AKU RANGSAM, PRAJURIT BINTARA ²

Berbeda dengan Rangsam yang berwatak ceria dan apa adanya. hasanuddin adalah sosok pemuda yang pendiam, berwibawa dan mengedepankan pemikiran daripada bertindak yang tidak berdasar.

Soal keilmuan dan bela diri, Hasanuddin satu tingkat di bawah Rangsam. namun dengan segala kelebihan yang menutupi kekurangan itu, membuat Hasanuddin dipertimbangkan oleh Dewan tetua pulau. Mengenai asal usul Hasanuddin masih menjadi misteri, kamituo kampung menemukannya di sebuah perahu yang dipenuhi anak panah menancap, dan di lengan kiri Hasanuddin tertancap belati kecil yang tidak tajam, namun sangat efektif untuk menusuk. Beruntung nyawa Hasanuddin yang saat itu masih sangat kecil, berhasil terselamatkan, hingga saat ini ia hidup dan tinggal di padepokan milik Syech Abdul Karim.

Pada saat datangnya pengumuman dari prajurit Bintara, Rangsam senang bukan main, ia langsung menghambur ke kerumunan serta-merta meninggalkan cangkul dan aritnya berserakan. tanpa basa-basi Rangsam langsung mendaftarkan diri. prajurit Bintara memintanya untuk datang dan berkumpul di selat Muria untuk seleksi selanjutnya. Rangsam yang terbiasa melakukan sesuatu tanpa pikir panjang jelas ia menyetujui dan mengiyakan. Namun, dari balik daun anak pisang yang melambai, terlihat wajah di bawah caping yang memandang prajurit Bintara dengan tatapan yang tajam, entah apa yang bergejolak dalam hati si pemilik tatapan itu, namun segalanya tertutupi dan terpecahkan oleh sapaan suara yang lembut.

“kang Hasan tidak berminat kah?”.

“ Eh, ah.. Anu.. Waalaikumsalam , a.. aku tidak ingin menjadi prajurit”, Hasanuddin menjawab sumber suara itu dengan gelagapan.

.

“ oh iya, maafkan Siti kang, Siti belum mengucapkan salam, Assalamu’alaikum kang Hasan, kenapa kang Hasan tidak berminat menjadi prajurit laut Bintara?”.

“ emm, soal itu, kalau aku dan kang Rangsam mendaftar, lalu siapa yang akan menjaga Syech, dan siapa yang akan mengurus padepokan, dan juga....”

“Dan juga apa kang?”

“ Dan juga, si... Siapa yang akan membantu kamu mengajar ngaji anak-anak”.

“ Benarkah seperti itu alasanmu kang?, jika benar, aku ucapkan banyak terimakasih”.

“ I.. Iya benar, seperti itu yang aku pikirkan”.

“Ndoro Putri, sebaiknya kita pulang, nanti hamba bisa kena marah oleh ndoro Wedana jika pulang terlambat”. Ujar pengawal Kawedanan yang sedari tadi mengiringi Raden Ajeng Siti Zulaikha, Putri dari gusti Wedana Raden Abdullah Suryo Jiwo.

“baiklah kakang Hasanuddin, saya Mohon diri dulu, Assalamu’alaikum”.

“ Wa.. Waalaikumsalam warohmatuloh”.

Siti Zulaikha pun pergi meninggalkan Hasanuddin yang sedari tadi gugup berlinang keringat dingin, tak lupa Zulaikha melemparkan sedikit senyum kepada Hasanuddin, yang kelak membuat Hasanuddin terjaga hingga larut malam, senyum yang seindah bulan sabit di awal bulan Muharram.

Rangsam masih berlayar, sudah satu hari ia meninggalkan kampung. sejauh ini baik-baik saja, toh ia sering berlayar hingga dua hari menuju Jepara, kalau hanya selat Muria, mungkin membutuhkan waktu setengah hari lagi.

“Ya... Hari yang indah, tinggal setengah hari lagi aku sampai di selat Muria. Sepertinya aku akan merindukan kampung. Tapi jiwaku sangat bergejolak, darahku seakan mendidih mendengar kabar bangsa asing itu mulai seenaknya mengusai Nusantara. dianggap apa kami ini oleh mereka, cih..”.

Tiba-tiba dari arah timur, terlihat sebuah kapal yang besar. memiliki layar dengan tiga tiang, lambungnya berlapiskan besi plat yang kemungkinan adalah baja. Rangsam terkagum-kagum dengan kemegahan kapal tersebut. namun rasa kagumnya berubah menjadi kekhawatiran. Tiba-tiba saja kapal tersebut mengubah haluannya, dan dengan kecepatan yang belum pernah dilihat Rangsam sebelumnya, kapal tersebut berhasil mendekati Rangsam. Tampak seperti sebuah bukit yang menjulang, Rangsam mendongak meliat ujung atas kapal itu, terlihat ukiran naga menghiasi sisi kapal. dominasi warna merah menyala adalah ciri khasnya. tidak lama kemudian, muncul sosok-sosok manusia berjumbulan dari geladak, menutupi cahaya matahari, memandang ke bawah tepat ke arah Rangsam berada.

“Nǐ xūyào bāngzhù ma?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!