"Kenapa kau membelanya?" tanya Maya sedangkan Hana dan juga Asanti tak percaya melihat itu. melihat Aldi seorang yang tidak pernah membela perempuan jika di sekolah dan saat ini dia membela Naisa.
Maya adalah saudara dari Aldi makanya dia juga kecipratan kaya. "Siapa yang membelanya" jawab Aldi datar sedangkan Naisa masih berdiri dan menundukkan pandangannya.
"Jika bukan kau siapa lagi yang ingin membela wanita sial ini?" bentak Maya.
"Sudah ku bilang jika aku tidak menyukai penindasan kau mengerti" tegas Aldi karna memang dia sangat membenci penindasan ataupun pembulian.
"Ayo" ucap Aldi sambil menarik tangan Naisa yang masih menunduk itu. Naisa ingin melepaskan tangannya dari Aldi tapi Aldi tetap tak mau melepaskannya.
"Lepaskan" ucap Naisa karna sedikit kesakitan. Aldi pun melepaskan tangan Naisa karna dia juga merasa Naisa sudah aman dari Maya dan teman temannya.
"Hey Naisa" anggil Renald. Naisa menatap ke arah suata begitupun dengan Aldi.
"Kau kenapa?" tanya Renald saat melihat Naisa menundukkan kepalanya seperti orang ketakutan.
"Aku tidak apa apa" jawab Naisa yang masih menundukkan kepalanya.
"Kenapa dia Aldi? apa kau yang membulinya?" tanya Renald menatap lekat Aldi.
"Memangnya kau pernah melihat ku membuli orang?" tanya balik Aldi. Renald berfikir dan menatap Aldi dari ujung rambut hingga ujung kepala.
"Dia tidak membuli ku" ucap Naisa yang memberanikan diri.
"Jadi kau kenapa?" tanya Renald lagi.
"Sudah aku jawab tadi jika aku tidak apa apa" jawab Naisa yng masih menundukkan kepalanya dan itu membuat Aldi yang sedari tadi ingin menatapnya tak bisa.
"Yasudah ayo aku antarkan kau pulang" ajak Renald.
"Aku bisa jalan kaki sendiri" tolak Naisa sopan.
"Bukannya tadi aku sudah berjanji kepada mu bahwa aku akan mengantarkan mu pulang?" tanya Renald.
"Tidak usah aku bisa pulang sendiri" jawab Naisa dan memberanikan diri untuk menatap Renald dan melebarkan senyumnya menghadap ke arah Renald.
Renald tidak menjawab karna dia masih nyaman menatap wajah tersenyum yang sangat langka itu karna biasanya wajah itu selalu bersedih jika di dekatnya.
"Yasudah aku permisi pulang" ucap Naisa dan langsung duduk rlalu meninggalkan Aldi dan juga Renald yang masih menatapnya.
"Hey ayo pulang" ucap Aldi sambil memukul punggung Renald dan itu langsung menyadarkan Renald.
Renald langsung masuk ke dalam mobil Aldi dan duduk di kemudi sedangkan Aldi duduk di samping kemudi karna seperti itulah mereka berdua yang memang sudah bersahabat sangat lama.
*****
Naisa baru saja sampai di rumah dan tidak mendapatkan ayahnya karna menurutnya ayahnya masih berjualan dan diapun langsung masuk ke dalam rumah dan membersihkan tubuhnya.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya Naisa langsung mengganti baju dan belajar karna tadi guru ada memberikan PR kepada kelasnya.
Malam harinya ayah Naisa juga belum pulang dari jualan. Naisa melihat jam dinding yang menunjuk pukul 20:30 dan itu sudah termasuk larut jika ayahnya belum pulang.
"Mana ayah?" guman Naisa yang sedari tadi hawatir dan berjalan bolak balik di dekat pintu rumah itu.
"Aku harus mencari ayah" ucap Naisa dan langsung mengunci pintu rumah untuk mencari ayahnya.
"Ayah" teriak Naisa saat sudah berada di tempat biasanya ayahnya berjualan.
"Mana ayah?" guman Naisa yang semakin hawatir. Naisa kembali menelusuri jalan yang biasanya di lewati oleh ayahnya.
"Ayah" ucap Naisa.
Naisa langsung menghampiri ayahnya yang tergeletak di tengah jalan itu dengan gerobak dagangan yang sudah hancur lebur.
Naisa langsung menangis saat melihat tubuh ayahnya yang sudah berlumuran darah dan tidak sadarkan diri. "Ayah bangun" teriak Naisa yang berharap jika ayahnya itu bangun tapi hasilnya nihil ayahnya tak kunjung bangun dan darah semakin banyak keluar sampai samai baju yang ia kenakan juga kotor akibat darah sang ayah.
Naisa berdiri dan meletakkan kepala sang ayh dengan pelan dan mencari kendaraan umum tapi tempat itu sangatlah sepi dan tidak ada satupun kendaraan yang lewat. "Ada mobil" guman Naisa dan berdiri menghadang mobil itu.
Mobil itu langsung berhenti dan Naisa langsung ke samping dan mengetuk pintu mobil itu. "Tuan tolong ayah saya" teriak Naisa sambil mengetuk kaca mobil itu.
Aldi yang mengendarai mobil itu melihat wanita yang mengetuk kaca mobilnya itu dan akhirnya dia membuka kaca mobil itu. "Ada apa?" tanya Aldin yang belum mengenal dan mengetahui nama Naisa.
"Tolongin ayah saya" ucap Naisa dengan tangis yang menjadi. Aldi sedikit ragu tapi akhirnya dia turun dari mobilnya itu dan melihat jika ayah Naisa tergeletak di tengah jalan dengan banyaknya darah.
Aldi langsung mengangkat tubuh ayah Naisa dan memasukkannya ke dalam mobil. "Naik" ucap Aldi kepada Naisa. Naisa naik ke dalam mobil itu dengan meletakkan kepala sang ayah di atas pahanya dan celana yang ia kenakan itu terdapat banyak sekali darah.
Aldi melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit Aldi memanggil perawat dan para perawat membawa ayah Naisa masuk ke ruangan IGD. Naisa nampak menunggu ayahnya dengan air mata yang selalu keluar tanpa henti dan membuat Aldi kasihan akannya.
Ckleeekk
Pintu ruangan itu terbuka dan keluar lah dokter dari dalam itu. "Bagaimana keadaan ayah saya dok?" tanya Naisa yang nampak sangat hawatir.
"Maafkan kami ayah anda tidak bisa di selamatkan" jawab Dokter itu. Naisa yang mendengar itu langsung mematung air matanya dengan deras membasahi wajah cantiknya itu.
Naisa langsung masuk ke dalam ruangan sang ayah diikuti oleh Aldi. "Ayah jangan tinggalin Naisa sendiri" ucap Naisa yang memeluk erat tubuh ayahnya yang tak bernyawa itu dengan air mata yang tanpa henti mengalir.
"Permisi tuan jenazah akan di mandikan mohon tuan dan nona bisa keluar" ucap salah satu perawat. Aldi mengangguk mengiyakannya dan berjalan menuju ke arah Naisa.
"Ayo kita keluar suster akan mengutus jenazah ayahmu" ucap Aldi kasihan akan Naisa. Naisa mengangguk mengiyakannya dan langsung keluar diikuti oleh Aldi.
Naisa tak henti hentinya menangis di depan ruangan sang ayah dan itu membuat Aldi sangat iba akannya. Perawat sudah selesai mengurus jenazah ayah Naisa dan langsung membawa pulang dengan Naisa yang ikut sedangkan Aldi dia juga ikut tapi membawa mobilnya.
Hari sudah malam dan malam itu juga ayah Naisa akan di makamkan dan banyak sekali orang yang datang menjenguk dan Naisa tidak memperdulikannya dia hanya terus menerus menangis di depan jenazah sang ayah.
"Naisa kau yang sabar nak" ucap salah satu tetangga Naisa. Naisa menghentikan tangisnya karna jenazah ayahnya akan di kuburkan dengan segera.
Setelah selesai menguburkan ayah Naisa semua orang berpamitan tapi tidak dengan Naisa yang masih mau berada di sisi sang ayah dan makam ayahnya Naisa terletak di samping makam ibunya.
Naisa kembali menangis akan kepergian sang ayah sedangkan Aldi dia masih setia menunggu Naisa tadinya dia ingin pulang tapi dia melihat Naisa yang masih mematung di depan makam sendirian makanya dia mengurungkan niatnya untuk pulang.
"Sudah lah, kau harus mengikhlaskan kepergian ayah mu" ucap Aldi yang mencoba menenangkan Naisa. Naisa menatap ke arahnya dengan sedikit kaget karna menurutnya Aldi sudah pulang tadi.
Naisa langsung berdiri dan menundukkan kepalanya di hadapan Aldi. "Kau kenapa masih disini?" tanya Naisa dengan menundukkan kepalanya.
"Memangnya kau berani sendirian di kuburan malam malam?" tanya Aldi. Naisa langsung mengangkat kepalanya dan melihat sekeliling dan benar saja hanya dia dan Aldi lah yang masih di kuburan malam malam seperti ini.
"Ayo pulang" ajak Aldi tanpa menyentuh Naisa dan berlalu terlebih dahulu. Naisa yang sedikit takut akhirnya mengikuti Aldi dari belakang.
Sesampainya mereka di depan rumah. "Terima kasih sudah membantuku" ucap Naisa. Aldi tidak menjawab dan langsung berlalu masuk ke dalam mobilnya tanpa berpamitan.
Naisa langsung masuk ke dalam rumah dan kembali menangis di dalam kamarnya dan akhirnya dia tertidur.
Keesokan paginya
Naisa terbangun dari tidurnya dan langsung menuju ke dapur dengan membawa handuk karna dia ingin bersekolah dan dia juga sudah mengikhlaskan kepergian sang ayah.
Setelah selesai mandi Naisa mengganti pakaiannya dan berangkat kesekolah. Setelah sampai di sekolah Naisa langsung masuk ke dalam kelasnya dan saat dia masuk kakinya tersandung.
"Auuu" rengek Naisa saat merasa sakit di lututnya.
"HAHAHAHAHA" semua orang di kelas itu menertawakan Naisa terutama Maya dan kedua sahabatnya itu karna dialah yang mengerjai Naisa.
"Sakit?" tanya Maya dengan wajah mengejeknya. Naisa tidak menjawabnya dan berusaha ingin berdiri tapi dengan segera Maya menendang tangannya dan akhirnya dia kembali terduduk dan tangannya terasa sakit.
"Auu" rengeknya kembali dengan sangat pelan. Semua orang di kelas itu kembali tertawa.
"Naisa" ucap Renald saat melihat Naisa terduduk di atas lantai dan dengan segera dia membantunya.
"Kau tidak apa apa?" tanya Renald hawatir.
"Aku tidak apa apa" jawab Naisa.
"Apa apaan kau?" ketus Renald sedangkan Aldi dia hanya menatap Naisa datar.
"Dia terjatuh sendiri" jawab Maya.
"Kau pikir aku bodoh?" ketus Renald lagi.
"Kesinikan ponsel mu" ucap Renald keada salah satu murid yang memvidio kan kelakuan Maya terhadap Naisa.
"Ini" ucap Murid itu. Renald menerimanya dan memplay ulang vidio yang di rekam murid tadi.
"Apa ini?" ketus Renald sambil menunjukkan vidio itu kepada Maya.
"Dia memang pantas mendapatkan itu" teriak Maya.
"Pantas dari mana? memangnya dia pernah mengganggu mu?" ketus Renald.
"Dia telah merebut kau dariku" jawab Maya.
"Memangnya kita pernah pacaran?" tanya Renald. Semua murid di dalam kelas itu mengatakan Maya dan Maya merasa malu dan akhirnya dia memilih untuk keluar begitupun dengan kedua sahabatnya karna memang mereka beda kelas.
"Kau tidak apa apa?" tanya Renald hawatir akan Naisa. Naisa menggelengkan kepalanya dan berlalu meninggalkan Renald dan duduk di bangkunya.
"Kenapa dia sekolah? bukannya ayahnya kemarin meninggal?" guman Aldi heran menatap ke arah Naisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
Hadir kembali
bersama "cinta pak bos"😉
semangat dan ditunggu kedatangannya💪😊
2020-12-26
0
Hiatus
like
2020-10-09
1
Tutanuya
semangat thor ....lanjut ..like like
2020-10-07
0