BAB 04 - Mapres Ngeselin (bagian 02)

"Dek, jangan halusinasi kejauhan dulu, ya! Predikat cumlaude itu harus dicapai dengan penuh integritas dan kerja keras. Bukan sesumbar yang lo katakan barusan. Ingat, percaya diri boleh, tapi songong jangan yah!" ucap Varel memberikan sedikit kuliah singkat atau saran pada juniornya. Ia mengejek dengan bahasa halus berbalut nasehat.

Mutiara kesal, namun masih bisa tersenyum tipis. Tatapan matanya menyala dan penuh percaya diri.

"Kalian dengar! Gue akan mendapatkan IPK 4.00 di semester genap ini!" ucapnya lantang.

"Dan kalau gue berhasil, kalian bertiga harus menuruti semua perintah gue, apa pun itu!"

Zeeva dan Allyna terkejut, tetapi diam-diam mereka mendukung keberanian Mutiara. Varel, Hazel, dan Zidan saling berpandangan sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak. Ketiga mahasiswa berprestasi itu juga memberikan tepuk tangan meriah atas keberanian Mutiara menyebut angka sempurna, 4.00!

"Serius? IPK 4.00? Lo pikir itu mudah?" ejek Zidan sambil melipat tangan di dadanya.

"Tentu saja tidak mudah, tapi bukan berarti mustahil." balas Mutiara cepat.

Varel masih tersenyum meremehkan, "Baiklah, kalau itu yang lo inginkan, kami terima tantangan barusan," katanya.

"Tapi, gue turunin ya jadi 3.90, gimana? Lo nggak harus babak belur buat ngejar 4.00, gue takut kasihan kalo lo nggak bisa mencapai ekspektasi itu!" lanjut Varel memberikan saran pada Mutiara.

"Nggak mau! Tetep 4.00, target gue di semester genap nanti. Gue nggak akan menarik kata-kata gue, kak!" jawab Mutiara lantang.

"Hhm, lo orangnya keras kepala juga, ya. Gue suka tipikal begitu. Tapi, gue nggak suka sikap to-lol dan go-blok-nya doang, saat dalam mengambil keputusan. Lo itu terlalu buru-buru dan terkesan ingin instan. Tapi, yaudahlah. Oh ya, bagaimana kalau lo gagal?" tanya Varel.

Zidan menyeringai licik, matanya berbinar penuh keisengan, "Kalau lo tidak sanggup, lo juga harus memenuhi kebutuhan kami bertiga!" lanjutnya.

Zeeva menatap tajam ke arah mereka, "Kebutuhan apa yang kalian maksud?" tanyanya dengan waspada.

"Santai saja, Nona. Kami tidak bermaksud menyakiti dirinya. Mungkin, cukup dengan menjadi babu kami selama seharian penuh, di setiap sudut kampus ini. Bagaimana?" kata Hazel.

Mutiara menatap mereka tanpa gentar, "Baik, gue terima syarat itu!" katanya dengan mantap.

Zeeva dan Allyna langsung menoleh ke arahnya dengan kaget,

"Mut... lo yakin?" bisik Zeeva dengan cemas.

Mutiara mengangguk tanpa ragu. "Gue yakin, Va! Tenang aja, lo nggak usah khawatir. Itu mah nggak ada apa-apanya dibanding harga diri gue saat ini!" jawabnya tegas.

"Bagus, kita lihat saja apakah kecantikan yang lo banggakan itu, bisa diimbangi dengan kepintaran dan kerja keras!" kata Varel dengan nada mengejek.

"Kalau lo gagal dapet minimal 3.90 di IP semester genap, jangan protes dan jangan pernah salahkan kami, kalau lo harus jadi asisten pribadi kami bertiga seharian penuh!" tambah Zidan.

Varel menepuk bahu Mutiara dengan ringan. "Semoga beruntung, Cantik!" katanya, sebelum mereka bertiga pergi meninggalkan kantin.

 

Setelah para senior itu pergi, Zeeva dan Allyna langsung menyerbu Mutiara dengan kekhawatiran. Keduanya menggerubungi Mutiara yang nampak bengong sehabis bahunya ditepuk oleh sang idola.

"Kenapa lo gegabah banget sih, Mut?" tanya Zeeva dengan suara nyaris berbisik.

"Mereka jelas hanya ingin mempermalukan diri lo, Mut!" Allyna menambahkan dengan ekspresi panik.

Mutiara menghela napas panjang dan tersenyum tipis, gue nggak akan membiarkan mereka meremehkan kita, hanya karena kita mahasiswi baru," katanya dengan penuh tekad.

"Lagipula, selain tantangan personal karena gue terpancing emosi barusan, gue juga ingin membuktikan bahwa kita lebih dari sekadar wajah cantik." lanjut Mutiara, semakin percaya diri.

Zeeva masih terlihat ragu, "Iye...iye! Terserah lo deh, Mut! Tapi, untuk ngejar IPK 4.00 itu sulitnya minta ampun, Mutiara sahabatku yang cantik dan anggun!"

"Bukan nggak mungkin kok, Va! hanya butuh kerja keras aja lebih dari yang lainnya, sahut Mutiara yakin.

Hari-hari berikutnya, Mutiara mulai berjuang lebih keras dari sebelumnya. Ia menghabiskan waktu di perpustakaan, membaca materi lebih dalam, dan berdiskusi dengan dosen.

Zeeva dan Allyna yang awalnya khawatir, akhirnya ikut mendukungnya dengan sepenuh hati.

"Kita nggak bisa membiarkan Mutiara berjuang sendirian, Na!" kata Zeeva suatu hari saat mereka belajar bersama.

"Gue paham. Kita harus membantunya sebisa mungkin," tambah Allyna.

Mereka bertiga mulai belajar bersama dengan serius setiap malam, berdiskusi, dan saling menguji pemahaman satu sama lain. Seolah, dendam dan emosi itu membuat semangat mereka tak habis-habis. Hingga larut malam pun rela melek dan tak jarang mereka begadang, demi memastikan Mutiara memahami semua materi dengan sempurna.

Namun, belum memasuki ujian tengah semester, baru ujian dari asisten dosen yang juga mahasiswa tingkat akhir, nilai Mutiara belum menembus batas 78, batas minimal jika ingin mendapat skor A.

"Yaampun, nilai lo masih 62, Mut. Jauh banget buat tembus rata-rata 78 nanti pas skor akhirnya. Itupun baru dari satu matkul doang. Gue gak yakin. Tantangan ini sih, terlalu berat kayaknya." Zeeva mengungkapkan keluh kesahnya setelah melihat nilai Mutiara.

"Habisnya gimana dong! Lo punya ide lain, Va?" tanya Allyna.

Ketiganya terhenti pada sebuah usaha keras, yang bagi mereka sudah sangat habis-habisan dan mengerahkan effort maximum.

"Gimana kalo kita minta bantuan dia aja, Mut." Zeeva coba memberikan solusi.

"Dia siapa?" Mutiara penasaran.

"Itu loh, teman seangkatan kita dari jurusan MIPA yang terkenal sebagai Si Jenius Dingin yang Misterius." ungkap Zeeva.

"Emang ada yah, Va?" tanya Mutiara, masih tidak percaya ucapan sahabatnya.

"Bener kata ketiga mapres ganteng tadi tentang lo, Mut. Sorry to say nih, lo emang kebanyakan dandan sih. Sampe temen jenius seangkatan aja, lo nggak kenal. Parah!" tambah Allyna.

"Sumpah, deh! Gue beneran nggak kenal si jenius ini. Dia namanya siapa? Jurusan apa? Tempat nongkrongnya di mana?" wajah Mutiara terlihat polos dan memborbardir kedua sahabatnya dengan pertanyaan beruntun.

"Wow... wow...wooww. Santai, Sis! Lo buru-buru amat, mau ke mana?" tanya Zeeva.

"Nggak, Va. Gue cuma penasaran aja. Masa lo berdua kenal dia, sementara gue nggak kenal sih? Kan nggak adil!" protes Mutiara.

"Kami juga nggak personal kenal dia, Mut. Cuma denger-denger gosip tentangnya aja." ucap Zeeva.

"Tapi, diantara lo berdua, tau nggak ciri khas si jenius ini?" tanya Mutiara.

"Sabar apa sih! Lo mo kemana emang?" Zeeva mulai terbawa emosi dengan ketidaksabaran Mutiara.

"Namanya Reyesh. Jurusan Matematika. Nah, tempat nongkrongnya, jarang ada yang tahu, Mut. Kata temen-temen, dia semacam punya pintu doraemon di setiap sudut kampus ini." Allyna mulai menjelaskan.

"Maksud lo?" Mutiara tambah penasaran.

"Misal nih, lo masuk ke koridor Fakultas Tekniik, kan nyambung tuh, terusannya sampe Fakultas Ekonomi, dia bisa ngilang diantara dua Fakultas itu dalam sekejap. Padahal banyak yang ngeliat dia baru belok persimpangan. Harusnya lanjut koridor Fakultas Kedokteran dong? Lah ini nggak ada!" lanjut Allyna.

"Ah, masa sih? Dia bukan mahluk halus kan?" Mutiara curiga.

Bersambung.....

Episodes
1 BAB 01 - Buaya Buaya Kampus
2 BAB 02 - Ultimatum dari si Cantik
3 BAB 03 - Mapres Ngeselin
4 BAB 04 - Mapres Ngeselin (bagian 02)
5 BAB 05 - Mencari Mentor Jenius
6 BAB 06 - Si Paling Misterius
7 BAB 07 - Si Paling Misterius (bagian 02)
8 BAB 08 - Jenius Berhati Dingin
9 BAB 09 - Penawaran
10 BAB 10 - Bimbel Rahasia
11 BAB 11 - Naksir
12 BAB 12 - Resepsi Pernikahan
13 BAB 13 - Resepsi Pernikahan (bagian 02)
14 BAB 14 - Resepsi Pernikahan (bagian 03)
15 BAB 15 - Melepas Rindu
16 BAB 16 - Bimbel Rahasia (bagian 02)
17 BAB 17 - Bimbel Rahasia (bagian 03)
18 BAB 18 - Latihan Semi Militer
19 BAB 19 - Utang Permintaan Maaf
20 BAB 20 - Harga Sebuah Permintaan Maaf
21 BAB 21 - Air Mata sang Jenius
22 BAB 22 - Batasan
23 BAB 23 - Ekspektasi
24 BAB 24 - Kedatangan Tiga Mahasiswa Senior
25 BAB 25 - Mahasiswa/i Sampah
26 BAB 26 - Mahasiswa/i Sampah (bagian 02)
27 BAB 27 - Debat dulu sebelum Berangkat
28 BAB 28 - Artis Versi Mutiara
29 BAB 29 - Diajak Menuju tempat Rahasia
30 BAB 30 - Secret Corner
31 BAB 31 - Tempat Ternyaman bagi Artis IPK
32 BAB 32 - Dek Iyesh dan Dek Imut (bagian 01)
33 BAB 33 - Dek Iyesh dan Dek Imut (bagian 02)
34 BAB 34 - Prosedur Khusus Pemilik Secret Corner
35 BAB 35 - Jenius yang Mengerikan
36 BAB 36 - Dua Porsi Sumber Keributan
37 BAB 37 - Karakter Spesial sang Jenius
38 BAB 38 - Pribadi si Jenius yang disukai Mutiara
39 BAB 39 - Layaknya Tom and Jerry
40 BAB 40 - Teori Jodoh Jalur Frekuensi
41 BAB 41 - Air Mata Mutiara (bagian 01)
42 BAB 42 - Air Mata Mutiara (bagian 02)
43 BAB 43 - Satu Ketenangan dari Reyesh
44 BAB 44 - Debat Aja, Debat Lagi, Debat Terus....
45 BAB 45 - Tembok Kejujuran Terakhir
46 BAB 46 - Sebuah Harapan Besar
47 BAB 47 - Wanita yang Paling Dihormati (bagian 01)
48 BAB 48 - Wanita yang Paling Dihormati (bagian 02)
49 BAB 49 - Nasehat Seorang Lulusan SMP
50 BAB 50 - Ritual Rahasia si Jenius
51 BAB 51 - Terima Kasih, Jenius!
52 BAB 52 - Murah Bangettt....!!!
Episodes

Updated 52 Episodes

1
BAB 01 - Buaya Buaya Kampus
2
BAB 02 - Ultimatum dari si Cantik
3
BAB 03 - Mapres Ngeselin
4
BAB 04 - Mapres Ngeselin (bagian 02)
5
BAB 05 - Mencari Mentor Jenius
6
BAB 06 - Si Paling Misterius
7
BAB 07 - Si Paling Misterius (bagian 02)
8
BAB 08 - Jenius Berhati Dingin
9
BAB 09 - Penawaran
10
BAB 10 - Bimbel Rahasia
11
BAB 11 - Naksir
12
BAB 12 - Resepsi Pernikahan
13
BAB 13 - Resepsi Pernikahan (bagian 02)
14
BAB 14 - Resepsi Pernikahan (bagian 03)
15
BAB 15 - Melepas Rindu
16
BAB 16 - Bimbel Rahasia (bagian 02)
17
BAB 17 - Bimbel Rahasia (bagian 03)
18
BAB 18 - Latihan Semi Militer
19
BAB 19 - Utang Permintaan Maaf
20
BAB 20 - Harga Sebuah Permintaan Maaf
21
BAB 21 - Air Mata sang Jenius
22
BAB 22 - Batasan
23
BAB 23 - Ekspektasi
24
BAB 24 - Kedatangan Tiga Mahasiswa Senior
25
BAB 25 - Mahasiswa/i Sampah
26
BAB 26 - Mahasiswa/i Sampah (bagian 02)
27
BAB 27 - Debat dulu sebelum Berangkat
28
BAB 28 - Artis Versi Mutiara
29
BAB 29 - Diajak Menuju tempat Rahasia
30
BAB 30 - Secret Corner
31
BAB 31 - Tempat Ternyaman bagi Artis IPK
32
BAB 32 - Dek Iyesh dan Dek Imut (bagian 01)
33
BAB 33 - Dek Iyesh dan Dek Imut (bagian 02)
34
BAB 34 - Prosedur Khusus Pemilik Secret Corner
35
BAB 35 - Jenius yang Mengerikan
36
BAB 36 - Dua Porsi Sumber Keributan
37
BAB 37 - Karakter Spesial sang Jenius
38
BAB 38 - Pribadi si Jenius yang disukai Mutiara
39
BAB 39 - Layaknya Tom and Jerry
40
BAB 40 - Teori Jodoh Jalur Frekuensi
41
BAB 41 - Air Mata Mutiara (bagian 01)
42
BAB 42 - Air Mata Mutiara (bagian 02)
43
BAB 43 - Satu Ketenangan dari Reyesh
44
BAB 44 - Debat Aja, Debat Lagi, Debat Terus....
45
BAB 45 - Tembok Kejujuran Terakhir
46
BAB 46 - Sebuah Harapan Besar
47
BAB 47 - Wanita yang Paling Dihormati (bagian 01)
48
BAB 48 - Wanita yang Paling Dihormati (bagian 02)
49
BAB 49 - Nasehat Seorang Lulusan SMP
50
BAB 50 - Ritual Rahasia si Jenius
51
BAB 51 - Terima Kasih, Jenius!
52
BAB 52 - Murah Bangettt....!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!