitasnya. Namun, aku segera menyadari alasannya.

Pengendalian Ekonomi.

Satu-satunya pelabuhan berarti satu-satunya titik kontrol. Siapa pun yang menguasai Pelabuhan ini akan memiliki kendali penuh atas perdagangan antar benua.

Sayangnya, akibat kepadatan ini, perjalanan kami tertunda. Kami gagal mendapatkan tiket pelayaran hari ini dan terpaksa harus bermalam di sini.

Seorang pengawal pedagang mendekati kami, membawa seonggok pakaian usang, lalu melemparkannya begitu saja ke arah kami.

“Ganti pakaian kalian dan bermalam lah di sini. Jangan buat masalah.”

Aku menoleh ke tempat yang dimaksud. Gudang.

Jadi, mereka benar-benar memperlakukan kami seperti barang dagangan. Bahkan binatang ternak mungkin mendapat tempat yang lebih layak.

Lumin, pria dewasa yang sudah lama menjadi budak bersamaku sekaligus orang yang telah menyelamatkanku, menepuk bahuku pelan. “Jangan terlalu dipikirkan, dik. Ayo, kita bersihkan diri dulu.”

Aku mengangguk pelan. “Baik, Kak.”

Terpopuler

Comments

Revv~~

Revv~~

Dalam segi alur memang sangat bagus, ada sedikit yang membedakan dengan novel lain yang bertema sama, dan untuk emosional memang benar kalau kurang terasa ketika menghayati alurnya, cobalah untuk sering " mencari referensi sebanyak"nya untuk menyempurnakan sebuah penggambaran emosional yang lebih mendalam, tetap semangat dalam berkarya ☺️

2025-06-07

15

Arkara Novel

Arkara Novel

koreksi ku(jgn tersinggung ya)
emosi nya masih belum terasa, itu membuat pembaca belum menghayati dan mengikuti alur secara mendalam. juga pacing nya terlalu cepat, transisi pergantian tempat dan juga suasana masih terlalu tiba-tiba, dari sampai, antri tiket, sampai gudang, dan juga pergantian siang ke malam terlalu tiba-tiba... jadi tambahkan sedikit emosi dibagian awal cerita agar pembaca memiliki kesan pertama yg bagus, juga pacing yang sedikit di perpanjang

2025-06-16

2

mfahriiqbal Op

mfahriiqbal Op

semangat bang lanjutin terus sampai official,gw suka ceritanya bng bkalan gw baca terus/Good//Good/

2025-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!