BAB 02 - Ultimatum dari si Cantik

"Inget ya, Mutiara, bahkan gue sama Zeeva pun bukan tipe perempuan yang bisa kalian goda seenaknya. Kami tetep mau berprestasi di kampus ini. Bukan cuma dikenal sebagai mahasiswa tebar pesona sana-sini. Yaa, walaupun emang berat banget jadi mahasiswi pinter itu." kata Allyna.

"Paham, ya? Kalo kalian pikir gombalan murahan seperti itu bisa membuat Mutiara jatuh hati, mending jangan ngarep deh. Terus, jangan buang energi kalian buat hal nggak berguna itu. Sekaligus nggak tahu malu." Allyna melanjutkan ucapannya.

"Gue kasih bocoran nih, ya... Mutiara itu, benci banget sama lelaki yang mengira dirinya hebay, cuma karena bisa merayu perempuan. Padahal aslinya, yang mereka lakukan hanya mempermalukan diri sendiri." Allyna masih mengambil simpati dan perhatian seluruh pengunjung dengan nasehatnya.

"Sampe sekarang pun, gue juga masih nggak paham, apa sih yang ada di kepala kalian dengan ngasih gombalan begitu? Seolah-olah setiap perempuan pasti akan terpesona dengan rayuan maut dan gombalan kalian!"

Semua masih terdiam, mendengar ucapan Allyna.

"Semuanya di sini setuju, kan? Kalo semakin mudah cowok tergoda oleh perempuan, semakin murahan dia. Laki-laki sejati itu bukan yang mudah tergoda, tapi yang tahu bagaimana cara menghargai perempuan! Begitu bang!" Allyna menutup ucapannya dengan sambutan tepuk tangan meriah. Beberapa pegunjung kampus geleng-geleng kepala dibuatnya.

"Lo keren banget sih, Na!" puji Zeeva.

"Ah elah, ngomong gitu doang juga, semua orang bisa lah!" tepis Allyna.

Mutiara tersenyum tipis, akhirnya merasa sedikit lega setelah ungkapan sahabatnya di depan umum, seolah mewakili unek-uneknya.

"Sumpah, lo keren beneran.. keren pake banget, Na! Kalau aja semua cowok seperti itu, dunia pasti lebih damai," gumamnya, juga didengar hampir seluruh pengunjung kantin karena suasana sempat hening seketika.

Namun, kantin masih saja dipenuhi tatapan-tatapan menjengkelkan. Beberapa mahasiswa lain tampak tersenyum-senyum sendiri, jelas sedang merancang strategi baru untuk menarik perhatian mereka.

"Astaga, mereka nggak ada habisnya, ya!" Allyna mendecak kesal, melempar pandangan tajam ke sekelilingnya.

"Omongan keren lo barusan kayak nggak ada harganya sama sekali, Na. Hahahah." ejek Zeeva.

"Apa emang mereka nggak punya target lain? Kan masih banyak cewek cantik di kantin ini. Kenapa cuma kita sih jadi pusat perhatian?" protes Allyna.

"Tenang aja, Na. Ini cuma permulaan, baru jam makan siang. Belum lagi, entar pas di kelas dan koridor kampus. Haha." sambung Zeeva, masih senang meledek Allyna.

Mutiara mulai menegakkan punggungnya, menatap lurus ke depan dengan ekspresi penuh ketegasan.

"Gue tetep nggak peduli, sih. Mau itu diliatin seharian di kantin, koridor, kelas, pelataran fakultas, bahkan tempat parkir nih... bodo amat! Gue cuma fokus kalau yang ngeliatin itu adalah kak Varel dan kak Hazel yang ngomong." ungkap Mutiara mantap.

"Cie...cie, ngeri lah lo mah, Mut. Ngincer nya langsung top 1 dan top 2 kampus. Nggak adil." protes Zeeva.

"Iya, nih. Mana yang lo incer mahasiswa senior semua lagi. Mapres 1 dan mapres 2 nya kampus. Udah gitu semuanya ganteng-ganteng lagi. Duh!" Allyna tak kalah protes kepada Mutiara.

"Udeh...udeh! Tuh fokus ama sekeliling kalian aja, mereka masih betah ngeliatin kalian." tegur Mutiara.

"Mereka bukan ngeliatin kami... Tapi lo!" sanggah Zeeva.

"Tapi... kalau mereka pikir gue akan luluh dengan perhatian mereka, mereka salah besar." Allyna tersenyum puas, sementara Zeeva mengacungkan jempol.

"Makanya, kita harus tetap jadi diri kita sendiri, tanpa terganggu oleh ocehan cowok-cowok sampah itu." Mutiara mengatakannya dengan mantap dan tegas, matanya kembali memancarkan sinar percaya diri.

"Dan kita akan tetap seperti ini, tanpa harus tunduk pada standar murahan mereka." kata Mutiara, membuat kedua sahabatnya semakin mantap dengan visi mereka bertiga.

 

Sementara itu, dari kejauhan, tiga mahasiswa tampan dengan kemeja putih, berjalan menuju area kantin. Gemuruh dan sorakan tak tertahankan lagi. Hampir seluruh mahasiswi berteriak histeris saat kehadiran ketiga mahasiswa dengan kharisma gagah itu. Ada yang tak kuat dan merasa hampir pingsan karena ketampanan dari mereka bertiga.

Ketiganya adalah Varel, Hazel dan Zidan. Mereka merupakan mahasiswa berprestasi (mapres) tingkat kampus. Varel mapres 1, Hazel mapres 2, dan sisanya Zidane. Ketiganya berbeda fakultas, namun terikat oleh visi dan misi akademik yang sama.

"Mut...Mut! Itu cowok impian lo udah pada dateng! Semuanya kompak jalan secara bersamaan." Zeeva mencoba menyadarkan Mutiara yang juga terdiam beku mengamati ketiga mapres itu, ia menggoyang-goyangkan tubuh Mutiara agar sadar dari lamunannya.

Ketiga mahasiswa tampan itu mengamati sekitar, memutar pandangan hingga 360 derajat, lalu Varel mengambil napas panjang.

Varel yang diikuti oleh Hazel dan Zidan, menghampiri Mutiara dan kedua sahabatnya. Pemandangan ini memancing kekesalan dan amarah kaum hawa.

"Sorry, kami akan duduk di sini. Semua meja dan bangku full. Cuma meja kalian yang masih sisa tiga bangku." setelah ucapan itu, tanpa meminta izin, Varel dan kedua rekannya langsung duduk menghadap Mutiara, Allyna dan Zeeva.

Wajah mutiara merah padam, kali ini bukan marah. Melainkan malu dan tidak tahu berkata apa lagi.

Varel masih terlihat santai. Hazel membuka tas dan mengeluarkan laptop. Sementara Zidan, sibuk dengan sebuah kertas berisikan ratusan soal kalkulus tanpa jawaban.

Dalam kondisi hening itu, tiba-tiba Mutiara berdiri dan angkat bicaca,

"Kak Varel... Bb-boleh nggak, gu-ggue jadi pacar lo?!"

"Hah....?" respon kaget secara langsung diungkapkan Allyna dan Zeeva secara kompak.

Varel hanya menatap mutiara dengan tatapan dingin dan biasa.

Sebuah kalimat yang akan memicu berbagai respon kesal dari berbagai pengunjung yang hadir, baik itu kaum adam maupun hawa. Kedua kubu sudah menunjukkan amarahnya masing-masing.

"Kamu itu...." ucap Varel dengan sengaja terputus-putus. Semuanya terdiam menunggu mapres nomor satu itu melanjutkan ucapannya.

Salah satu resiko yang akan Mutiara terima, pastinya rasa malu tak tertolong lagi.

Bagaimana tidak? Ia mengungkapkan perasaannya di hadapan seluruh pengunjung kantin yang notabane nya adalah mahasiswa dan mahasiswi kampus tersebut.

Mutiara juga tak pikir panjang, mengingat dirinya yang masih semester dua, petantang-petenteng men-em-bak seniornya yang sudah semester delapan, tingkat empat.

"Kamu itu...." lanjut Varel, mengulang kembali kalimatnya yang terputus.

Hening. Semua menunggu kelanjutan kalimat Varel, apakah menerima atau menolak perasaan Mutiara.

"Kamu itu mahasiswi cantik, tapi to-lol, yah?" jawab Varel, menghancurkan seluruh ekspektasi para mahasiswa dan mahasiswi di kantin itu.

Sontak saja!

Ucapan Varel barusan bukanlah sebuah jawaban menerima atau menolak. Lebih kepada mengolok-olok dan menghina Mutiara.

Harapan Mutiara hancur seketika. Ia tak mengira, mapres nomor satu yang ia kagumi selama ini, tega mengucapkan hal kasar seperti barusan.

"Maaf, kak... bagaimana tadi?" tanya Mutiara. Ia sengaja, supaya Varel mengulang kalimatnya. Siapa tau salah dengar.

"Lo nggak budek, kan? Ia, lo itu sebenernya cantik banget, tapi sayang... TO...LOL!" ucap Varel, kali ini dengan nada tinggi dan tegas.

Bersambung......

Terpopuler

Comments

👀 calon mayit 👀

👀 calon mayit 👀

./Shame/seriussss jawaban nya... bikin nyesek

2025-06-22

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 - Buaya Buaya Kampus
2 BAB 02 - Ultimatum dari si Cantik
3 BAB 03 - Mapres Ngeselin
4 BAB 04 - Mapres Ngeselin (bagian 02)
5 BAB 05 - Mencari Mentor Jenius
6 BAB 06 - Si Paling Misterius
7 BAB 07 - Si Paling Misterius (bagian 02)
8 BAB 08 - Jenius Berhati Dingin
9 BAB 09 - Penawaran
10 BAB 10 - Bimbel Rahasia
11 BAB 11 - Naksir
12 BAB 12 - Resepsi Pernikahan
13 BAB 13 - Resepsi Pernikahan (bagian 02)
14 BAB 14 - Resepsi Pernikahan (bagian 03)
15 BAB 15 - Melepas Rindu
16 BAB 16 - Bimbel Rahasia (bagian 02)
17 BAB 17 - Bimbel Rahasia (bagian 03)
18 BAB 18 - Latihan Semi Militer
19 BAB 19 - Utang Permintaan Maaf
20 BAB 20 - Harga Sebuah Permintaan Maaf
21 BAB 21 - Air Mata sang Jenius
22 BAB 22 - Batasan
23 BAB 23 - Ekspektasi
24 BAB 24 - Kedatangan Tiga Mahasiswa Senior
25 BAB 25 - Mahasiswa/i Sampah
26 BAB 26 - Mahasiswa/i Sampah (bagian 02)
27 BAB 27 - Debat dulu sebelum Berangkat
28 BAB 28 - Artis Versi Mutiara
29 BAB 29 - Diajak Menuju tempat Rahasia
30 BAB 30 - Secret Corner
31 BAB 31 - Tempat Ternyaman bagi Artis IPK
32 BAB 32 - Dek Iyesh dan Dek Imut (bagian 01)
33 BAB 33 - Dek Iyesh dan Dek Imut (bagian 02)
34 BAB 34 - Prosedur Khusus Pemilik Secret Corner
35 BAB 35 - Jenius yang Mengerikan
36 BAB 36 - Dua Porsi Sumber Keributan
37 BAB 37 - Karakter Spesial sang Jenius
38 BAB 38 - Pribadi si Jenius yang disukai Mutiara
39 BAB 39 - Layaknya Tom and Jerry
40 BAB 40 - Teori Jodoh Jalur Frekuensi
41 BAB 41 - Air Mata Mutiara (bagian 01)
42 BAB 42 - Air Mata Mutiara (bagian 02)
43 BAB 43 - Satu Ketenangan dari Reyesh
44 BAB 44 - Debat Aja, Debat Lagi, Debat Terus....
45 BAB 45 - Tembok Kejujuran Terakhir
46 BAB 46 - Sebuah Harapan Besar
47 BAB 47 - Wanita yang Paling Dihormati (bagian 01)
48 BAB 48 - Wanita yang Paling Dihormati (bagian 02)
49 BAB 49 - Nasehat Seorang Lulusan SMP
50 BAB 50 - Ritual Rahasia si Jenius
51 BAB 51 - Terima Kasih, Jenius!
52 BAB 52 - Murah Bangettt....!!!
Episodes

Updated 52 Episodes

1
BAB 01 - Buaya Buaya Kampus
2
BAB 02 - Ultimatum dari si Cantik
3
BAB 03 - Mapres Ngeselin
4
BAB 04 - Mapres Ngeselin (bagian 02)
5
BAB 05 - Mencari Mentor Jenius
6
BAB 06 - Si Paling Misterius
7
BAB 07 - Si Paling Misterius (bagian 02)
8
BAB 08 - Jenius Berhati Dingin
9
BAB 09 - Penawaran
10
BAB 10 - Bimbel Rahasia
11
BAB 11 - Naksir
12
BAB 12 - Resepsi Pernikahan
13
BAB 13 - Resepsi Pernikahan (bagian 02)
14
BAB 14 - Resepsi Pernikahan (bagian 03)
15
BAB 15 - Melepas Rindu
16
BAB 16 - Bimbel Rahasia (bagian 02)
17
BAB 17 - Bimbel Rahasia (bagian 03)
18
BAB 18 - Latihan Semi Militer
19
BAB 19 - Utang Permintaan Maaf
20
BAB 20 - Harga Sebuah Permintaan Maaf
21
BAB 21 - Air Mata sang Jenius
22
BAB 22 - Batasan
23
BAB 23 - Ekspektasi
24
BAB 24 - Kedatangan Tiga Mahasiswa Senior
25
BAB 25 - Mahasiswa/i Sampah
26
BAB 26 - Mahasiswa/i Sampah (bagian 02)
27
BAB 27 - Debat dulu sebelum Berangkat
28
BAB 28 - Artis Versi Mutiara
29
BAB 29 - Diajak Menuju tempat Rahasia
30
BAB 30 - Secret Corner
31
BAB 31 - Tempat Ternyaman bagi Artis IPK
32
BAB 32 - Dek Iyesh dan Dek Imut (bagian 01)
33
BAB 33 - Dek Iyesh dan Dek Imut (bagian 02)
34
BAB 34 - Prosedur Khusus Pemilik Secret Corner
35
BAB 35 - Jenius yang Mengerikan
36
BAB 36 - Dua Porsi Sumber Keributan
37
BAB 37 - Karakter Spesial sang Jenius
38
BAB 38 - Pribadi si Jenius yang disukai Mutiara
39
BAB 39 - Layaknya Tom and Jerry
40
BAB 40 - Teori Jodoh Jalur Frekuensi
41
BAB 41 - Air Mata Mutiara (bagian 01)
42
BAB 42 - Air Mata Mutiara (bagian 02)
43
BAB 43 - Satu Ketenangan dari Reyesh
44
BAB 44 - Debat Aja, Debat Lagi, Debat Terus....
45
BAB 45 - Tembok Kejujuran Terakhir
46
BAB 46 - Sebuah Harapan Besar
47
BAB 47 - Wanita yang Paling Dihormati (bagian 01)
48
BAB 48 - Wanita yang Paling Dihormati (bagian 02)
49
BAB 49 - Nasehat Seorang Lulusan SMP
50
BAB 50 - Ritual Rahasia si Jenius
51
BAB 51 - Terima Kasih, Jenius!
52
BAB 52 - Murah Bangettt....!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!