Bab 2

Di dalam ruang kantornya, Ardian *******-***** rambutnya dengan perasaan yang kesal. Dia masih kesal dengan Nadia yang menerima perjodohan itu.

"Aaaaaarrrggghhh ...." Ardian menghempaskan badannya ke sofa. Dia seperti frustasi.

Tok !

Tok !

Tok !

Tok!

Terdengar suara pintu di ketuk. Ardian menyisir rambutnya dengan jari jemarinya supaya dia tidak terlihat frustasi

"Masuk," kata Ardian. Ternyata Dion, asisten sekaligus sahabatnya. Dion terkejut melihat tampang Ardian yang yang kusut.

"Ada apa, boss ku?" tanya Dion duduk di samping ardian. Dia meletakkan berkas di meja.

"Aku lagi kesal."

"Kesal kenapa?"

"Minggu depan aku nikah."

Awalnya Dion bengong mendengar perkataan Ardian. Tapi setelah itu dia tertawa terbahak-bahak. Ardian melotot ke arahnya. Menyadari hal itu,Dion berhenti tertawa.

" Upss ... sorry boss. Tapi kenapa di suruh nikah

kok malah kesal!"

"Aku di jodohkan. Sama anaknya teman papa."

Dion terdiam. Era moderen begini masih ada perjodohan? Kayak jaman Siti Nurbaya saja, batin Dion.

" Eh kok malah diam sih. Menurut mu aku

harus bagaimana?" tanya Ardian sambil menepuk bahu Dion.Dion menarik nafas.

"Kalau menurut aku sih kamu harus jadi anak

yang berbakti kepada orang tua."

"Maksud kamu, aku terima perjodohan ini?"

" Iya."

" Tapi aku gak cinta ma dia."

" Seiring berjalannya waktu, cinta mu bakalan

tumbuh untuk istrimu nanti."

" Lantas bagaimana dengan Starla?Apa bisa dia

terima semua ini?"

" Jika kamu udah cinta sama istri mu, aku

yakin cinta kamu ke Starla juga akan hilang."

Ardian mengusap wajahnya. Dion menepuk bahu Ardian. Dia tau, sahabat nya itu sedang galau.

"Sudahlah. Gak usah galau. Aku yakin papa

mama kamu pasti pilih yang terbaik buat

kamu. Jadi, jangan buat mereka kecewa dan

bersedih. Jadilah anak yang berbakti pada orang tua. Oke?"

Ardian masih terdiam mencerna perkataan sahabatnya itu.

" Oh iya hampir lupa. Aku bawa berkas untuk

kamu tandatangani. Lima belas menit lagi aku

ambil. Aku balik ke ruangan ku dulu"

" Ok. Thanks.."

Dion meninggalkan Ardian di ruangannya sendirian.Ardian masih berdiam diri di sofa,menatap kepergian sahabat nya.

Sementara itu di sebuah pemakaman umum,seorang perempuan duduk bersimpuh di samping sebuah makam.Dia adalah Nadia.Nadia sedang berziarah di makam ayah nya.Setelah membacakan surat Yassin dan dia dia yang lainnya,Nadia menangis.Dia sangat merindukan ayah nya.sebelum meninggalkan pusara ayah nya, Nadia memeluk nisan yang bertuliskan nama ayahnya.

" Ayah,Minggu depan Nadia akan menikah

dengan mas Ardian, anak om Raharjo. Nadia

sedih, ayah gak bisa nyaksiin. Tapi tidak apa-apa, Yah. Ada kak Restu .Dia akan menggantikan posisi ayah, menjadi wali nikah Nadia."

Nadia narik nafas pelan. Di usap air mata nya .Dia membelai batu nisan ayahnya.

" Ayah, Nadia masih kangen sama ayah. Tapi

Nadia pulang dulu ya. Nadia selalu berdoa

untuk kebahagiaan ayah di sana."

Nadia mengecup nama ayahnya yang terpahat di batu nisan itu. Hatinya terasa pedih. Di saat saat bahagianya,sang ayah tidak ada di sisinya.

Dia masih ingat, bundanya terlihat begitu terpukul atas kepergian ayahnya.sejak saat itu, Nadia bertekad untuk selalu membuat hati bunda tidak bersedih lagi. Nadia mengikuti kemauan ke dua orang tua nya dengan menerima perjodohan itu. Walaupun hati kecilnya menolak perjodohan itu.

####

Ardian baru saja hendak keluar dari ruangannya ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Dia tersenyum melihat nama sang penelepon. Segera di gesernya tombol hijau untuk menjawab panggilan itu.

"Halo, sayang," sapa Ardian dengan sangat mesra. Starla yang menelfon.

"Sayang, kamu sudah pulang kerja?". terdengar suara manja dari starla.

"Ini baru mau pulang. Kenapa?"

"Jalan, yuk. Bosan nih."

"Memangnya kamu mau ke mana?"

"Nonton, shopping, dan yang lainnya. Pokoknya happy-happy lah."

Ardian terdiam mendengar permintaan Starla. Dia berfikir pasti nanti setelah menikah, dia tidak akan bisa jalan lagi dengan Starla. Malah bisa-bisa dia dan Starla akan putus.

"Sayang, kok diam aja sih?" suara Starla di ujung telpon mengagetkan Ardian.

"Eh iya sorry."

"Bagaimana, mau gak?"

"Ya udah. Aku jalan sekarang."

"Kita ketemu di mall XXX ya."

"Iya."

"Bye, sayang."

"Bye."

Setelah Starla memutuskan panggilan, Ardian menyimpan ponselnya lalu bergegas keluar ruangan. Di depan ruangan, dia berpapasan dengan Dion.

"Mau kemana? Buru-buru sepertinya," sapa Dion.

"Biasalah ada janji sama Starla. Aku duluan ya."

Ardian berlalu tanpa menunggu jawaban dari Dion. Dion hanya menggelengkan kepalanya lalu dia pun bergegas menuju tempat parkir kendaraan.

Terpopuler

Comments

Muhamar Salman

Muhamar Salman

semangat thor..

2021-08-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!