Bab 4. Malam bersama

Bab 4. Malam bersama

   Malam kian tiba, jam menunjukkan pukul 19.00 kurang 15 menit lagi. Nara dan Aiden sudah selesai bersiap, dengan berpakaian sederhana Nara terlihat tetap cantik, begitupun Aiden lucu dan sangat menggemaskan dengan baju setelan dilengkapi hiasan dasi kupu-kupu dilehernya.

   “Nara…” terdengar suara Ibu tiri Nara dari luar pintu kamar Nara.

    Lekas Nara membuka pintu kamarnya.

   “Iya?” Tanya Nara.

   “Rama sudah didepan, segera temui dia.” Perintah Ibu tiri Nara sambil bersidekap dada, seolah selalu meremehkan Nara.

   Nara mengangguk mengiyakan perintah Ibu tirinya.

   “Aiden gantengnya Mama, nanti jangan rewel ya.” Nara tersenyum sambil menggendong Aiden keluar dari kamar mereka.

   Nampak Aiden tersenyum melihat Mamanya juga tersenyum, dia memang masih kecil tapi seperti mengerti keadaan Mamanya.

   Lekas Nara keluar dari kamar menemui Rama yang kini tengah duduk di ruang tamu bersama Ayah Nara.

   “Sudah siap Nara?” Tanya Ayahnya.

   “Iya Yah.” Balas Nara tetap berdiri menggendong Aiden.

   “Lucu sekali cucuku.” Ayah Nara berusaha mengambil Aiden dalam gendongan Nara, tapi justru Aiden yang enggan beralih dari dekapan Mamanya.

   Entah karna jarang mengajak Aiden berkomunikasi, bahkan bisa dihitung jari saat kakeknya itu mau menemani cucunya bermain. Alhasil sekarang merasa seperti tertolak.

   Sebisa mungkin Nara menunjukkan sifat tenangnya, meski didalam dadanya kini detak jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

   “Yasudah ayo kita berangkat.” Ucap Rama sambil beranjak dari duduknya.

   “Sesuai ijin saya tadi ingin membawa Nara dan Aiden makan malam bersama diluar.” Sambungnya ke arah Ayah Nara.

   “Baiklah, kembalikan lagi putri dan cucuku. Kalo sudah siap menikah baru boleh dibawa pergi.” Ucap Ayah Nara sambil menepuk punggung Rama sedikit tertawa meledek.

   Rama mengangguk dan tersenyum mendengar perkataan dari Ayah Nara.

*

*

*

   “Apa kamu mau memilih tempat makan malam sendiri?” Tanya Rama setelah sekian lama diam sambil menyetir kendaraan beroda empat itu.

   “Engga, ikut kamu saja. Aku terserah dan tidak memilih-milih makanan.” Balas Nara sederhana.

   Aiden terlelap dalam dekapan Nara, mungkin karna nyaman berada didalam mobil milik Rama.

   “Lelap sekali Aiden ya.” Kata Rama berusaha mencairkan suasana yang hening.

   “Hem, dia memang jarang jalan-jalan keluar. Kadang aku hanya mendorong pakai sepeda kecil miliknya keliling komplek dirumah.” balas Nara memperhatikan wajah mungil anaknya.

   “Nanti kita sering-sering ajak Aiden bermain diluar.” Sambung Rama lagi sambil memperhatikan Aiden juga.

   Nara tak menyahut lagi, pandangannya kini menerawang keluar mobil.

   “Sepertinya Rama tak seburuk pikiranku, apa karna sudah dewasa jadi tak banyak bualan yang keluar dari mulutnya, melainkan hanya rasa simpati seperti biasa.” Ucap Nara dalam hatinya.

   Sesungguhnya bukan alasan Nara karna perbedaan usia saja yang terpaut jauh, tapi rasa trauma yang Nara rasa masih sepenuhnya ada dalam benaknya.

   Hanya waktu delapan bulan saja, bagaimana Nara bisa secepat itu melupakan semuanya.

*

*

*

   Perjalanan mereka kini tertuju kearah restoran khas makanan lokal. Rama memutar stang mobilnya memasuki area parkir restoran.

   “Kamu mau kalau makan disini?” Pertanyaan dari Rama sebelum benar-benar turun dari mobil.

   “Iya.” Jawab Nara singkat.

   Aiden mulai terbangun dari tidur lelapnya, mungkin merasakan gerakan yang dilakukan Nara turun dari mobil.

*

*

*

   “Biar aku yang menyuapi Aiden.” Pinta Rama kearah Nara yang akan memulai menyuapi Aiden.

   “Apa tidak merepotkan?” Balas Nara dengan pertanyaan.

   “Tidak sama sekali, hal seperti ini yang ingin aku lakukan sejak dulu.” Jelas Rama sederhana.

   “Kamu makanlah dulu.” Sambungnya lagi.

   Kini Nara mulai menyantap hidangan yang ada didepannya, banyak sekali pilihan makanannya, mungkin Rama sengaja agar Nara bisa memilih sendiri apa yang paling disukainya.

   Nara memperhatikan cara Rama dengan sabar menyuapi Aiden, mungkin Rama benar keinginannya dulu memiliki keturunan sangat dinantikan. Buktinya meski sekarang Aiden bukan anak kandungnya, Rama memperlakukannya dengan sangat baik.

   Meski ada sedikit kesusahan dalam menghadapi Aiden yang masih baru-baru mengenal Rama, tapi sedikit banyaknya Rama bisa meluluhkan Aiden dengan usahanya.

   Entah itu trik Rama agar Nara mulai meluluhkan hatinya sedikit untuknya atau murni karna ketulusannya.

   Rama sendiri sudah tiga tahun berpisah dari mantan istrinya, belum juga memantapkan hati untuk mulai mencari pengganti. 

   Mulai mencoba mengenal Nara itupun karna kandidat dari temannya yaitu Ayah dari Nara sendiri. 

*

*

*

   Acara makan malam mereka telah usai, seperti pada umumnya hanya obrolan ringan diantara mereka.

   Sedangkan dirumah, baru saja sampai dan baru Rama pulang. Ayahnya menodongkan pertanyaan, “Tadi kamu langsung dilamar sama Rama, Ra?” Tanyanya.

   Nara mengernyitkan dahi heran, baru juga dua kali bertemu, bukan hanya Nara yang ingin memantapkan hati, tapi pasti Rama juga akan melihat cocok tidak dirinya dengan Nara.

   “Ini baru pertemuan kedua Yah, kenapa sangat buru-buru.” Nara berusaha sabar.

   “Anak muda jaman sekarang kenalan doang lama banget, ini juga bukan pertama kali buat mereka, sudah sama-sama pernah merasakan berkeluarga.” Gerutu Ayah Nara.

   “Langsung tanya saja Mas sama Rama keputusannya, biar dia ngira keluarga perempuan butuh kepastian.” Sambung Ibu tiri Nara, memberi ide sedikit buruk menurut Nara.

   “Betul juga.” Balas Ayah Nara, sambil menganggukkan kepalanya.

   “Jangan Yah, harga diri kita ini dari pihak perempuan.” Bela Nara berusaha mengalihkan pikiran Ayahnya.

   “Kamu diam saja, tinggal ikut apa yang Ayah suruh.” Ucapnya lagi, sedikit menyakiti hati Nara.

   Bukan hanya kali ini pendapatnya tak pernah diterima, mungkin setiap waktu dan setiap peristiwa.

   Nara berpikir kenapa Ayahnya begitu ngotot ingin segera menikahkan dirinya. Apa karna ingin segera melihat Nara keluar dari rumah ini atau mereka benar tak mampu menafkahi anak dan cucunya sendiri.

   “Dia itu dari keluarga lebih baik ekonominya dari pada kita Nara, kamu pasti akan bahagia, dan pasti Aiden tak akan kekurangan.” Ayah Nara berusaha menasehati Nara.

   “Pilihan Ayah kali ini benar, yang dulu Ayah tak mengetahui sifatnya yang suka main tangan, tapi kali ini Rama itu pembawaannya tenang dan tidak banyak bicara.” Lanjutnya.

   “Paham Nara!” Tekan Ayah Nara seolah hak untuk Nara menolak tak ada lagi.

   Nara hanya tersenyum miring mendengar perkataan Ayahnya. Iapun sudah tau jika menolak hanya membuang tenaganya sendiri dan tak akan memperoleh hasil yang menurut Nara benar.

   “Iya, paham kan apa yang Ayah suruh harus Nara lakukan, sekalipun berat untuk Nara.” Balasnya ringan.

   “Tidak ada yang berat, tinggal lakukan dan terbiasa dengan keadaan. Semua semudah itu.” Tegas Ayah Nara egois.

   “Ya sudahlah aku ingin istirahat, agar kuat menghadapi kenyataan.” Ucap Nara sambil berlalu dari hadapan orang tuanya.

   “Seperti biasa, hasil akhirnya akan sama.” Ujar Nara dalam hati.

*

*

*

Episodes
1 Bab 1. Tentang Nara
2 Bab 2. perkenalan
3 Bab 3. Ajakan makan malam
4 Bab 4. Malam bersama
5 Bab 5. Tamu dadakan
6 Bab 6. Lamaran
7 Bab 7. pernikahan
8 Bab 8. Pernikahan yang sendu
9 Bab 9. Hari yang panjang
10 Bab 10. Benih yang mulai tumbuh
11 Bab 11. Hari-hari manis bersama
12 Bab 12— Ketika Diam Menjadi Jarak
13 Bab 13. Sifat perlahan muncul ke permukaan
14 Bab 14. Hari manis bersamamu
15 Bab 15. Perpisahan Sementara
16 Bab 16. bertemu kembali, Mahesa
17 Bab 17. suami yang dingin, mantan yang hangat
18 Bab 18. hal kecil yang memabukkan
19 Bab 19. Luka yang belum kering
20 Bab 20. awal dari cinta yang salah
21 Bab 21. Aku, kamu, kita
22 Bab 22. perang cinta dan batin
23 Bab 23. biar waktu habis bersama
24 Bab 24. malam beriringan
25 Bab 25. malam panjang, tanpa penghalang
26 Bab 26. Apa hubungannya?
27 Bab 27. pikiran mulai melayang
28 Bab 28. bahkan diri ku tak sebanding dengannya
29 Bab 29. Ragu dan penyesalan mulai menguar
30 Bab 30. Apa yang sebenarnya terjadi?
31 Bab 31. penjelasan
32 Bab 32. langkah awal Nara
33 Bab 33. Nara dan Laras
34 Bab 34. Mahesa Adji
35 Bab 35. Investigasi pertama
36 Bab 36. Tuhan, tolong aku
37 Bab 37. Perpisahan Laras dan Nara
38 Bab 38. pandangan yang menjijikan
39 Bab 39. luka yang tak berdarah
40 Bab 40. lika liku kehidupan
41 Bab 41. Rumah Mbak Mirna
42 Bab 42. Lantas, siapa yang benar?
43 Bab 43. pikiran mulai terbuka
44 Bab 44. Satu beban lagi
45 Bab 45. Tamu yang tidak disangka
46 Bab 46. Bukan aku dalang yang sebenarnya, Nara
47 Bab 47. Laki-laki yang aku cintai
48 Bab 48. Luka dan hidup Laras
49 Bab 49. Mereka indah, meski diterjang badai
50 Bab 50. Mencintai atau obsesi
51 Bab 51. Rindu lama yang terpendam
52 Bab 52. Hangat dan penuh cinta
53 Bab 53. merindukan mu Anara
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1. Tentang Nara
2
Bab 2. perkenalan
3
Bab 3. Ajakan makan malam
4
Bab 4. Malam bersama
5
Bab 5. Tamu dadakan
6
Bab 6. Lamaran
7
Bab 7. pernikahan
8
Bab 8. Pernikahan yang sendu
9
Bab 9. Hari yang panjang
10
Bab 10. Benih yang mulai tumbuh
11
Bab 11. Hari-hari manis bersama
12
Bab 12— Ketika Diam Menjadi Jarak
13
Bab 13. Sifat perlahan muncul ke permukaan
14
Bab 14. Hari manis bersamamu
15
Bab 15. Perpisahan Sementara
16
Bab 16. bertemu kembali, Mahesa
17
Bab 17. suami yang dingin, mantan yang hangat
18
Bab 18. hal kecil yang memabukkan
19
Bab 19. Luka yang belum kering
20
Bab 20. awal dari cinta yang salah
21
Bab 21. Aku, kamu, kita
22
Bab 22. perang cinta dan batin
23
Bab 23. biar waktu habis bersama
24
Bab 24. malam beriringan
25
Bab 25. malam panjang, tanpa penghalang
26
Bab 26. Apa hubungannya?
27
Bab 27. pikiran mulai melayang
28
Bab 28. bahkan diri ku tak sebanding dengannya
29
Bab 29. Ragu dan penyesalan mulai menguar
30
Bab 30. Apa yang sebenarnya terjadi?
31
Bab 31. penjelasan
32
Bab 32. langkah awal Nara
33
Bab 33. Nara dan Laras
34
Bab 34. Mahesa Adji
35
Bab 35. Investigasi pertama
36
Bab 36. Tuhan, tolong aku
37
Bab 37. Perpisahan Laras dan Nara
38
Bab 38. pandangan yang menjijikan
39
Bab 39. luka yang tak berdarah
40
Bab 40. lika liku kehidupan
41
Bab 41. Rumah Mbak Mirna
42
Bab 42. Lantas, siapa yang benar?
43
Bab 43. pikiran mulai terbuka
44
Bab 44. Satu beban lagi
45
Bab 45. Tamu yang tidak disangka
46
Bab 46. Bukan aku dalang yang sebenarnya, Nara
47
Bab 47. Laki-laki yang aku cintai
48
Bab 48. Luka dan hidup Laras
49
Bab 49. Mereka indah, meski diterjang badai
50
Bab 50. Mencintai atau obsesi
51
Bab 51. Rindu lama yang terpendam
52
Bab 52. Hangat dan penuh cinta
53
Bab 53. merindukan mu Anara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!