Draft

Novi terdiam dan tampak mencerna apa yang baru saja Satya katakan. la pun mengingat-ingat dan menghitung waktu. Dan rasanya sangat tidak mungkin Yoga telah memiliki putra sebesar ini. "Aku tidak tahu bagaimana kau bisa mengenal Yoga, tapi kuharap kau berhenti menggunakan namanya."

"Anda tidak mempercayaiku?"

"Itu sangat tidak mungkin."

"Detya dan Winda adalah nama kakek dan nenekku. Dan Yume, adalah adik kandung ayahku yang sudah meninggal," terang Satya agar Novi mempercayainya. Tentu saja siapapun yang mendengarnya tak akan percaya dan hanya dengan cara ini ia meyakinkan orang-orang. Jika hal itu masih tak bisa meyakinkannya, ia akan mengatakan kebenaran lainnya.

Novi begitu terkejut hingga menutup mulut. Bagaimana bisa orang asing di hadapannya mengetahuinya? batinnya. Apa ini bagian dari rencana Yoga atau Reza?

Di tempat lain terlihat Shintia yang duduk di bangku taman seorang diri. Seperti biasa ia akan menghabiskan waktu di taman dengan memberi makan burung-burung merpati. Setiap kali menahan rindu, ia akan menghibur diri di tempat itu.

"Boleh aku duduk di sini?"

Sebuah suara membuat Shintia menoleh dan ia mendapati seorang pria tersenyum padanya.

Shintia mengukirkan senyum dan mempersilakan pria itu duduk di sebelahnya. la menggeser duduknya menciptakan jarak antara keduanya.

"Kau sendiri?" tanya pria tersebut menatap Novi dari samping.

Shintia mengangguk. "Satya di toko," jawabnya. la tidak tahu perihal Satya yang mengunjungi Novi dan mengira Satya ada di toko sepatu miliknya. Satya tak serta merta menggunakan harta yang Yoga berikan untuk bersenang-senang atau menjadikannya sumber biaya hidup, ia juga menggunakannya untuk membangun usaha. Kehidupan yang sulit saat ia masih kecil membuatnya berpikir kritis. Sekarang ia memiliki tiga toko sepatu yang menjual sepatu merek ternama.

Pria itu tak berhenti mengamati Shintia yang saat ini kembali memberi makan merpati dengan pakan yang memang sengaja ia beli. Rasanya sudah sangat lama, tapi perasaannya masih sama. Dan sesuatu yang masih sama adalah, keputusan Shintia yang tak bersedia menikah dengannya.

Raska Darius namanya, pria berusia 47 tahun yang merupakan mantan kekasih Shintia. Pria itu telah menikah sebelumnya, namun istrinya telah meninggal. Dan saat takdir kembali mempertemukannya dengan Shintia, perasaannya yang dulu kembali mekar. Dirinya tak pernah melupakan Shintia, andai saja dulu Shintia tak mengandung anak pria brengsek yang tak lain adalah Yoga, mungkin jalan cerita hidup mereka telah berbeda.

"Wajahmu tampak sendu, apa telah terjadi sesuatu?" tanya Raska yang dapat melihat wajah Shintia tak secerah seperti biasanya.

Shintia menoleh. "Ah, benarkah?" tanyanya dengan tangan menyentuh pipi. Apa sangat terlihat jelas? batinnya.

"Ada apa?" Kau bisa bercerita padaku.

Shintia menunduk dan menyunggingkan senyum palsu. "Tidak ada. Tidak ada apa-apa, mungkin karena aku tidak bisa tidur semalam," kilahnya sebagai alasan. Dan alasan sebenarnya tentu saja karena tak bisa berhenti memikirkan Yoga.

"Kalau begitu, apa yang membuatmu tak bisa tidur? Bukan karena aku, bukan?" gurau Raska. la seolah upa berapa usianya sekarang. Apa yang terjadi dengan masa lalunya dan Shintia membuatnya ingin kembali mengulang semuanya.

Shintia tersenyum kecil dan menoleh menatap Raska. "Mungkin," jawabnya yang juga hanya berniat bergurau. Sebenarnya ada perasaan tidak enak saat berhadapan dengan mantan kekasihnya itu. Bukan tanpa alasan, sejak pertemuannya kembali yang tanpa sengaja di hari itu sampai hari ini, sudah beberapa kali Raska menawarkan pernikahan tapi ia selalu menolak. Bagaimana bisa ia menikah dengan Raska sementara bukan dia yang ia harapkan menjadi pendamping hidupnya? Yang ia inginkan dan harapkan adalah Yoga.

"Kalau begitu, apa masih ada kesempatan untukku? Bagaimana tawaranku kemarin?" Entah sudah berapa kali Raska mengatakan hal yang sama meminta Shintia memberinya kesempatan menjadi suami yang baik untuknya.

Lagi dan lagi Shintia harus mendengar kalimat yang sama. la memejamkan mata sejenak kemudian menoleh menatap Raska. "Raska, maafkan aku. Jawabanku tetap sama," jawabnya.

Raska tersenyum kecut dan menggeleng ringan kala ia tertunduk. "Andai saja aku bertemu kembali denganmu sebelum pria itu, apa kau akan menerimaku?"

Shintia amat merasa bersalah sekarang, tapi ia tetap tak bisa menerima Raska hanya karena kasihan. la menunduk menatap dua merpati yang masih menikmati pakan yang ia berikan. "Mungkin iya, mungkin juga tidak. Sejak kejadian itu aku selalu merasa tidak pantas untukmu dan untuk siapapun. Setelah Satya lahir, aku semakin berpikir tidak layak mendapat kasih sayang dari pria manapun. Dan saat aku bertemu dengannya, aku... aku merasa jika bukan dengannya, maka tidak dengan siapapun," ungkapnya mengutarakan apa yang ia rasakan. la telah menceritakan mengenai Yoga namun tidak semua. la hanya mengatakan bahwa Yoga adalah pria brengsek yang dulu menghancurkan hidupnya. Tapi entah kenapa di pertemuan mereka saat Yoga mengakui kesalahannya, bukannya membenci, ia justru menaruh simpati. Dan itu lah yang membuat Raska tidak terima.

"Tapi kau juga berhak bahagia," potong Raska.

"Dia juga mengatakan hal yang sama. Menyuruhku berhenti menunggunya dan mencari kebahagiaan yang masih bisa kudapatkan. Tapi bahkan dengan membayangkannya saja aku tidak bisa."

"Karena kau belum mencobanya. Anggap saja dia tidak pernah ada dan kita bisa kembali seperti dulu," tegas Raska penuh harap.

Shintia tersenyum kecut kala ia kian menunduk. "Seperti dulu yang seperti apa maksudmu? Waktu itu kau juga menuduhku."

Raska terbungkam, saat itu ia tak dapat berpikir jernih mengetahui kehamilan Shintia. Tentu saja siapapun di posisi itu akan berpikir yang tidak-tidak. Walau ia cinta, tapi ia juga sangat kecewa. Hingga beberapa tahun setelahnya ia memutuskan menikah dengan wanita lain. Meski derajatnya sangat jauh di atas Shintia, tapi tak akan mengubah perasaannya yang sesungguhnya.

Shintia bangkit dari duduknya, setengah menoleh pada Raska dan kembali mengatakan, "Aku tak akan pernah berubah pikiran. Bukan karena aku kecewa padamu dulu, tapi... ini menyangkut perasaanku. Kuharap kau tak lagi menanyakan hal yang sama. Jika sekedar menjalin tali silaturahmi sebagai teman, aku tidak akan menolak. Permisi." Setelah mengatakan itu Shintia melangkah pergi meninggalkan Raska yang hanya bisa diam menatap punggungnya yang kian menjauh.

Raska tak berhenti menatap punggung Shintia yang perlahan tak lagi terlihat. Rasanya ia sudah lelah meyakinkan Shintia bahwa ia bersungguh-sungguh dengan nya, sudah lelah menunggu Shintia bersedia menerimanya. Dan sudah lelah mendapat penolakan yang entah sudah keberapa kalinya.

"Agh!" Raska menggebrak bangku yang ia duduki membuat merpati yang sebelumnya makan, terbang tak tentu arah. Harusnya Yoga tak pernah kembali, tak pernah menemui Shintia dan ia pasti masih memiliki kesempatan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!